13.

21.2K 2K 40
                                    













Asher menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan mansion. Dia sedang menelepon seseorang di perusahaan. Jam sudah malam, tetapi Asher membutuhkan sesuatu di salah satu rumah bawahannya. Memencet salah satu tombol membuat kaca otomatis terbuka.

Angin langsung menerpa, untung saja Asher memakai pakaian hangat. Asher suka angin malam, terasa sejuk nan menyegarkan tetapi juga bahaya bagi kesehatan. Tadinya ia mengajak adiknya, Farel. Tetapi anak itu tidur setelah melakukan makan malam.

Memikirkan tentang adiknya, Asher suka Farel yang sekarang. Manis, lucu dan menggemaskan. Pipi adiknya telah mengembang layaknya mochi yang di sukai sang empu. Bibir tipis merah delima adiknya maju beberapa senti ketika sedang kesal.

Tatapan tajam jatuhnya menggemaskan seperti anak kucing yang mencoba mengeram saat di ganggu ataupun kesal. Ah, Asher ingin cepat pulang. Dia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya lalu memanjakan sang adik.

Kepalanya bergerak menikmati alunan melodi dari musik yang dia dengarkan. Memutar lagu untuk membantunya menelan keheningan.

Mobil yang di kendari olehnya melaju kencang hingga selang beberapa waktu, mobil itu terparkir apik di depan rumah bawahannya. Dia turun dan langsung disambut oleh si pemilik rumah. Gonggongan anjing penjaga saling menyaut, Asher menatap tajam anjing berjenis bulldog tersebut, seketika mereka diam, duduk tenang, bahkan terkesan ketakutan.

Seseorang sudah menunggunya di sana. Karena Asher tak mau repot-repot masuk kedalam. Apalagi waktu sudah malam. "Langsung saja, mana barangnya," pintanya to the point.

"Ini tuan. "

Asher melihat sekilas benda di tangannya. Seringaian terbentuk, dan tanpa banyak bicara dia kembali masuk ke dalam mobil. Melajukan mobil Lamborghini meninggalkan pekarangan.


*


"SIALAN! APA YANG KAU BISA SELAIN MENGHABISKAN UANG SAKU MU HAH!! IBU MU TIDAK ADA, HARUSNYA KAU YANG MENGGANTIKAN TUGASNYA MENGURUS RUMAH! "

Aqila menangis kencang, berbeda dengan hatinya yang sudah mengumpat, menyumpahi pria yang sayangnya adalah ayahnya. Jika saja malam ini bukan malam saat Asher membantunya, tidak sudi dia diperlakukan sekasar ini.

Rambutnya di tarik kencang menuju luar rumah. Sesuai dengan dugaannya, Gibran membawa dirinya ke dekat gang depan rumah. Suasana sepi dan sesekali bunyi kendaraan lewat karena mereka memiliki rumah tak jauh dari jalan raya.

Samar samar, Aqila mendengar deru mobil. Jika dia benar, itu adalah mobil Asher, pria yang menjadi targetnya.

Tanpa Gibran ketahui, Aqila tersenyum smirk. Gadis itu mulai melancarkan aksinya.

"Ayah hiks hentikan Qila mohon hiks. Tolong! Ayah lepaskan hiks sakit.... " Aqila sedikit berteriak, dia harus memastikan jika Asher mendengarnya.

Asher tentu mendengar suara tangisan itu. Dia menepikan mobil, keluar lalu mendekati sumber suara. Kedua matanya bisa melihat seorang pria dewasa sedang menyiksa yang lebih muda.

"Apa yang anda lakukan tuan? "

Gibran menoleh, menyadari jika ada orang lain, pria itu menyentak tubuh Aqila dan pergi dari sana. Tak ingin mengambil resiko untuk melawan berakhir ia akan mendekam di penjara.

Aqila menyeringai puas, rencananya kali ini akan berhasil. Dia akan masuk kedalam keluarga Amadya. "Tunggu saja Leon!" Batinnya

Asher mendekat, berjongkok tepat di depan Aqila. Tatapannya datar seolah menscan Aqila dari atas sampai bawah. "Kau tidak apa? "

Became A Favorit Figure - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang