12~

6.9K 403 3
                                    

"Kita selalu bisa memaafkan, namun tidak harus melupakan."

~•~•~•
°°°

🌼🌼🌼

Arlan melangkah ke ruang keluarga, disana hanya ada papanya dan juga adik gobloknya.
Dia mendekati sofa yang di duduki Arsen, dia menatap lekat wajah Arsen saat sudah berada dihadapannya.

Arsen yang melihat kakaknya itu hanya menaikkan alisnya bingung.
Lapo wong Iki jare

Plakkk.... Plakkk....

Arlan langsung menampar kedua pipi Arsen, dia kemudian mendudukkan dirinya di sofa samping Alex.

"Apa-apaan kau ini?" Tanya Arsen yang tak terima tiba-tiba di tampar tanpa alasan.

"Kau telah membuat pipi adik kecilku memerah, seperti peraturan, balas dua kali lipat." jawab Arlan santai.

Alex mengernyitkan dahinya.
"Apa kau menampar Darren sen?" Tanya Alex sembari menatap putra keduanya itu.

"Ya aku tidak sengaja pa, sepertinya aku tidak terlalu keras, lagi pula aku tidak tau jika akan membekas lama." jawab Arsen menjelaskan.

Alex menggelengkan kepalanya pelan.

"Lain kali jangan di ulangi, kulit Darren sedikit sensitif seperti ayahnya, jika luka akan membekas lama." ujar Alex menerangkan.

"Dan satu lagi, jangan sampai Dhani tau atau kau akan di usir." ujar Alex kembali sembari menunjuk Arsen.

"Dan apa yang kau lakukan Arlan?"

Arlan menoleh kearah papanya, dia kemudian menghela nafas panjang.

"Aku memukul kakinya dengan ikat pinggang."

Alex dan Arsen sontak membelalakkan matanya, apakah Arlan sudah gila berani memukul Darren, putra kesayangan Dhani.

"Kau gila boy, jika Dhani tau maka bersiaplah untuk menjadi makanan Ester." ujar Alex sembari membayangkan jika Arlan di berikan kepada Ester, serigala putih kesayangan Dhani itu.

"Kulitnya sensitif bego, cepatlah obati!" ujar Arsen sembari menatap tajam Arlan.

"Malas." jawab Arlan singkat.

Arsen yang mendengar jawaban Arlan langsung bangkit dari duduknya, melangkah menjauh menuju kamar Darren berada.

"Ancene wong pekok, goblok, bego, edyan" gerutu Arsen selama perjalanan menuju kamar Darren.

Cklekk....

Arsen melangkah masuk, pandangannya langsung tertuju kepada pemuda yang ternyata terlelap di ranjang.

Arsen duduk dipinggir ranjang, membuka selimut yang dipake Darren dan segera melihat ke arah kaki pemuda itu.

Dan benar saja, kedua kaki pemuda itu terluka dan ada sedikit darah yang sudah mengering.

"Bangsat kali lahh si Arlan itu." gumam Arsen sembari menatap ngeri luka di kaki Darren.

Pemuda itu segera mengambil kotak P3K dan mulai mengobati kaki Darren, dia mengobati dengan pelan-pelan agar Darren tidak terbangun dengan pergerakannya.

𝐇𝐞'𝐬 𝐏𝐫𝐚𝐝𝐢𝐩𝐭𝐚? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang