jalan-jalan

39 4 2
                                    

Semua anak telah memasuki ruangan dekranasda dengan guru pembina
Nya masing-masing. Dengan perlahan Nada mengiring para siswa-siswi masuk ke ruangan cara pembuatan batik. "Baik, ini pelajaran pertama. Di sini kalian bisa melihat cara pembuatan batik tulis khas daerah Sumatra Selatan. Dan beberapa barang yang menguntungkan batik tulis khas daerah Sumatra Selatan contohnya seperti baju ini, biasanya digunakan oleh anak sekolah seperti kalian."

Selanjutnya mereka berjalan menuju tempat khusus untuk menenun kain songket khas Palembang. Kain songket Palembang memiliki ciri khas dengan motif taburan secara menyebar dan dibentuk kecil-kecil sampai berbentuk seperti bunga atau bintang. Terdapat pula tiga jenis songket tabur yakni Songket Tawur Lintang, Songket Tawur Nampan Perak, dan Songket Tawur Tampak Magis.

setelah dari ruang pembuatan kain songket rombongan Nada berjalan menuju ruangan khusus pakaian adat daerah sumatera selatan.

"Sumatera Selatan memiliki beberapa busana tradisional, di antaranya aesan gede dan pak sangkong. Aesan gede dan pak sangkong merupakan pakaian adat Sumatera Selatan yang dipakai pengantin ketika acara resepsi pernikahan di Palembang." ujar Nada sambil berdiri di dekat seorang perempuan yang menggunakan baju adat Palembang yang tersenyum tipis ke arah anak-anak.

Setelah berkeliling di dalam gedung dekra, mereka melakukan sesi Poto bersama dengan pembina mereka masing-masing.

Perlahan kaki para anak kelas sebelas berjalan menuju bus yang mereka tumpangi.

Kaki jenjang Nada berjalan ke arah motor sembari membenahi barang. Tanpa sadar tubuh Nada tidak sengaja menubruk lelaki berbadan besar. "Eh, maaf. Saya nggak sengaja."

Lelaki berbadan besar dan berambut gondrong tersebut menoleh ke arah Nada. "Lo yang waktu itu mukul temen gue, 'kan?" terang lelaki tersebut.

"Lo siapa? Gue nggak kenal sama Lo!" Tangan Nada perlahan meraih helm yang berada di atas jok motor.

"Lo emang nggak kenal sama gue, tapi gue kenal sama Lo. Lo adalah saksi mata kejadian ti--" ucapan laki-laki tersebut harus terpotong.

"Nad! Kamu kenapa lama, busnya udah mau berangkat," ujar Via sambil mengusap keringat.

Laki-laki tersebut menatap sinis ke arah Nada lalu pergi meninggalkan Nada dan Via tanpa berbicara sedikit pun. Tapi mata hitam legam tersebut tersirat sebuah pesan yang mengatakan bahwa ia akan kembali untuk menemui Nada kembali dalam waktu dekat.

'semoga aja Via nggak denger apa yang laki-laki itu bicarakan.' Nada harap Via tidak mendengarkan pembicaraan ia dan lelaki berbadan besar tersebut. Bisa gawat jika Via mendengar apa yang telah mereka bicarakan.

Via menghela nafas. "Nad, itu tadi siapa?" Suara Via sedikit ketus dan penasaran.

Tangan Nada bergerak memasang helm full face dengan perlahan helm tersebut terpakai. "Nanya alamat rumah orang kayaknya sih mau nagih hutang." sedikit berbohong demi menutupi kejadian tiga tahun yang lalu itulah yang harus Nada lakukan demi keamanan keluarga dan pondok pesantren. Bukan hanya semata demi kekayaan tapi Nada tidak ingin mereka terlibat dalam kasus tiga tahun yang lalu.

Via hanya mengangguk. "Kayaknya sih emang mau nagih utang deh. Secara 'kan debt kolektor emang badannya gede gitu, kan?"

"Nggak usah banyak ngomong, sana naik bus! Itu Pak Supir dah ngasih kode."

Setelah itu Via berjalan ke arah bus khusus para guru yang ikut studi tour. Nada juga tidak ketinggalan, motor beat merah tersebut ia stater setelah di rasa semuanya aman, perlahan Nada mulai menarik tali gas motor.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

NING MISTERIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang