"Kakak seram.. Nanti kalo Leon marah gimana?" tanya Elio. Dia sudah menanyakan pertanyaan itu belasan kali. Axel juga menjawab dengan sabar.
"Tidak ada yang memarahimu Farel." tentu jawabannya sama. Memang siapa yang mau memarahi dirinya.
Elio mendesah sebal. "Ugh, pokoknya El ga mau tau kalo Leon marah. Kakak seram main culik-culik El saja!" marahnya.
Axel hanya terkekeh pelan. Jika saja dia tidak sedang menyetir, mungkin saja pipi Elio sudah basah karena air liurnya.
"Kakak seram, El mau dibawa kemana? " tanyanya untuk kesekian kali.
"Kak Axel, Farel. Bukan kakak seram. " dan untuk kesekian kalinya Axel mengoreksi ucapan Elio. Namun Elio sama sekali tidak terlihat peduli, dia memandang ke luar dimana banyak stand makanan yang berjejer.
Tanpa sadar air liurnya menetes mengenai tangannya sendiri. "Ugh, El jadi laper lagi. Padahal baru tadi makan banyak. "
Axel mendengar gumaman itu. Tetapi, ia tak bisa berhenti. "Nanti makan di rumah kakak ya? " tawarnya. Dia tersenyum tipis. Menyebut dirinya kakak seakan menerima jika dia di panggil kakak seram.
Elio menoleh. "Disana banyak makanan?"
"Tentu saja banyak, kakak tadi meminta mommy untuk masak banyak buat Farel. " Elio menatap berbinar air liurnya sudah tidak bisa dibendung lagi saat membayangkan banyaknya makanan yang dulu hanya bisa dia lihat di kedai nasi padang.
*
Elio menyesal sudah terhasut oleh Axel yang membujuknya dengan makanan. Karena sekarang dirinya tersiksa dikerubungi tiga wanita berbeda usia, dan sedari tadi dirinya terus menerus berpindah posisi.
Axel menyadari wajah tertekan Elio, dia langsung mengambil paksa Elio dari pangkuan kakak perempuannya. "Kau membuat adikku tertekan, kak."
Mata Elio menatap Axel berkaca-kaca. "Hikss kakak nya kakak seram juga seram." Tubuhnya si angkat seolah bukan apa-apa. Terlebih lagi oleh seorang wanita.
Padahal tubuhnya jauh lebih besar dari tubuhnya yang dulu. Tetapi kenapa dia seolah kecil lagi sekarang.
Axel tak bisa lagi menahan tawanya. Dia tertawa cukup keras dan menyembunyikan wajah manis Elio di dada bidangnya. Axel seolah tidak peduli dengan para wanita yang menatap tak percaya padanya.
Axel cukup pendiam, apalagi setelah ayahnya meninggal, membuat Axel semakin tertutup.
"El, maaf ya, kakak tidak tahu kalau ada nenek lampir di mansion, kakak kira cuma ada mommy. "
Amanda selaku kakak perempuan Axel melotot tak terima. Ingin dia mengomel, namun tatapan Axel seolah memberi isyarat agar dirinya diam. "Enak aja, gue cantik gini dikatain nenek lampir. " gumamnya
"Lagian suruh siapa bawa yang imut-imut ke rumah." Amanda menggerutu. Di lihat dari segi manapun dia adalah wanita cantik dan mempesona.
"Nenek lampir gini juga kakakmu, " celetuk Sherry, kakak kedua Axel. Dia juga tak terima di kata mak lampir oleh adik menyebalkannya
Axel mengedikkan bahu acuh dan memilih membawa Elio ke kamarnya.
*
Brak
"Dimana kakak gue? " ucap Leon penuh penekanan.
Leon panik dan khawatir saat dirinya hendak menjemput Elio untuk pulang tapi orang yang dia cari tidak ada di kelasnya.
"A-ano, maaf Leon, tapi Farel ga masuk kelas sejak istirahat tadi." ucap salah seorang siswa.
Mendengar itu tentu saja Leon marah. "AXEL SIALAN!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Became A Favorit Figure - End
Novela JuvenilCerita ini berkolaberasi dengan penulis handal @Higan_cha. kalian wajib mampir di lapaknya. ( Up satu hari sekali, paling lambat 2 hari sekali ) Seorang badboy, bertransmigrasi ke tubuh seorang anak polos sudah biasa. Tapi bagaimana jadinya jika seo...