Chapter 5 : You?

346 47 4
                                    



Terhitung sepersekian jarum jam berputar, rintik-rintik hujan membasahi bumi. mulanya sedikit tenang, lambat laun menjadi gemerisik riuh tanpa henti. Dentuman gemuruh petir saling menyambar, bak lullaby kemuraman yang timbul begitu saja. Mengancam namun menenangkan.

Jika ada sebuah pilihan, panas atau hujan. Maka sohee akan memilih hujan. Derau rintik-rintik basah yang menjatuhi suatu objek di tanah, menghasilkan suara unik yang mampu memberikan afeksi teduh dan sunyi di dalam relung jiwa nya.

Menyamarkan suara caci maki, hinaan, sindiran dari orang tua nya yang bahkan meruntuhkan sedikit demi sedikit mentalnya. Ya, hanya hujan yang mampu menghapus segalanya. Pada akhirnya jika semua orang benci hujan, sohee malah sebaliknya.

Berkat hujan juga, dirinya dapat berbaring dengan nyaman di ranjang berbahan sutera ini. Walaupun sebenarnya akal sehat nya sedikit terganggu. Hati nya muram nan gelap.

Berkali-kali fikirannya memutar memori memalukan ketika jari jemari lentik nya di kecup oleh pangeran seunghan. Parahnya, semenjak kepulangan dari arena evaluasi. Aroma khas pangeran seunghan masih menempel di tangannya. Mungkin jika orang lain yang menerima perlakuan istimewa seperti itu, akan merasa berbunga-bunga di sepanjang hari.

Namun ini sohee, ia paling benci berdekatan dengan anggota kerajaan dengan hierarki superior seperti mereka. Termasuk sang pangeran mahkota itu sendiri.

Ada terhitung 10 kali ia menggosok tangannya dengan beraneka ragam sabun mandi agar aroma itu hilang.

Ningning sang kakak yang awalnya menginterogasi dirinya bagaikan para jurnalis di media itu, bahkan sampai meledek nya berkali-kali karena mampu membuat pangeran seunghan yang angkuh, jadi tunduk semudah itu kepadanya.

Sang kakak yang rutinitas nya kerap mengunjungi kamar miliknya, nampak terkejut memandangi permukaan telapak tangan yang memerah dan hampir lecet karena tanpa sadar sohee menggosok nya terlalu kuat.

Kala itu, ningning mengomel tiada henti. Memarahi nya habis-habisan, meskipun begitu tetap berhati-hati merawat dan mengobati telapak tangannya.

Ya, sebab itulah mengapa sohee berbaring disini, bergelung dengan selimut tebal. Berguling kesana-kemari karena jenuh. Ningning menyuruh nya istirahat. Tidak diizinkan keluar dari kamar. Padahal hanya lecet sedikit, tapi kakaknya memperlakukannya seolah-olah sakit keras.

Tapi sohee amat bersyukur, setidaknya status nya begitu hina di mata masyarakat. Tapi di mata kakaknya, ia adalah sosok adik kecil yang perlu diberikan sebuah kasih sayang.

Mendengar suara unik hujan yang terjatuh pada suatu benda, membuat pelupuk mata sohee hampir terbenam, mengelabui mimpi.

Namun samar-samar bunyi langkah kaki yang beradu dengan gema suara hujan membuat sohee membuka mata nya dengan lebar. Tertegun sebentar, jika di dengar lebih fokus, terdengar seperti derap suara langkah kaki pelan yang mengitari penjuru ruangan di lantai dua ini.

Tap~ Tap ~ Tap

Dari semenjak tes gender milik sohee keluar hasilnya, entah kebetulan atau bagaimana? Telinga nya begitu sensitif, sering mendengar suara atau bisikan yang bahkan tidak ada eksistensinya. Mungkin jikalau lisan nya berbicara, orang akan menganggapnya tidak waras. Ini tidak bisa dikatakan sebagai kemampuan khusus, tapi suatu keanehan menurutnya.

Sohee terbiasa, maklum, dan membiarkan. Namun mengapa sepersekian kali nya tidak peduli, malah berakhir menimbulkan rasa penasaran.

Keberanian nya mulai menguasai keterdiamannya, dan timing nya begitu pas sekarang, karena orang tuanya sedang menghadiri perjamuan bersama perdana menteri lainnya, ningning juga pergi beberapa menit yang lalu menghadiri kelas nonformal bersama anak bangsawan lainnya.

ANTI HERO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang