Home for Aqila, sebuah buku novel dengan genre family yang cukup terkenal di kalangan remaja. Secara garis besar, novel itu bercerita tentang seorang gadis bernama Shaqila Gabriel yang hidup dalam bayang bayang kekerasan keluarganya. Sosok Aqila digambarkan sebagai gadis polos dan ceria yang mampu melukuhkan hati para tokoh pria utama.
Sampai suatu ketika, ada yang melihaynya disiksa oleh sang ayah. Dan orang itu adalah Asher. Karena iba, dia dibawa pulang ke mansion.
Kehidupan Aqila berubah 180 derajat. Dalam waktu singkat, dia berhasil merebut perhatian semua keluarga Amadya, kecuali Farel dan Leon. Farel sama sekali tidak terpengaruh sikap polos gadis itu, karena dimatanya, Aqila tidak jauh berbeda dengan jalang club malam.
Sebuah cerita tentu tidak akan lengkap tanpa adanya antagonis, kan? Dan di cerita ini pun juga sama. Leonard Kian Amadya, bungsu keluarga Amadya yang sangat tidak menyukai Aqila. dia memang membenci Farel karena sikap pendiam dan pemarah kakak tengahnya itu, tapi itu tidak seberapa jika dibanding dengan ketidaksukaannya kepada Aqila.
Seperti antagonis pada umumnya, Leon melakukan banyak cara dan fitnah untuk memojokkan Aqila. Dan klimaksnya saat Leon nekat ingin menjebak Aqila dengan menyeret kakak keduanya.
malam itu, tapatnya di hari ulang tahun sekolah.. Leon membuat skenario dimana Aqila dan Farel melakukan hubungan terlarang yang pada akhirnya membuat Farel terbunuh di tangan keluarganya sendiri.
Leon terkejut saat mengetahui kabar itu, rencananya menjebak Aqila dan Farel hanya ingin Aqila dibuang keluarganya. Tapi yang dia dapatkan malah jauh berbeda. Leon semakin menyesal karena ternyata Farel tahu rencananya, tapi tidak membela diri ataupun mengatakan jika semua itu rencana Leon.Novel itu berakhir dengan Aqila yang hidup bahagia dengan keluarga Amadya, sementara Leon menghilang entah kemana.
"Ah! Elio jadi Farel!" seru Elio ketika ia sudah mengetahui kebenarannya. Dia sudah bangun dan mendapati jika ia sudah berada di ruangan serba putih. Kemudian ia mendapatkan seluruh ingatan Farel serta posisinya di dalam sebuah Novel.
"Hmm.. Sepertinya El pernah baca deh? Dimana yah?" Elio berpikir keras. Mengernyitkan dahi, menyatukan alis tanda bahwa ia berusaha mengingat. "Loh! Itukan Novel yang aku temuin waktu di halte!!" seketika Elio juga ingat jika Farel mengatakan hal yang sama.
Elio menganga tak percaya. Takdirnya menjadi seorang Farel yang nantinya akan mati ditangan keluarganya sendiri. Mengingat itu, air matanya kembali mengembun membuat penglihatannya sedikit terhalang. "Huwaaa kak Farel hiks, Elio ga mau mati lagi hiks... Gimana caranya biar Elio ga jadi dimatiin hiks. "
Elio menghapus kasar air matanya menggunakan kedua tangan. Dia berpikir keras membuat skenario pendek yang mungkin saja bisa menjauhkannya dari kematian. "K-kalo hiks El sayang adiknya kak Farel, Elio hiks ga akan di tuduh kan?" lirihnya.
"Yosh! Nanti El bakal baikan sama adiknya kak Farel, " serunya menggebu-gebu. Mengabaikan ingus yang sudah meleber di atas bibirnya.
"Uhmm, sekarang Elio adalah Farel. Heheh El? Hmm El.. Elio, Farel? Seperti cocok. Sekarang El adalah El!" Elio bergumam. Karena dia menjadi Farel, dia tidak boleh memanggil dirinya Elio. Maka dari itu, sebagai gantinya, Elio memanggil dirinya El yang berbeda. Jika biasanya El dari ELio. Sekarang El dari FarEL.
Elio bertepuk tangan. Membusungkan dada ke depan merasa bangga dan pintar.
Elio menengok ke arah pintu ruangannya saat mendengar derap langkah dan juga perbincangan seseorang. Mata Elio berbinar cerah, dia mengenali suara ini. Meski hanya mendengarnya sekilas, tapi dia yakin kalau suara ini milik Leon, adik dari Farel.
Cklek
Benar kan dugaannya, itu Leon dan juga Asher. "Kak Asher, Leon, habis dari mana? " tanyanya dengan nada seperti anak kecil. Asher dan Leon sampai mematung di depan pintu masuk. Apa yang terjadi kepada Farel yang mereka benci ini? Benarkah yang sedang menatap mereka dengan berbinar itu Farel yang mereka kenal?
Asher maupun Leon hanya mengernyit heran. Keduanya beranjak mendekat ke arah Elio yang nyengir memperlihatkan gigi rapinya. Tatapan keduanya merupakan tatapan bingung, tetapi Elio tidak menyadari itu.
Elio menyambar tangan Leon. Kemudian berkata. "Leon, El kan kakak. Jadi kalo Leon dalam kesulitan, cari kakak okay?" ujarnya girang. "Dengan kekuatan super! El akan langsung datang!" Elio memperagakan pose pahlawan super.
Leon menatap Asher dengan tatapan bertanya namun Asher malah menjawabnya dengan mengangkat bahu. "Aku akan tanya dengan yang lain. Kau tunggu saja di sini dengan kakakmu itu. " Asher kembali keluar meninggalkan Leon yang masih kebingungan.
Elio menarik Leon agar duduk di sebelahnya. Leon yang masih kebingungan hanya menurut saja, dia seakan pasrah dengan apa yang akan dilakukan Elio selanjutnya. Tanpa Leon duga, Elio malah mengelus kepalanya. Gerakannya sangat luwes, padahal seingatnya kakak keduanya itu tak pernah sekalipun melakukannya. "Yosh, yosh, jangan takut oke? Kak El ada sama Leon. " ujarnya lalu tersenyum lembut.
"Akan kakak libas semua orang yang jahatin Leon!" Elio mengikuti kosa kata preman yang selalu dia temui di jalan. "Tapi, El tidak berani. Jadi Nanti kita lari aja hehe." bocah itu menggaruk pipi yang tak gatal.
Leon? Jangan di tanya. Dia nyaman dengan elusan Far- Elio. Meski sikap kakaknya Farel aneh. Tetapi Leon suka. Leon suka kakaknya yang seperti ini dari pada melihatnya dengan tatapan dingin.
Elio akhirnya diam saat Leon sama sekali tidak menanggapi ucapannya. Dia mencoba terlihat biasa saja meski perasaannya susah campur aduk. Dia takut Leon tidak menyukainya yang nantinya membuat nasibnya sama seperti yang tertulis di novel.
Leon kembali membuka matanya saat dirasa elusan Elio berhenti. Dia membelalak kaget saat mendapati mata Elio berembun dengan bibir yang melengkung ke atas. "Kak Farel? "
Bukan jawaban yang Leon dapatkan, melainkan isakan kecil yang keluar dari mulut Elio. Leon yang tak tahu apa apa dibuat panik olehnya. "K-kak kenapa denganmu. Berhenti menangis." Leon gelagapan. Dia tak pandai menenangkan orang yang menangis.
Elio tak menjawab. Dia sibuk menangis. Ia berpikir hidupnya akan berakhir. Rencananya telah gagal. Elio takut dia akan terbunuh dan mati. Pecah tangisnya ketika membayangkan dia akan di bunuh secara sadis.
"Huwaaaaa... Leon tidak sayang kakak El!!" teriaknya.
Leon semakin gelagapan karenanya. Dia tak pernah sekalipun menenangkan tangis seseorang, bahkan tak jarang, dialah penyebab anak kecil menangis. "Kakak, berhentilah menangis. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan kak. Hey! "
Leon menangkup pipi Elio yang sudah basah. Sesaat Leon tertegun, wajah kakaknya ini sungguh menggemaskan! Bolehkah Leon egois? Dia ingin tetap melihat wajah menggemaskan Elio. Tapi dia juga tidak tega mendengar suara Elio yang parau karena terlalu sering menangis.
Elio menatap sayu Leon. Bibirnya mencetak ke atas. Dia sungguh sedih ketika ingat jika ia akan di bunuh. "Hikss Leon jangan bunuh kakak. Kakak takut, kakak nda mau mati, " lirihnya sebelum jatuh tak sadarkan diri.
Perkataan itu membuat tubuh Leon mematung. Apa maksud dari ucapan kakak keduanya itu.
Tbc.
200 vote... Part 4 coming..
KAMU SEDANG MEMBACA
Became A Favorit Figure - End
Teen FictionCerita ini berkolaberasi dengan penulis handal @Higan_cha. kalian wajib mampir di lapaknya. ( Up satu hari sekali, paling lambat 2 hari sekali ) Seorang badboy, bertransmigrasi ke tubuh seorang anak polos sudah biasa. Tapi bagaimana jadinya jika seo...