Pilihanku

215 11 0
                                    

Content Warnings: kissing

Kalau dulu Adrian suka pandangi grafik saham yang naik turun atau mobil-mobil mewah nan gagah yang siap buat Adrian rogoh kocek, sekarang punggung Miwa yang berkutik potong tahu susu untuk digoreng dan disantap bersama jadi satu dari banyak hal favoritnya. Suara minyak yang mulai meletup jadi musik latar belakang natural di sesi 'pandang punggung orang yang disayang' kali ini, tangan mungil yang lebih muda dengan lihai masukkan potongan tahu susu seukuran satu kali suap itu ke dalam minyak panas. Dibuat ukuran kecil karena request Adrian dahulu yang masih Miwa ingat sampai sekarang. Memang tak profesional seperti juri Master Chef, tapi mulut Adrian cocok dengan rasa racikan bumbu yang dibuat Miwa.

Setelah bermenit-menit duduk jauh di dekat meja makan, Adrian mendekati Miwa, dipeluknya pinggang ramping itu dari belakang. Dagunya ditaruh nyaman di bahu yang lebih muda, masih sibuk bolak-balik tahu susu itu agar tak matang satu sisi saja. "Cantik," ujar Adrian lembut seraya eratkan pelukannya. "Awas, nanti kena minyak, Mas," jawab Miwa ingatkan jarak pendek Adrian dengan penggorengan. Miwa sama sekali tak terganggu dengan afeksi dan eratnya tangan yang melingkar itu, ia sudah terbiasa, ia hampir hafal semua hal-hal tentang Adrian.

Adrian yang suka perhatikan dirinya saat masakkan makanan simpel, Adrian yang suka tiba-tiba rengkuh dirinya dari belakang meskipun ia masih basah oleh peluh karena berkutat dengan alat masak dan bumbu-bumbu, Adrian yang akan selalu panggil dirinya dengan kata 'Cantik', Adrian yang suka tahu susu goreng ukuran satu kali suap buatannya.

Santapan matang lalu ditiriskan, Miwa berjalan kesana-kemari untuk ambil banyak hal dengan Adrian yang masih menempel di punggungnya. Yah, memang tak leluasa untuk bergerak dengan posisi ini. Tapi, apa daya ia tak akan bisa buat Adrian diam di tempat duduk yang tersedia. "Sampein ya makasih aku ke Mama udah dibawain tahu susu," kata Miwa menoleh sejenak ke arah Adrian yang ternyata terpejam nyaman di bahunya. Adrian mengangguk pelan, "udah aku bilang dari tadi kok."

Badan kecil Miwa yang masih tampung beban berat Adrian yang menggelayut manja itu berjalan hampir sempoyongan menuju meja kecil di depan televisi kamar kostnya. Dilemparnya tangan Adrian setelah berhasil lepaskan lingkaran posesif di pinggangnya. Tangan kecil itu lalu selipkan sebuah garpu di tangan yang lebih tua. "Hmm enak, Mas, cobain deh," seru Miwa masih sibuk pilih tontonan untuk temani santap makanan ringan kali ini. "Ampun deh," dengus Miwa sebelum suapkan satu potong tahu susu ke dalam mulut Adrian, oh tidak lupa ditiup dahulu agar tak buat lidah Adrian terbakar.

Adrian mengangguk sembari lukis senyumannya lalu peluk Miwa lagi dari samping. Mulutnya terbuka lebar saat tangan Miwa hampiri mulutnya dengan satu potong tahu susu lagi, dikunyah nyaring, hampir mengecap sebelum mulutnya ditampar pelan karena gaya makannya yang tiba-tiba tak beretika. Mulutnya ditampar, Adrian malah tersenyum, Miwa yang sekarang sudah berbeda dari Miwa yang ia kenal dulu. Miwa yang ia rengkuh dari samping sekarang sudah dewasa, yah walaupun masih sering merengek di hadapannya. Mata indah itu pandang lurus televisi yang tampilkan acara kesukaan Miwa. Meskipun fokusnya bukan di Adrian, tapi tangannya masih dengan telaten suapi mulut Adrian yang tak henti-hentinya mengunyah.

Piring putih yang semula penuh tahu susu itu sekarang tinggal berisi bercak minyak goreng. Ternyata berlama-lama dengan Miwa buat selera makan Adrian sedikit berubah, pasalnya Adrian bukan penggemar berat tahu. Namun, sekarang? Dengan tangan ajaib Miwa, Adrian dengan lahap makan makanan berbahan dasar kedelai itu.

Awalnya Adrian terpaksa makan karena tak enak hati jika tinggalkan tahu goreng yang dibuat Miwa dengan cinta tanpa ia sentuh sama sekali, tapi sekarang Adrian tak lahap tahu goreng itu dengan alasan serupa. Adrian sudah bisa kunyah tahu goreng dengan senang hati. Ah, Adrian pun sempat bahas hal ini dengan Miwa. Kalau kata Miwa sih hal itu cuma sekadar perkara menghargai orang, tapi setelah Adrian pikir-pikir lagi, hal itu bisa jadi masuk sebagai cara orang-orang nyatakan cinta. Karena seingat Adrian, cinta juga merelakan. Bukan hanya rela untuk lepaskan satu sama lain, tapi rela lakukan sesuatu agar yang dicinta nyaman. Menurut Adrian, itu salah satu hal yang ia usahakan agar Miwa rasakan nyaman saat bersamanya. Yaitu terima masakan Miwa dengan senang hati. Toh, memang masakan Miwa enak dan cocok di lidahnya.

Omong-omong tentang cinta. Adrian tak pernah terlalu vokal utarakan rasa sayangnya kepada semua orang, tak terkecuali dengan Miwa, dulu. Pada nyatanya tak hanya Miwa yang berusaha belajar untuk Adrian, namun Adrian juga. Adrian juga dengan senang hati berusaha belajar agar Miwa tahu betul dirinya tak main-main akan perasaannya. Tak seperti masa lalu Miwa yang buat Miwa rasakan trauma. Setidaknya Miwa tahu itu, kalau Adrian benar jatuh hati pada Miwa seorang.

Mau Miwa dibuat muak karena Adrian terus lontarkan kata manis, tak akan buat Adrian diam, tak akan buat Adrian mundur. Adrian akan tetap gencar ucapkan kalimat pujian klise walaupun akhirnya yang ia terima adalah pukulan manja di badannya.

"Miwa, kenapa Miwa cantik banget?" tanya Adrian gerakkan telunjuknya ke pipi gembil Miwa. Telunjuk itu tekan pipi putih Miwa, buat lubang cukup dalam, bukti betapa lucu dan gemasnya pipi yang lebih muda itu. "Enggak tau, aku dari lahir kaya gini soalnya, Mas," jawab Miwa, persis seperti perkiraan Adrian. Si Pisces tahu betul bahwa Miwa sadar akan hal itu, namun Miwa akan selalu tanggapi pujian Adrian dengan lontaran kalimat seperti beberapa menit lalu.

"Mas sayang sama Miwa." Miwa tampak palingkan wajahnya beberapa saat. Masih saja tersipu malu. Hidung mancung itu digesekkan pelan di pipi yang lebih muda, buat Miwa dapat rasakan deru napas Adrian di kulitnya.

Selanjutnya, ada ceruk leher Miwa yang jadi sasaran empuk bibir dan hidungnya. Berkali-kali leher jenjang nan mulus itu diberi kecupan sayang, diselingi dengan hidung Adrian yang ditanamkan disana dan hirup kuat wangi alami Miwa. Tangan yang lebih muda bergerak naik lalu tepuk pelan punggung besar Adrian, ciptakan ketenangan disana. Wajah Adrian pun akhirnya bermuara di bahu yang lebih muda.

"Miwa, boleh enggak kalau Mas jadi satu-satunya yang punya Miwa? Yang jaga, sayang, cinta, dan ngasih semua yang Miwa mau... Dan jadi yang nemenin Miwa untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi Miwa..." Kalimat panjang itu terdengar jelas di telinga Miwa. Masuk perlahan di dalam gendang telinganya, undang kupu-kupu yang tertidur untuk kembali berterbangan bebas di perutnya.

Miwa mengangguk pelan, ia tak mampu beri kalimat sepadan sebagai jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang barusan Adrian lontarkan. Miwa terlanjur sibuk cari cara untuk tutupi pipinya yang merona. Mulut manis Adrian memang tak ada duanya. Kemudian tangan mungil itu digenggam oleh yang lebih tua, diusapnya punggung tangan itu dengan ibu jari Adrian. "Miwa mau kan jadi orang yang Mas pilih untuk jadi yang terakhir...? Jadi temannya Mas sampai kapanpun itu." Miwa tentu langsung anggukkan kepalanya lagi, kali ini cukup antusias. Seolah tunjukkan bahwa Adrian tak perlu ucapkan pertanyaan itu karena satu jawaban pasti, Miwa pasti bersedia.

Wajah Miwa berpaling ke arah Adrian, tangan kecil itu tangkup pipi Adrian. Dicumbu lembut ranum merah yang lebih tua sejenak. Keduanya lukiskan senyum manis di wajah mereka sebelum Adrian ganti tangkup wajah Miwa untuk dipagut lebih dalam. Lembut dan perlahan, cumbuan itu seakan salurkan semua rasa yang mungkin tak dapat mereka ungkapkan sebelumnya. Sesekali disesap lembut juga bibir bawah dan atas Miwa yang tangannya sudah bertengger di leher Adrian. Keduanya nikmati afeksi dan eksistensi satu sama lain. Buat mereka merasa tak butuh yang lain lagi di dunia ini. Buat mereka merasa sanggup jalani semuanya asalkan miliki satu sama lain.

Miwa dan Adrian mungkin bukan rasa cinta yang terbentuk dari hal-hal murni. Namun, tak buat mereka tak pantas untuk saling mencintai.

Miwa dan Adrian sepakati, pilih satu sama lain untuk dikasihi.

Sugar and Spice -  HOONSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang