14. kontrak?

537 79 1
                                    

Maaf untuk typo, selamat membaca!!

Terima kasih dukungannya!

    Tap, tap        Ketukan jari diatas meja membentuk irama konstan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


    Tap, tap
   
    Ketukan jari diatas meja membentuk irama konstan. Saat iris birunya menatap tumpukan buku tugas didepannya. Juga dengan suasana malam yang tenang dia hanya berkutat dengan pekerjaan rumah.
   
    "Ha," menghemat waktu. Tidak, dia malah menambah waktu saat jam dinding menunjukkan pukul 01.00 malam.
   
    Seharusnya berikan tugas yang lebih sedikit, atau seharusnya jangan berikan tugas sama sekali sensei. Menjatuhkan kepalanya diatas buku, lalu mengacak rambut.
   
    "Tsk, malam begini enaknya ngapain?"
   
    Mengerjakan tugas…, tidak! Sekali saja dia ingin melupakan urusan sekolah.
   
    ah, otak kecilnya yang rata-rata ini mengingat sesuatu. Dimana dia ingat tentang artikel yang dibaca beberapa hari lalu. Rasa penasaran ingin mencoba beberapa metode gila, lagipula hal berbau supranatural tidak akan dia percaya.
   
    Yang dibutuhkan saat ini adalah kertas kosong dan pena. Setelah menemukan seluruh bahannya dia membuka smartphone lalu mencari artikel sebelumnya.
   
    Dan lucky, sangat beruntung artikel aneh ini masih ada. Men Scroll dia menemukan gambar yang dicari.
   
    Dikatakan setelah selesai menggambar pola tersebut, pihak pertama harus meletakkan sedikit darah ditengah pola untuk membentuk kontrak dengan iblis.
   
    "Dari pada penasaran coba sendiri aja," menggores sedikit jarinya sampai mengeluarkan darah. Setelah itu, apa ya?
   
    "Hm?"
   
    Sebutkan langsung keinginan dengan sepenuh hati, iblis akan datang dan mengabulkan seluruh permintaan. Menarik nafas lalu membuangnya.
   
    Saat ini apa keinginannya?
   
    Pintar, kaya, cantik? Tidak semuanya.
   
    Dia hanya ingin…
   
    "Berikan saya hidup ditempat dimana saya tidak perlu sulit untuk belajar, tempat dimana kehidupan tidaklah nyata. Meskipun hanya seonggok kertas dua dimensi saya ingin merasakan hidup setidaknya sekali," ucapnya selagi meletakkan jari yang tergores diatas kertas.
   
    "Saya ingin isekai…"
   
    Tik, tok.
   
    Tidak ada apapun yang terjadi. "Ah, dasar artikel begini ngapa dipercaya coba. Bodoh sekali!"
   
    Sudahlah, lagi pula orang bodoh mana yang coba memanggil iblis hanya untuk mengabulkan permintaan yang sembrono seperti ini?
   
    Sret, dia berbaring selagi melihat hasil gambarnya. "Ha, aku mirip Ciel."
   
    Meletakkan kertas dengan darahnya didampingi bantalnya, dia menarik selimutnya untuk tidur.
   
    Setelah empu tertidur, sebuah senyum muncul. Jemari tangan dengan kukunya yang hitam panjang, kulitnya pucat dengan tawa geli menyentuh kertas pola darah. Menariknya menuju hidungnya, menghirup bau darah.
   
    "Emm manisnya," tersenyum senang. Mangsanya kali ini sangat luar biasa, bau harum yang sangat manis ini sulit untuk ditolak.
   
    "Dasar manusia serakah, karena kamu yang memintanya secara langsung kepadaku aku akan mengabulkannya. Tapi," gadis manusia yang masih tertidur dengan pulas, apakah harus dibangunkan?
   
    'Tidak perlu, sepertinya? Hehe, ini akan menyenangkan.'
   
    "Aku menerima kontrak dari pihak pertama. Kamu akan memberikan jiwa manismu padaku saat waktu yang ditentukan, waktu purnama diumur yang sama dengan saat ini."
   
    Menyentuh kulit wajahnya, iblis itu mendekatkan wajahnya kearah dada si gadis. "Di sini," tepat dibawah tulang selangka dia menciumnya.
   
    "Jiwamu akan tetap jadi milikku, jika ada yang menodai warnanya aku akan disini untuk melindungi jiwamu."
   
    Sekali lagi menciumnya.
   
    Sebuah tanda sebagai kontrak dengan iblis dibentuk, pola melingkar dengan bintang ditengahnya. Sampai saat dimana keinginan pihak pertama dikabulkan, iblis akan selalu melindunginya, jiwanya.
   
    Untuk ketiga kalinya iblis mencium tepat diatas tanda kontrak, cahaya merah menelan tubuh sang iblis. Bersemayam. Disaat yang sama tubuh gadis manusia perlahan menghilang.
   
    Gadis yang dijanjikan, iblis menunggu waktu untuk menikmati hidangan utama.
   
   
    ++
   
   
    Ha.
   
    Mika menarik nafas, tersentak.
   
    "Mimpi?," Pupil matanya bergetar, ketidakpercayaan menguasai. Mimpi yang terlalu nyata sulit untuk menganggap hanya sekedar mimpi belaka.
   
    Perjanjian, kontrak dan iblis. 'apa aku benar-benar melakukannya?.'
   
    Ketidaknyamanan juga menyerang tenggorokannya. Mengambil air diatas meja, Mika meneguknya.
   
    Tak, gelas diletakkan kembali. Sentuhan itu, entah mengapa terasa sangat nyata. Perasaan dingin saat bibir itu menyentuh kulitnya. Tangannya terangkat menyentuh dadanya, tanpa sadar Mika melakukannya.
   
    Disini, iblis itu meletakkan tanda.
   
    Matanya bergetar. Bibirnya terbuka ingin bicara, tapi suaranya sulit untuk keluar.
   
    "Sejenak kapan?," tanda itu benar ada.
   
    Tapi sejak kapan? Sejenak dia dalam asosiasi penelitian ilegal? Tidak, saat itu tidak ada. Bahkan hari setelahnya, Mika tidak mengingat bahwa pola seperti ini ada ditubuhnya. Bahkan sebelum kemari untuk memeriksa keanehan tubuhnya, saat dia mandi.
   
    'Tidak ada tanda itu disini,' diatas kulit dadanya.
   
    Tok, tok. "Takahashi-sama apakah sudah bangun?," suara menyebalkan dari dokter gadungan. "Saya akan masuk oke?."
   
    Mika buru-buru menutup dadanya, raut wajahnya kembali netral. Tidak ada yang terjadi, Mika hanya bangun dari tidurnya setelah dokter gadungan memberikan obat tidur.
   
    "Ada apa?"
   
    Menggeleng cepat, "tidak ada. Bagaimana dengan hasilnya?"
   
    Yoichiro mengambil kursi untuk duduk disebelah kasur mika yang penuh dengan boneka. Wajah main-main menghilang diganti dengan raut serius yang hampir Mika lupakan.
   
    "Sepertinya keanehan yang dikatakan nona sebenarnya benar adanya. Bukankah sebelum ini nona selalu merasakan sakit yang teramat di sekujur tubuh seperti ingin mati? Tapi akhir-akhir ini rasa sakit seolah menghilang, benarkan?."
   
    "Ya, aku mendengar suara seseorang di kepalaku. Seperti anak kecil yang senang mendapatkan mainan," ucapnya jujur mengundang ketertarikan Yoichiro.
   
    Hening.
   
    Yoichiro memulai pembicaraan kembali, membahas kondisi tubuh Mika.
   
    Matanya terbelalak, Mika tidak percaya dengan hal itu. Bahkan setelah mendengar penjelasan lebih lanjut dia hanya diam.
   
    "Jika begitu saya permisi Yoichiro-san."
   
   
   

    Semangat menjalani hari semuanya ᕙ⁠(⁠@⁠°⁠▽⁠°⁠@⁠)⁠ᕗ       

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Semangat menjalani hari semuanya ᕙ⁠(⁠@⁠°⁠▽⁠°⁠@⁠)⁠ᕗ
   
   

Diabolik lovers [fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang