17.

17.7K 1.6K 29
                                    









Elio tidak bisa tidur sama sekali meski malam semakin larut. Dia masih teringat akan wajah tampan Axel. Oh, dia iri sekali dengan wajah tegas milik  Axel.

"Aaaaa El kenapa gini? Kak Axel juga kenapa ganteng banget? Pantes aja temen sekelas El banyak yang suka. El juga mau ~"

Elio kembali duduk, menatap perban di tangannya yang tadi dipakaikan oleh Leon.

Plak!

"Sadar El.. Kamu laki-laki. Mana bisa bersama. No no no!" Menggerakkan telunjuk kanan kiri seiras dengan kepalanya.

"Huft!" Elio menjatuhkan tubuhnya ke ranjang empuk. Dirinya tak bisa tidur.

Memilih beranjak, El keluar dari kamarnya. Mungkin sedikit minum air dingin akan membuat dirinya mengantuk? Entahlah.

Elio menuruni satu persatu anak tangga, dia seolah lupa jika ada lift di mansion hanya karena terlalu kalut memikirkan Axel. Elio membuka kulkas begitu sampai di dapur. Matanya berbinar menatap begitu banyak eskrim di dalam sana.

Niat awal ingin minum air dingin, Elio malah mengambil satu boks eskrim dan menyomot eskrim menggunakan tangannya.

"Emmmm enyak hehe... "

Entah berapa lama dia di sana, satu boks eskrim sudah habis dan sekarang dia mengambil satu boks lagi. Wajahnya belepotan es krim. Anak itu mengusap kasar dengan baju lalu menghabiskan sisa eskrim nya.

Setelah habis, Elio berdecak melemparkan wadah bekas eskrimnya.

Dia sudah menghabiskan banyak eskrim. Tetapi masih tetap tidak mengantuk. Dirinya pun berdiri dan melangkah keluar.

Para penjaga sedang rehat dan akan lanjut nanti jam 1 pagi.. Sekarang masih jam 11 jadi, tak ada penjaga yang berjaga memudahkan Elio keluar dari ranah Mansion.

Setibanya di gerbang luar.. Jalanan begitu sepi. Elio suka, Menghirup udara dingin yang menelusup ke seluruh tubuh.

Dari jauh, matanya memicing melihat sosok yang mendekat ke arahnya. Sosok itu terlihat lusuh dan berantakan. Elio yang merasa iba pun berjalan mendekat.

"Hey kenapa? Kamu dari mana? Apa yang kamu lakukan disini?"

Sosok itu terjengit kaget.. Emosi meluap ketika mendengar suara itu. Dia, Aqila mendongak dengan tatapan marah. Tangannya menggenggam sebuah pisau. Berancang-ancang menusuk Elio.

Elio yang tak sempat menghindar harus terkena tusukan itu di lengan. Memegang lengannya, Elio meringis.

"Shh!"

Aqila mendorong tubuh Elio ke tanah. Dia pun menduduki perut Elio. Mengangkat tinggi tangan yang terdapat pisau. Menusuk perut Elio sebanyak dua kali.

Jleb!

Tak cukup dengan itu, Aqila bersiap menusuk jantung Elio. "Mati kau!"

Tetapi sebelum itu, tubuhnya lebih dulu terbang menjauh akibat tendangan seseorang.

Orang itu terlihat sangat marah, dadanya naik turun seiring dengan emosi yang mendesir di dadanya. Dia Asher, tadinya hendak masuk ke gerbang setelah tadi berada di markasnya.

Namun tidak sengaja dia melihat siluet orang yang tengah bertengkar. Awalnya ingin acuh, namun saat mendengar teriakan yang tidak asing, Asher langsung berlari dan menendang tubuh Aqila.

Asher terduduk, mengangkat kepala Elio ke dalam pelukannya. "Dek, adek, adek dengar kakak? Adek tahan ya, kita ke rumah sakit. "

"Bajingan siapapun.. Tangkap gadis sialan itu!!" Teriak Asher.

Became A Favorit Figure - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang