Seribu lampu ✨

100 32 9
                                    

***
"Wah, Masyaa allah. Pondoknya indah  banget terus juga ada tamannya." Takjub Hafidzah sambil memperhatikan bangunan yang berwarna putih.

"Alhamdulilah, Hafidza suka?" tanya Nada sambil memperhatikan Hafidza yang memandang taman pondok.

"Suka banget. Ikh ngak nyesel Hafidza ikut Kak Nada," ucap Hafidza dengan senang.

"Bentar, kalo  pondoknya bagus berarti santrinya suka banget mondok disini. Em, ngak sabar deh belajar disini nanti 'kan bisa dapat temen baru, terus bisa main bareng,makan bareng, bobok bareng. Hafidza ngak nyesel ya allah." 

Nah 'kan jadi suka><

Mendengar ocehan dari mulut Hafidza membuat Nada menggelengkan kepala dan berjalan menghampiri Hafidza.

Tangan Nada terulur untuk memegang pundak Hafidza, dengan  gerakan refleks Hafidza menoleh.

"Eh, Kak Nada. Tadi Kak Nada denger ,ya." Tanya Hafidza sambil mengaruk pipi nya.

"Dengar ngak ,ya? Kek nya sih ngak deh ... tapi kalo denger gimana?"

"Hehe ... ngak kok"

"Dari pada disini. Mending kita masuk ke Ndalem." Ajak Nada sambil menarik tangan Hafidza menuju Ndalem. Hafidza yang ditarik pun langsung berjalan sejajar dengan Nada.

Keadaan Ndalem saat ini sepi. Tak ada orang bentar, apakah Nada melupakan sesuatu?

Why?

kalau pun Ia. Nada harus cepat untuk mengingatnya Tak.

Yapss

Nada harus mencari Rani untuk membahas masalah Pondok Cabang.

Tak ingin berlama -lama lagi Nada harus mencari Rani tapi Hafidza bagaimana?

Saat ini di Ndalem sepi apakah ia harus di tinggal sendiri.

Hm, tak ada pilihan lain Nada harus meninggalkan Hafidza walau berat hati.

"Hafidza tunggu di kamar,ya. Cari di lantai 3 yang pintu nya ada nama Queen.  pintu warna biru muda. Inget Hafidza di situ boleh pegang apa aja yang ada di dalam kamar tapi jangan berantakin. Terus juga kalau ada yang tanya Kamu siapa bilang aja Temen Kak Nada," ucap Nada yang panjang lebar dan sedikit nasehat lebih tepat nya lumayan panjang kek Tol jalanan tangan Nada pun mengacak Khimar yang Hafidza pakai sehingga membuat Hafidza cemberut.

Hafidza mendengus kesal dan menggembungkan pipinya yang berisi.

"Ikh, Kak Nada. 'Kan berantakan lagi. Terus kalau Dia ngak percaya sama Hafidza gimana?" tanya Hafidza

Nada pun berpikir sejenak "Hm ... kasih? Akh intinya sebisa Hafidza aja, Kak Nada mau pergi dulu jangan bandel. Nanti ada makanan di atas meja dapur Kamu makan, ya."

Setelah keluar Nada dari kamar Nada pun langsung turun menuju ke dapur dan atensi matanya pun tertuju pada Bik Ani yang sedang memasukan sayur dan beberapa bahan makanan ke dalam kulkas.

Nada pun langsung menghampiri bik Ani. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bik Ani."

"Eh, waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ya allah Non Nada. Kapan datang kesini kok bik Ani ngak liat?" tanya Bik Ani

"Tadi, sih. Soalnya ada kepentingan sama Rani. Oh, iya di atas ada anak kecil seumuran sama adik Nada namanya Hafidza. Em, sekalian Nada minta tolong sama bik Ani tolong antari makanan ke atas,ya." 

"Oh, ada kepentingan sama Non Rani. Nanti bik Ani antari makanan buat Non Hafidza. Jangan sungkan buat minta tolong sama bik Ani, bibik 'kan bisa bantu kalau Non Nada minta tolong."

NING MISTERIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang