10. satu pukulan

778 95 5
                                    

Hello reader's saya kembali dengan chapter baru.

Maaf untuk typo!

Selamat membaca!

    Mika berguling di atas kasur, bagaimana cara merilekskan pikiran yang keruh ini? Apa melakukan kayang cukup berguna ya?    Sejenak, dia menghela nafas berat mendudukkan tubuhnya dan mengambil salah satu novel yang menganggur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mika berguling di atas kasur, bagaimana cara merilekskan pikiran yang keruh ini? Apa melakukan kayang cukup berguna ya?

Sejenak, dia menghela nafas berat mendudukkan tubuhnya dan mengambil salah satu novel yang menganggur. Gara-gara Shu yang saat itu seenaknya menggigit dia tidak bisa menikmati cerita.

- Hei, ayo bertemu?

Berhenti membaca dia diam sejenak mendengar suara dalam pikirannya.

- terima saja aku, kenapa malah menyakiti diri sendiri. Aku tau kamu kesakitan Mika.

Mendadak membuat Mika kesal.

'aku bukan kau.'

Diam sejenak suara itu tidak lagi terdengar, hal itu semakin sering terdengar sejak demam terakhir kali. Mengalah, memakan, bahkan memintanya menyerahkan sisi itu padanya.

Mika menjaganya, sisi itu dengan sangat baik sampai sekarang dari awal sejak dia lahir.

Mereka bukan orang yang sama dan mika tidak akan mengorbankan sisi yang menemaninya sejak lahir.

Sejak pulang dari sekolah dan suara yang terus muncul ditambah dengan ucapan Ruki, pikirannya terbentuk untuk menjadi egois. Mereka hanya orang asing, kami hanya berteman sesaat diruangan itu tidak lebih kecuali dengan sikap mereka yang seenaknya.

Berbaring dengan lelah, mika menutup wajahnya dengan buku.

"Aku berharap bisa pulang."

Ibunya.

Ayahnya.

Mika merindukan orang tua di dunianya yang pertama, sudah bertahun-tahun lamanya tapi rasa rindu kiat menggerogoti hatinya.

Apa masakan ibunya masih sama? Bagaimana kabar orang tuanya saat ini?

Mika berharap menemukan jawaban yang tepat untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

Buku novel diangkat membuat Mika berkedip merasakan cahaya yang menusuk-nusuk matanya.

"Mika-san, Reiji-san memanggilmu keruangan nya. M-maaf aku tadi sudah mengetuk pintu tapi Mika-san tidak mendengarnya, j-jadi aku masuk. Maaf..."

"Aku hanya terkejut Yui, tidak perlu merasa bersalah."

Dia langsung duduk dan menatap Yui dengan wajah lelah.

"Ngomong-ngomong," Mika berdiri meregangkan tubuhnya dan melanjutkan ucapannya. "Bagaimana harimu Yui?"

"Baik mika-san."

Setelah percakapan singkat Yui langsung pergi, mika yang di tinggal sendirian dikamar memilih untuk membersihkan diri. Mengambil pakaiannya lalu berjalan menuju kamar mandi.

"Hah, apa yang kau lakukan disini?"

Mika tidak bisa menghindari keluhan hatinya yang disebabkan sulung sakamaki ini. Shu yang asik berendam dengan earphone ditelinga tidak bergeming dari sana.

Meletakkan pakaiannya, mika menepuk pipi Shu dengan suara acuh dia bicara.

"Shu menyingkir."

Masih tidak bergeming.

*Bang.*

Mika memukul wajah Shu karena kesal, hei niatnya hanya ingin mandi lalu pergi menemui reiji. Tapi kenapa prosesnya sangat menyebalkan.

"Ternyata kau cukup kasar," membuka matanya menatap mika.

"Tidak, aku tidak kasar!"

Tentu saja mika menolak segala bentuk kekerasan, akan tetapi mika sudah terlanjur janji pada dirinya sendiri. Tersenyum kecil sembari menatap Shu, sementara laki-laki itu berkerut perlahan.

"Kau memukulku artinya kau kasar."

"Tidak, tidak ini adalah bukti bahwa aku peduli padamu Shu. Jadi pergi sekarang aku harus mandi."

- kamu harus menerimaku.

"Kau tidak bisa mengusirku."

"Ha?"

Mika tertawa pendek mendengar sisi itu bicara dalam waktu bersamaan dengan Shu. Sementara Shu bangun dari bak mandi dengan pakaian basah, berjalan menuju Mika.

"Ini adalah rumahku, jadi kau tidak bisa mengusirku Mika.

- aku adalah kamu, kenapa masih menolakku?

Kenapa mereka bicara bersamaan? Mika merasakan kekhawatiran tapi ada sisinya yang terlihat kosong seolah olah tidak peduli.

"Apa sih masalahmu?..."

Mika bertanya, saat sadar Shu sudah berdiri didepannya, menjulang. Terkejut, mika mundur. Kakinya terpeleset air yang menetes dari pakaian Shu menyebabkan tubuhnya jatuh kearah belakang.

Shu terkejut.

*Bruk.*

Dia jatuh tapi tidak terlalu sakit, kepalanya juga aman. Mika perlahan membuka matanya melihat Shu yang melindungi bagian kepala dengan lengannya. Shu yang juga ikut terjatuh dengan memeluk mika terlihat lega dari caranya membuang nafas.

"Mika, kau seharusnya lebih berhati-hati."

- hehe ceroboh.

Mika mengabaikan suara didalam benaknya. Memilih menatap Shu yang berada tepat diatas tubuhnya.

"Ya, em, terima kasih Shu."

Shu membiarkan tubuhnya terjatuh menimpa perempuan kecil dibawahnya, memeluk dengan erat. Beruntung dia cukup cepat menangkap mika jika tidak mungkin gadis ini sudah terjatuh bahkan mungkin pingsan karena kepalanya terbentur.

Sejak semalam Shu penasaran akan satu hal dia berfikir apakah harus bertanya tapi setelah cukup berfikir cukup...

Shu tidak bisa berfikir saat indra penciumannya mendapati harus menyenangkan, 'darahmu selalu membuatku ingin memakanmu.'

"Shu? Ada apa?"

Tidak mendapatkan jawaban, Mika merasa kecupan lembut diatas kulit lehernya membuat tubuhnya meremang.

"Ugh- Shu, jangan menghisap leherku!"

Mika melawan tapi seperti yang dipikirkan dalam aspek fisik dia akan kalah jauh dibandingkan Shu yang adalah vampir.

"Shu, j-jika kau melakukannya i-itu akan meninggalkan bekas," ucap Mika tidak fokus, caranya terlalu intens untuk dilawan.

Mengecap sebentar Shu menyudahi aktivitasnya menyeringai sekilas setelah mengamati hasil jerih payahnya.

"Terakhir kali kau pandai menutupinya jadi yang ini juga tidak masalah," ucap Shu malas. Dia bangun langsung pergi meninggalkan Mika yang masih shock.

Apa maksudnya itu? Terakhir kali?

Tersenyum miring mika bangkit dan langsung membasahi tubuhnya dengan air dingin, dia kesal sekarang setelah menemukan jawaban ini. Dengan jantung yang berdetak kencang seperti terbakar, memainkan buih sabun seraya menepuk tangan seperti sedang gila.

"Kau mendapatkan tiga pukulan Shu, aku berjanji."

Matanya berkilat dengan senyum menawan, dengan pikirannya sendiri.


++


Sekolah malam seperti malam sebelumnya Mika sudah siap dengan seragam rapi saat Reiji datang menjemput dikamar. Mereka langsung turun dan memasuki Limous mewah milik Sakamaki.

'seberapa kaya mereka sebenarnya?' pikir Mika random.

Dia duduk diantara Shu dan Reiji, bingung juga kenapa dua orang tertua ini menghimpit tubuh kecilnya.

"Mika-san ingin duduk di sampingku saja?" Tanya Yui.

"Tidak," ucap Reiji.

"Jangan," ucap Shu.

"Boleh," ucap Mika sertai anggukan.

Yang lain hanya memandang aneh interaksi tiga orang ini, Reiji yang sedang membaca buku menatap mika sementara Shu yang bersandar kebelakang menjatuhkan kepalanya diatas kepala Mika.

    Yang lain hanya memandang aneh interaksi tiga orang ini, Reiji yang sedang membaca buku menatap mika sementara Shu yang bersandar kebelakang menjatuhkan kepalanya diatas kepala Mika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sampai jumpa chapter selanjutnya.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍)

Diabolik lovers [fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang