Bahasa Apaan Tuh?

62 20 0
                                    

“semuα penulis αkαn mαti,  hαnyα kαryαnyα yαng αbαdi. mαkα tulislαh sesuαtu yαng dαpαt membαhαgiαkαn dirimu di αkhirαt nαnti.”🌷 ⋆.✧
 
                    - Ali bin Abi Thαlib -
                    -

🐾🐾🐾

Setelah sholat ashar Nada pun bersiap-siap akan membelikan Hafidza es krim kerena Yusuf 'tak sempat untuk mampir ke Mini market. Setelah siap Nada pun turun ke bawah menghampiri Hafidza yang sedang mengelus perut Oyen sedangkan Rani ia sedang mengisi kajian di desa sebelah.

"Za, Kak Nada mau pergi dulu  sekalian jalan bentar. Fidza disini aja ya, jaga Oyen nanti Kak Nada bawain Kamu Es Krim,"  ujar Nada sambil mengelus kepala Hafidza .

Hafidza pun langsung  mengangkat kepala-nya  mendengar ucapan Nada yang ingin pergi.

"Fidza mau ikut Kak Nada, boleh ya." dengan tatapan yang memohon dan sedikit menggoyangkan tangan Nada.

Nada pun menggelengkan kepala-nya bertanda tidak, "Is, kok Kakak gitu sih, Fidza mau ikut."

"Disini aja, Kakak ngak lama. Sekalian jaga Oyen nanti dia ribut lagi sama Khairu,"

"Hm, ya udah. Tapi es krimnya yang banyak." Nada pun langsung tertawa kecik ketika mendengar ucapan Hafidza.

"Gak, nanti Hafidza sakit. Ya udah, Kakak pergi dulu ya.  Assalamualaikum."

***

Sebelum membeli es krim Nada sengaja berkeliling di area Gelora November menikmati senja di atas tribun.

Sesekali ia melihat para pemain bola kada kala Nada melihat anak kecil berlari sana sini di atas rerumputan bahkan Hewan berkaki empat yang suka makan rumput pun ada si apa lagi kalau bukan Sapi yang memiliki suara.

"Mouuuuu."

kira-kira  begitu lah suara sapi, 'tak hanya satu tapi hampir 10 ekor sapi ada disini.

Bahkan bukan itu saja yang menjadi pusat perhatian Nada tapi sebuah tabung besar berwarna putih pun menjadi perhatian Nada.

Nada sempat shercing di google bahwa dulu di Talang Akar pernah menjadi Kilang Minyak terbesar di Asia. Banyak hal yang belum Nada ketahui  di tempat kelahiran-nya ini sempat 'tak percaya bahwa dulu di tahun 1922 pernah di temukan kilang minyak dan di jadikan pusat kilang minyak di indonesia dan asia.

***

Jam 17.30 Wib.

Awan mulai gelap menutupi matahari yang seharusnya bersinar terang. Sepertinya hujan akan turun.

Buru-buru Nada berjalan untuk pulang namun, nyatanya cuaca sedang tak bersahabat, rintik air pun mulai membasahi bumi.

Akhir-akhir ini cuaca memang sangat panas seperti meminta hujan untuk turun. Semakin lama hujan semakin deras.

Tak ada pilihan lain selain berteduh. Ujung gamis Nada pun sudah basah karena cipratan hujan dan lebih parahnya Nada tidak membawa jaket yang Ia sering pakai untuk pergi. Hujan seperti ini membuat orang lebih memilih untuk turu. Angin semakin kencang Nada pun melipat kedua tangan nya ke depan d*d*, sebuah motor berhenti tepat di depan Nada. Mereka adalah anak Smp yang sama seperti Nada ke hujanan memilih berteduh dekat Nada.

Sudah hampir 15 menit hujan turun membasahi bumi, Nada semakin merasa kedinginan.

Rintik gerimis membasahi jalan, banyak para siswa-siswi yang telah pulang. Sedangkan Nada masih berdiri di dekat gerbang sekolah berharap hujan akan berhenti.

"Mana hujan lagi," monolog Nada sambil melihat layar handphone. Dimana sebentar lagi adzan ashar akan berkumandang.

"Ngak ada cara lain selain nerobos hujan,"

NING MISTERIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang