chap. 4

1.1K 142 5
                                    

Maaf ceritanya agak gak jelas hihihi/~


    Reiji menatap gadis yang tenggelam dalam selimut miliknya, melihat wajahnya yang pucat menimbulkan sedikit rasa bersalah.
   
    "Apa yang kau lakukan?"
   
    "Memindahkannya ke kamar, apa masalahmu?"
   
    Shu membuka selimut. Tubuh kecil yang meringkuk seakan kedinginan dan membutuhkan lebih banyak kehangatan, perlahan ia mengangkat agar tidak menggangu si gadis.
   
    Gerakan yang dilakukan membuat Mika menggeliat dan bersembunyi di dada Shu.
   
    "Apa orang itu mengatakan sesuatu tentang gadis ini?"
   
    "Dia bukan eve, dikatakan bahwa dia dikirim bersama dengan gadis itu untuk menjadi pelayan. Dia juga mengatakan untuk tidak meminum darahnya."
   
    Sedikit penjelasan Shu membuka dua laki-laki itu terdiam.
   
    Apa maksudnya? Menjadikan gadis lemah seperti Mika sebagai pelayan. Bahkan jika dilihat Mika jauh lebih lemah dibandingkan dengan Yui, meskipun sorot matanya cukup unik. Tapi Shu juga mengatakan bahwa mereka dilarang untuk mengonsumsi darahnya, bukankah gadis ini juga manusia, makanan mereka para vampir.
   
    Semakin dipikirkan membuat Reiji memijat keningnya, kesal karena tidak mendapatkan penjelasan lebih lanjut untuk memperjelas situasi.
   
    Apa yang disembunyikan ayahnya?
   
    "Untuk beberapa hari ke depan jangan meminum darahnya, kita juga harus menarik eve."
   
    Mereka berdua sudah keterlaluan, meminum darahnya secara berlebihan. Tapi sepertinya mereka tidak cukup peduli dengan eve (Yui) karena lebih dulu mencicipi Mika.
   
    Rasa hangat dan lembut seakan dia sedang memakan kue, rasa ringan saat bersentuhan dengan lidahnya, Reiji kesulitan untuk melupakan setiap sensasi manis darahnya.
   
    "Hm."
   
    Shu berteleportasi menuju kamar Mika, membaringkannya dengan lembut lalu ia menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya. Rasa kantuknya menghilang, Shu menyentuh pipi mengelus pelan. Itu berpindah turun menuju leher, tepat pada bekas gigitannya.
   
    Tapi Shu juga kesal dengan bekas gigitan yang ditinggalkan Reiji ditubuhnya.
   
    "Eng-"
   
    "Ah, maaf..." Gumam Shu, kemudian dia menyeringai.
   
    Dia melepaskan beberapa kancing, menarik bagian kerah kemeja. Tangannya yang lain mencengkram lembut dagu Mika membuat wajahnya berpaling kearah lain.
   
    *Lick*
   
    Shu menjilati bekas gigitannya berharap mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Sebuah ide dengan tiba-tiba terlintas dipikirannya, ia menyeringai sekilas matanya berkilat.
   
    "Aku pikir meninggalkan satu atau dua tanda tidak masalah kan?"
   
    Tatapan matanya seperti ingin melahap hidup-hidup makanannya. Seringai semakin lebar saat jantungnya berdebar kencang karena gugup, pasti Mika terkejut!
   
    "Itadakimasu."
   
   
    ++
   
   
    Sakamaki berkumpul dimeja makan berserta Yui. Reiji menatap salah satu kursi kosong, itu milik Mika. Jadi dia memutuskan untuk sarapan lebih dulu.
   
    "Makan sarapan kalian, kau juga makan dengan benar."
   
    "Tapi Reiji-san Mika belum turun."
   
    "Sudah pancake makan sarapanmu, setelah ini aku juga ingin sarapan." Ayato memakan takoyaki didepannya.
   
    Disini meja terlihat suram, Shu sebagai yang tertua hanya tidur, Reiji dan Raito makan dengan teratur meski sesekali Raito menggoda Yui dengan hal erotis.
   
    "Haruskah kita minum teh bersama Mika Teddy? Hehe." Kanato tertawa dengan pisau yang ditusukkan ke daging dipinggir.
   
    Subaru langsung pergi setelah menghabiskan makanannya.
   
    "Yui antara sarapan ini." Titah Reiji memberi nampan dengan piring pancake dan segelas susu hangat.
   
    Yui mengangguk mengerti lalu menerima nampan dan bergegas menuju kamar Mika, setelah sampai dia langsung mengetuk pintu kamar.
   
    "Mika-san bisa aku masuk?, Reiji-san menitipkan sarapan untukmu."
   
   
    ++
   
   
    Didalam kamar Mika bangun dengan menahan pusing, baru lewat semalam dan ia langsung anemia karena dua Sakamaki sialan. Ia meyakinkan dirinya bahwa harus, tidak, setidaknya satu pukulan untuk mereka.
   
    Dia menatap pintu, Yui sedang diluar membawa sarapan.
   
    Perlahan dia turun dari kasur, sedikit limbung karena kakinya gemetar. Setelah mendapatkan fokus pandangan Mika membuka pintu melihat Yui yang tersenyum.
   
    Senyum dengan cepat menghilang, wajah pucat, tubuhnya gemetar, apa yang terjadi dengan Mika?
   
    "Masuk."
   
    "Mika-san apa baik-baik saja? Kenapa begitu pucat, apa mika-san demam?"
   
    "Aku baik, mungkin." Mengambil nampan dari tangan Yui dan langsung memakan pancake.
   
    "Yui."
   
    Mata mereka bertemu, Yui yang bingung masih tersenyum meski ia tau suasana canggung. "Ya mika-san."
   
    Mika menunjuk kearah kulit dibawah tulang selangka, ada bagian kemerahan disana membuat Yui langsung memerah malu. "I-ini Ayato-kun yang memberikannya."
   
    Mika mengangguk kecil meletakkan piring dan mengambil gelas susu, perlahan menegaknya. Yui yang sejak tadi memperhatikan kegiatan Mika tiba-tiba penasaran dan bertanya.
   
    "Mika-san bagaimana denganmu?"
   
    "Apanya yang bagaimana?" Keningnya kusut mendengar Yui.
    
    "Itu lehermu, ada beberapa yang memerah sep-"
   
    *Uhuk.*
   
    Karena terlalu terkejut mika tersedak susu, ia berdiri menuju cermin dan langsung memperhatikan lehernya, 'apa-apaan ini…?' __ ia membuka kemejanya beruntung hanya ada beberapa di bagian leher.
   
    Itu berapa berada didekat gigitan milik Shu dan sisanya tersebut disekitar leher dan tulang selangka.
   
    Shu atau Reiji, kali ini Mika berpikir untuk memberi dua pukulan untuk orang yang melakukan ini.
   
    "Yui bagaimana rasanya digigit?"
   
    "Sakit, kulit ini seperti robek saat taringnya menusuk kulit."
   
    Mika menatap pergelangan tangan kirinya yang menjadi korban Reiji semalam.
   
    "Yui bagaimana jika aku memukul kepala mereka?"
   
    "Ah, apa?"
   
    "Aku akan melakukannya dengan penuh semangat." Yui tersenyum canggung melihat mika yang bersemangat saat bicara tentang memukul orang.
   
    Setelah sedikit percakapan Yui kembali untuk meletakkan nampan, dia bertemu dengan Reiji di dapur.
   
    "Ada apa?"
   
    "Itu aku khawatir dengan Mika-san, apa yang lain juga meminum darahnya? Saat aku melihatnya dia pucat dan tubuh gemetar Reiji-san."
   
    "Aku akan memberikan obat padanya nanti." Ini juga perbuatannya karena meminum darah Mika semalam.
   
    "Dia juga bilang akan memberi pukulan pada seseorang tapi aku tidak tau siapa __"
   
    Reiji mengingat saat akan meminum darahnya, gadis itu mengatakan ingin memukul kepala Shu karena meminum darahnya tanpa izin. Bukankah ini artinya Reiji juga masuk dalam daftar tersebut?…
   
    'apakah aku harus merayu gadis itu?'







Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan bahasa Jepangnya. Mohon untuk bersedekah dengan menggunakan sedikit tenaga untuk memberikan vote.

Kalian tau?

Reader's : ya gak lah tor

Nah sebenarnya saya ini emmm.....

Nah sebenarnya saya ini emmm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saya ini suka anime ini. Nih MC superrrr dengan sifat gilanya.

Dan kenapa saya bahas yang gak penting?

Biar saya jawab jujur, ini book/story terinspirasi dari anime ini vanitas no Carte. I love anime.

Udah! Kebanyakan ngomong ini. Jadi bay-bay.

Diabolik lovers [fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang