Terima kasih atas vote dan dukungannya, saya sebagai author berterima kasih kepada pembaca.
Angin malam mengalun, jendela yang terbuka juga membuat cahaya bulan masuk.
"Dimana Yui?"
Shu menghela nafas, berbaring disamping Mika. "Sekolah," ucap Shu.
"Lalu kenapa kau disini?"
"Menemanimu."
Percakapan singkat dua orang berbeda ras ini menjadi beku. Mika juga masih sibuk menyesuaikan diri dengan rasa sakit, sementara Shu sibuk mendengar musik sambil berbaring di kasur.
"Shu mendengar apa?" Tanya Mika, cara bernafas nya jauh lebih baik dari pada sebelumnya, tapi masih cukup berantakan.
Shu membuka matanya sejak, "musik, ini menyenangkan membuatku ingin tertidur di manapun itu." Dia merasa mika menatap terlalu lama, "ingin mendengarnya juga?"
"Bolehkah? Jenis apa itu," tanya Mika.
Shu mendekat menyumpal telinga Mika dengan earphone miliknya, memberi pelukan agar kabel earphone sampai.
Gadis itu menikmati alunan musik, ini menyenangkan dengan seseorang yang memeluknya dengan hangat tapi, akan membosankan jika berdua dengan Shu.
"Shu ayo sekolah."
"Untuk apa kau bahkan tidak bisa duduk dengan benar dan malah mencoba untuk sekolah! Lihat kondisi jangan memaksa diri."
"Siapa bilang aku tidak bisa duduk? Aku tau seperti apa kondisi tubuhku ini."
"Keras kepala."
"Aku anak baik dan sabar."
Shu diam kehilangan kata-katanya. Lalu mengangguk setuju meminta mika bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah bersiap dengan seragam sekolah dia menepuk lengan Shu, membuat dia terbangun.
Disekolah mereka berdua saling bertukar pandang menatap pria didepan.
Pria itu memijat kepalanya pelan tampak frustasi dilain sisi, "kalian berdua kenapa berada ditempat ini? Dan kau! Seharusnya beristirahat."
"Maaf?"
Pria itu yang tidak lain adalah Reiji membuang nafas. Menatap mika yang terlihat sedikit lebih baik, dia menatap kakaknya. "Shu aku tidak tau kau cukup penurut."
Shu menghilang meninggalkan Mika dan Reiji.
"Aku sudah lebih baik, jadi dimana kelasku?" Mika menghindari tatapan Reiji. 'jangan menatapku seperti itu Reiji,' dia menangis dalam benaknya.
"…" Reiji memperbaiki kacamata lalu berjalan, "ikuti langkahku jangan tertinggal jika kau tersesat aku tidak ingin repot-repot mencari kamu."
"Begitu? Lalu kenapa kau repot-repot merawatku sebelum pergi sekolah? Bukankah itu jauh lebih merepotkan? Ne, ne Reiji aku ini manusia loh! Kenapa kau cepat sekali melangkah?!" Pekik Mika.
Yang terdengar setelahnya adalah desakan Reiji.
++
"Hidupku yang malang." Dia bergumam pada dirinya sendiri, ternyata kelasnya bersama dengan trio yang seperti Teletubbies. Jangan lupa juga dengan Yui.
Disaat guru sedang menjelaskan materi pelajaran mereka semua punya kegiatan masing-masing, seperti ayato yang tertidur, Laito yang menggoda wanita dan sepertinya anak itu juga menghindari Mika. Dan kanato yang bermain boneka beruang dengan seringai psikopat.
Dia mengangkat tangan kanannya.
"Ada apa Takanashi-san?"
"Sensei aku perlu ke toilet." Ucap Mika, setelah mendapatkan izin dia langsung keluar dari kelas pergi menuju toilet.
Setelah selesai Mika menatap perpustakaan sekolah di ujung koridor, dan disinilah terselip keinginan tersembunyi. "Ayo membolos dan makan ilmu di perpustakaan."
Kakinya menginjak lantai dalam perpustakaan ada banyak rak buku berjejer memperlihatkan sedikit binar dimatanya. Saat terlalu fokus berjalan memperhatikan buku dia tidak sadar jika seseorang sedang berdiri didepannya.
Bruk.
Alhasil tubuhnya menabrak, beruntung tidak ada satupun yang terjatuh. Mika tersadar lalu menunduk, "maaf aku terlalu fokus melihat buku sehingga tidak melihatmu."
Tidak sadar, orang didepannya memiliki pupil yang sedikit bergetar saat melihat Mika. Mulutnya terbuka menari nafas tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Merasakan aneh Mika memutuskan untuk menaikkan pandangan menatap wajah orang yang ditabrak.
- "nee-san!"
- "tolong nee-san!"
Mika gemetar jantungnya berdetak cepat seakan ingin hancur. 'Mereka, anak-anak itu mereka, hidup.'
Mereka sama-sama terkejut, jadi orang itu bicara lebih dulu. "Ini benar, nee-san ini kau? Ini-" orang itu berhenti saat melihat gadis itu mengangguk pasrah.
Ini benar dia…
"Jadi, bagaimana kabarmu Ruki?"
++
Sebelas tahun lalu, Ruang penelitian no.0X
Seorang gadis kecil dengan tubuh gemetar menahan sakit setelah disuntik dengan cairan biru. Meringkuk dan mengerang sendiri banyak orang dengan jas putih mengelilinginya membawa catatan dan pena melihat setiap reaksi yang datang.
'Seharusnya aku mati saja.'
Dia terkejut saat terbangun dengan tubuhnya yang diseret padahal sebelumnya dia sedang duduk memakan camilan sambil nonton anime. Apa mungkin tersedak saat terlalu fokus? Atau dia lupa bernafas? Hingga berakhir ditempat ini sebulan lalu.
Setelah sedikit lebih baik salah satu orang jas putih membawanya kesebuah ruangan dengan kasur dan mainan anak-anak, setelah membalut luka-lukanya.
Yang membuatnya terkejut adalah ada banyak anak lain ditempat ini, mereka meringkuk, menangis bahkan hanya dengan tatapan dingin. Pria jas putih menatap tajam, "untuk sementara waktu no.59 akan disini aku akan datang untuk menjemput. Bermainlah sesuka hati."
'kau hanya membiarkan ku bermain sebentar sebelum merebut kebahagiaan itu, apa ini permainan untuk mereka?'
Setelah pintu ditutup satu persatu anak-anak mulai berkumpul.
"Siapa kau?"
"Apa kau disini untuk mendapatkan mainan dan permen?"
Dengan menipu anak kecil seperti ini mereka menjadikan anak-anak sebagai eksperimen.
Dia mengalihkan melihat ada empat anak yang menatap tajam tapi penuh dengan rasa penasaran. Jadi mereka berempat sepertinya mengetahui tempat apa ini, bukan untuk mainan ataupun permen.
Salah satu dari empat anak mendekat, "apa nee-san terluka?" Tanya anak itu.
Kulit yang seperti terbakar dengan cepat dilupakan, dia tersenyum dengan wajah acuh. "Aku bukan kakakmu."
"Maaf, jadi apa nee-san terluka?"
Dia membuang nafas, anak kecil ini tidak bisa menurut dengan mudah. Dia menatap acuh, "bukan urusanmu."
"Tapi nee-chan penuh dengan perban seperti mumi..." Salah satu anak dengan rambut kuning bicara. Yang berambut hijau hitam bicara, "nee-san terluka." Ucapnya pelan.
"Benar, benar nee-san ini mirip mumi." Yang berambut sedikit panjang bicara dengan semangat.
Pintu dibuka mengalihkan perhatian, dua anak dibawah pria jas putih. Yang tersisa diruangan ini hanya lima anak, tapi keheningan cepet berubah saat satu-satunya anak perempuan yang dipanggil nee-san berdecak lidah.
"Kalian berempat, aku bukan Kakak kalian."
"Jika begitu siapa nama nee-san?" Anak pertama bicara.
"Mika, panggilan aku mika jangan nee-san atau apapun itu. Aku bukan Kakak kalian."
Mika berjalan menuju salah satu ranjang, dia duduk saat anak berambut kuning mendekat. "Jika begitu aku akan memperkenalkan diri, aku kou senang berkenalan dengan nee-chan."
Anak dengan rambut sedikit panjang mengangkat tangan, "selanjutnya aku ingin berkenalan juga aku Yuma."
"Azusa, nee-san." Ucap rambut hijau. Dan yang terakhir anak itu duduk diseberang dimana ranjang yang lain berada.
Tersenyum, anak itu senang melihat adik-adiknya begitu bahagia hanya karena satu hal. "Namaku Ruki, Mika nee-san…."
Mika menghela nafas, wajah tabah itu membuat empat anak laki-laki tertawa kecil, 'hidupku begitu malang.'
Sampai jumpa pada chapter selanjutnya (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Diabolik lovers [fanfiction]
Vampire[HIATUS.] Takanashi Mika menatap jalanan sepi, mobil yang dinaiki melaju menuju sebuah mansion milik keluarga Sakamaki. Komori Yui. Protagonist dalam anime Diabolik lovers, anime dengan genre vampir ini adalah dunianya sekarang. Dan sudah 11 tah...