15.

18.8K 1.9K 73
                                    







Elio menggeleng kuat, dia bersembunyi dia belakang Leon. "El sudah punya papa dan mama. Mereka sayang sama El. Nanti kalo El jadi anak tante, Mereka nangis. Secara kan El itu anak baik dan rajin menabung, " lirih Elio percaya diri. Dia curi-curi pandang pada ibu Daniel itu.

Rahel tersenyum kecil, dia mengusak rambut Elio. "Baiklah anak yang rajin menabung. Kamu lapar?"

Sontak Elio keluar dari persembunyiannya. "Sangat lapar tante! El sengaja tidak makan di sekolah karena kata Daniel masakan tante seperti restoran bintang sepuluh!" Seru Elio menunjukkan sepuluh jarinya.

"Tante, El bisa makan apapun. El juga suka sekali Cake!" tambahnya. Dia sekarang berdiri dan menggandeng tangan Rahel.

"Lest go tante? Kapan masaknya? Nanti El bantu biar tidak lama." Anak itu menarik tubuh Rahel menuju dapur. Padahal dia tak tau dimana tempat dapur.

"Lapar sekali ya?" Elio mengangguk semangat.  Dia menatap Rahel yang tingginya sepantaran dengannya.

"Tante-"

"Mommy sayang."

Elio memiringkan kepala. "Tapi El tidak di ambil kan?" Tanyanya lugu. Menaruh telunjuk di dagu, pemuda itu terlihat sangat manis. Perpaduan diwajahnya menambah kesan jika El sangat sempurna.

Rahel gemas sendiri. "Tidak akan di ambil sayang. Kecuali papa dan mama kamu memberikan kamu pada mommy."

Langkah El terhenti. Bibirnya melengkung. "Papa dan mama tidak akan melakukan itu kan mommy? El tidak nakal. El tidak mau di buang. "

Rahel terkejut. "Loh sayang, bukan seperti itu maksud mommy." sembari mengelus punggung Elio.  "Mending kita masak yuk. Kasihan perut El." Elio mengangguk lemah.

Sementara dari jauh, Aqila menggenggam tangannya erat. Raheila tak pernah selembut itu padanya. Dirinya di paksa tegas dan sadar posisi. Bryan memang dermawan, tetapi mereka juga menekan orang asing untuk tahu diri.

Aqila memanfaatkan kelemahannya untuk meminta sesuatu yang dia inginkan. Meski ujung-ujungnya, dia di tatap tajam penuh remeh oleh Raheila dan kedua anak gadisnya.

"P-paman.. Bibi sangat akrab ya sama El. Coba aja Qila diposisi El. Qila akan sangat bahagia, " tutur Aqila sedih. Berharap jika James akan kasihan dan memarahi istrinya karena bersikap tak adil.

James mendengarkan ucapan Aqila, dia melangkah kearah dapur mendekati istri serta anak manis teman putranya. Aqila mengekor dari belakang, dia tersenyum kemenangan. Tak sabar akan drama yang akan terjadi nantinya.

Tetapi ekpektasi nya tak sesuai realita, nyatanya.. James malah mendekati keduanya, bergabung menciptakan suasana keluarga harmonis nan bahagia.

'Sial sial sial!! Kenapa harus selalu Farel? Kenapa dia berubah? Kenapa semuanya tidak berjalan seperti dulu? Apa Farel juga mengulang waktu? Tapi bukannya cowok kayak Farel harga diri nya terlalu mahal buat jadi anak manja? Apa yang sebenarnya terjadi di sini aaarrrgghhhh! ' Aqila membatin kesal.

Di ruang tamu, Leon menatap tajam Aqila, memperhatikan setiap gerak gerik gadis itu. Dia tidak ingin ceroboh membuat kakaknya kembali terluka karena dia lalai.

Tak jauh berbeda dengan kedua teman dan satu kakak kelasnya. Mereka seolah mengintai mangsa dalam diam, menciptakan kesunyian yang mungkin bisa saja membuat targetnya menderita.

"Boleh gue bunuh tu bocah? "

"Sabar  Leon, lo belum legal jadi pembunuh. "

"Itu artinya gue udah legal kan? Dia bakal jadi mainan gue. "

Became A Favorit Figure - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang