Warning! Kata kasar dan umpatan. Makin banyak saya up cerita makin nyeleneh, gj banget.
Menjelang siang Mika baru keluar dari kamar, melihat seluruh lantai bawah yang terlihat sepi. Ia tau pemilik mansion ini sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, jadi mika bergerak bebas menyusuri setiap tempat.
Dia bersenandung kecil saat menikmati buah apel ditangannya.
Tangan kirinya masih sesekali nyeri karena itu masih belum menghilang, sementara lehernya ia menutup bekas gigitan dengan plester. Dan menggunakan pakaian dengan kerah tinggi.
"Aku akan memukul mereka."
Mika bisa merasakan kakinya sedikit gemetar dan kulitnya yang masih begitu pucat, warna kulitnya dan Yui berbeda. Ingin Mika selalu merasa bangga tentang kulitnya ini.
"Aku seputih kapas."
Tapi warna kulitnya ini menjadi kendala, membuat beberapa orang menjauh karena gengsi. Bayangkan saja kalian melihat perempuan dengan kulit putih dan rambut hitam jangan lupa matanya yang seperti laut dalam.
Sempurna kan?
Hehe.
Mika tersentak seketika, berbalik cepat ia melihat Kanato yang menggendong boneka beruang sedang tertawa seperti psikopat gila.
"Ne,ne Mika ingin minum teh bersama? Aku tadi mengajak Yui tapi dia dibawa oleh Ayato."
"Tentu?"
Mereka berdua berjalan menuju kamar Kanato. Mika melihat Kanato, itu punggungnya kenapa anak ini bisa menjadi seperti ini? Teman atau keluarga? Mika hanya merasa bahwa Kanato kesepian, itu sebabnya ia mengikutinya.
Kanato yang Mika tau dia orang yang suka tertawa.
++
"Komori-san apa kau melihat Mika?"
"Gomen Reiji-san aku tidak melihat Mika-san setelah sarapan pagi ini, apa terjadi sesuatu?"
Reiji menatap tajam Yui, sepertinya tidak berminat menjawab. Jadi kemana harus mencari? Ia harus memberikan beberapa vitamin dan obat penambah darah dan beberapa suplemen untuk Mika. Tapi gadis itu tidak berada dikamar nya, bersama dengan Shu?
Yang dilihat sekarang adalah Shu yang sedang tertidur dilantai dengan bersandar pada dinding.
"Pergilah jangan menghalangi jalan."
Shu bahkan tidak mendengarkan, telinganya seperti biasa disumpal earphone. Ini membuat reiji kesal dan ingin menendang shu.
"Gunakan hidungmu dengan benar baunya tidak jauh, mungkin bersama Kanato." Ucap Shu, ia masih ditempat.
Tanpa sadar Reiji menajamkan penciumannya, mencoba mencium harum darah yang di ingat. Memisahkan antara darah Yui yang menyengat dan darah Mika yang lembut, dan dia mendapatkannya.
Reiji menatap Shu yang masih tiduran dilantai, entah kenapa kakaknya ini selalu membuat kesan orang merepotkan. Apa karna rasa iri sejak kecil dimana dia melihat Shu yang diperhatikan oleh ibu mereka, sementara dirinya sendiri tertinggal.
Jadi kemarin saat melihat Shu yang seenaknya meminum darah Mika, untuk kesekian kalinya reiji merasa kalah lagi. Jadi saat ada kesempatan dimana Mika terbangun semalam reiji mengambil kesempatan.
Itu tubuhnya gemetar, kulitnya yang putih terlihat pucat.
'Dia sangat lemah.'
Pikirannya hancur mendengar Shu yang bicara.
"Wajahmu mengerikan, pergi lihat gadis itu akan berbahaya jika Kanato juga meminum darah selain eve."
"He, kau menghawatirkan Mika? Ada apa denganmu Shu, kau sebelumnya bahkan tidak melihat siapapun, kenapa malah mencoba melihatnya sekarang?"
Memperhatikan dan mengawasi, dan Reiji sadar Shu mulai melakukannya.
Bibirnya berkedut menahan tawa, dan Reiji bisa melihat Shu.
"Dia akan jadi milikku, kau tau bagaimana rasanya jadi aku tidak harus menjelaskan."
Bahkan jika Shu diminta penjelasan dia tidak akan memberikannya, jadi Shu menganggap bahwa ini adalah fase pemberontak nya.
Reiji menatap dingin saudaranya, lalu menghilang dari pandangan.
++
Cangkir teh tersedia didepannya dan Mika menatap Kanato. Saat ini mereka didalam kamar tidur milik Kanato, itu penuh dengan banyak boneka beruang.
Pria itu juga kadang tertawa dan bicara sendiri, tidak lebih tepatnya bahwa dia bicara dengan boneka beruang, Teddy.
"Minumlah, setelah itu biarkan aku meminum darahmu mika-san."
Mika tertawa kecil.
"Ada apa? Kenapa kau tertawa? Apa kau mengingatku?__" Kanato menjadi begitu emosional dia bahkan menjerit keras.
Menutup matanya, gendang telinganya bergetar karena tidak terbiasa mendengar suara jeritan. Dia juga sedikit lepas kendali terhadap tubuhnya sendiri, membuat rasa saki menyerang secara signifikan terhadap jantungnya.
Egh.
Sandaran kursi diremas kuat, mika terkejut dan hilang konsentrasi. Ini juga terjadi semalam saat bersama Shu dan Reiji buruknya lagi akan berbahaya jika ketahuan begitu cepat.
Punggungnya terasa dingin, setelah cukup terbiasa dengan suara tinggi Kanato mika lebih baik. Dia kembali mendapatkan fokus, tapi mika tidak mendengar suara Kanato jadi dia menaikkan pandangan.
Ada apa dengan Kanato, dia terlihat ketakutan?
"Mika-san?"
Mika sudah melepas cengkraman pada sandaran.
"Kau, kenapa kau kesakitan?"
"Ha, aku hanya sedikit terkejut maaf karena membuatmu tidak nyaman." Mika tertawa canggung.
Kanato menjadi lebih baik entah kenapa. Pria itu melihat cangkir teh yang belum disentuh, dia memeluk erat boneka beruang. "Minum teh itu."
Mika mengangguk, "baik, apa yang Kanato sukai?" Ia mengangkat dengan anggun.
"Teddy."
"Begitu, aku juga punya teman yang sama meski bukan beruang seperti milik Kanato."
Mika mengingat teman tidurnya, boneka itu selaku berada ditempat dimana mika merasa nyaman untuk tidur dan beristirahat. Boneka bebek, mika menyukainya dan tidak pernah melepaskan temannya itu bahkan saat berada ditempat eksperimen ia selalu memeluknya.
Sementara itu pria didepannya tertarik dengan topik pembicaraan, melihat gadis didepannya tersenyum seperti itu. Lalu Kanato melihat Teddy diperlukannya, apa dia punya teman seperti ini juga?
Tapi mika bilang bahwa itu bukan beruang, lalu apa itu? Ada binar senang dimatanya dan Mika tidak bisa menghindari.
"Heh, apa benar begitu? Aku ingin bertemu dengannya, apakah boleh? Kita akan bermain bersama itu akan sangat menyenangkan. Lihat Teddy kita mendapatkan teman, apakah kau senang Teddy?"
Mika hanya tersenyum melihat Kanato yang bahagia hanya karna hal kecil, ia mengangkat cangkir teh dan meminumnya.
*Deg.*
Mika menutup matanya jantungnya seperti dihantam sesuatu, ini seperti terakhir kali. Tidak. Dia mengalaminya setiap tahun rasa sakit ini, meskipun selalu ada seperti merobek kulit tapi rasa sakitnya akan sampai pada puncaknya.
Cangkir teh ditangannya bergerak sedikit meski begitu Mika menahan agar tetap berada ditempat.
'…fuck!'
Rasa sakit semakin kacau, jantungnya seperti diremas dan dihancurkan tapi ia masih bisa menahan raut wajahnya.
"Kanato aku akan kembali kekamar terima kasih atas jamuan tehnya."
'ada apa dengannya?'
Sejak tadi, meski fokusnya terhadap beruang Kanato selalu memperhatikan gerak-gerik gadis didepannya. Saat Mika menggenggam sandaran kursi Kanato bisa melihat rasa sakit dan sekarang saat melihat tubuhnya sedikit gemetar.
Jika tidak begitu fokus mungkin tidak akan mengetahui bahwa gadis itu sedang menahan sakit, menyebabkan tubuhnya gemetar.
Kanato hanya diam melihat Mika yang masih begitu elegan meletakkan cangkir teh lalu pergi meninggalkan kamar tidurnya.
"Aku harus mencari obatku."
Obat penenang, setidaknya untuk mengendalikan dirinya sendiri dari rasa sakit menyakitkan ini. Ia harus pergi saat waktu itu tiba dan kembali seolah tidak terjadi apapun.Biar makin rajin bacanya,
Reader's : nyogok lu Thor!
(◕દ◕) ⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄
KAMU SEDANG MEMBACA
Diabolik lovers [fanfiction]
Vampiros[HIATUS.] Takanashi Mika menatap jalanan sepi, mobil yang dinaiki melaju menuju sebuah mansion milik keluarga Sakamaki. Komori Yui. Protagonist dalam anime Diabolik lovers, anime dengan genre vampir ini adalah dunianya sekarang. Dan sudah 11 tah...