Donat Gula

140 6 0
                                    

Content Warnings: kind of nsfw

"Sayang, mau donat gula?" ucap Adrian pertama kali saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam unit apartemen. Miwa yang sedang duduk di sofa langsung menengok ke sumber suara dengan wajahnya yang tampak sumringah. Tentu saja Miwa mau, "Mauuu, aku mau donat gula Mas," seru Miwa lalu bangkit dan mendekati Adrian yang menyodorkan plastik berisi satu kotak donat gula. "Yeay, aku baru pengen donat, kok bisa sih Mas pas gini?"

"Apa sih yang enggak Mas tau tentang Miwa," sahut Adrian, mulai besar kepala. Namun, belum diberi jawaban, Miwa sudah lebih dahulu tinggalkan Adrian menuju sofa lagi. Adrian yang masih berdiri di depan pintu hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya. Yah, sudah biasa sih hadapi Miwa.

"Makannya jangan sambil tidur ya Sayang." Begitu kalimat yang dilontarkan Adrian sebelum masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju. Usai dengan urusan pakaiannya, Adrian tak bisa langsung menyusul acara makan Miwa di ruang tamu karena panggilan masuk tiba-tiba. Panggilan itu berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya Adrian berjalan untuk hampiri Miwa yang pasti sedang sibuk mengunyah donatnya.

"Mas bilang apa coba tadi?" tegas Adrian saat melihat posisi Miwa yang setengah berbaring saat sibuk memakan donat gulanya. Miwa bergeming, masih fokus pada makanan dan acara kesukaannya yang terputar di televisi. "Gulanya tuh, liat coba," titah Adrian buat kepala Miwa menunduk, berusaha lihat gula halus yang jatuh di dadanya yang tak tertutupi kaos tanpa lengan yang sedang ia kenakan. Miwa masih diam, fokus habiskan potongan donat terakhir di tangannya sebelum beri jawaban kepada Adrian yang setengah mengomel tadi.

"Tolong ambilin tisu basah Mas," pinta Miwa sembari menoleh ke samping, pandangi Adrian yang sedang perhatikan dirinya dengan tatapan tak bersahabat. Bukannya bangkit dan mengambil satu lembar tisu basah di hadapannya, Adrian justru bergerak dekati Miwa. Tangan kanan yang lebih tua kemudian mencengkram lengan atas Miwa, tahan pergerakan Miwa yang hendak menjauh dari Adrian.

"Mas—" Kalimat Miwa terpotong saat kepala Adrian mendekati guguran gula halus yang jatuh di dadanya. Lidah yang lebih tua itu menjulur sebelum sapu benda manis itu, bersihkan kulit Miwa. Miwa yang kini dicengkeram di dua sisi hanya bisa mematung karena tampaknya yang lebih muda tak bisa prediksi langkah Adrian kali ini.

Kepala Adrian yang menjauh sejenak buat Miwa dapat perhatikan wajah sang kekasih, masih dingin dan datar— yang terlihat disana hanya keinginan untuk memberi Miwa sebuah pelajaran karena menyepelekan ucapannya; Untuk kesekalian kalinya. Dua tangan Adrian lalu bergerak cepat, tarik kaos tak berlengan yang sedang dikenakan oleh Miwa, tanggalkan fabrik itu dari tubuh kecil Miwa yang masih dihiasi keunguan dan kemerahan. Dibuangnya ke sembarang arah kaos yang lebih muda, tergeletak mengenaskan di lantai.

Dengan mudah, Adrian posisikan dirinya di antara kaki Miwa yang awalnya sedikit terbuka. Kepalanya kemudian mendekat ke dada bagian atas yang lebih muda lagi, jilati sisa-sisa gula halus yang masih tertinggal di sana. Namun, bersihkan badan Miwa bukan satu-satunya fokus Adrian saat ini. Karena sepersekian detik selanjutnya, telapak tangan kanan Adrian sudah bertengger di bongkahan sintal Miwa yang masih terbalut celana pendek.

Sudah beberapa menit berlalu keduanya berada di posisi ini, dengan selingan desahan Miwa yang mengalun lirih tanpa sadar saat Adrian masih sibuk menjilat dan mencumbu dada atas Miwa. Pantatnya masih diberi remasan lembut oleh tangan kekar Adrian yang belum beri tand-tanda untuk berhenti sejenak. Bahkan tangan Miwa yang semula berusaha genggam lengan Adrian, beri kode agar yang lebih tua berhenti beberapa saat ditepis. Tepisan lumayan kasar yang didapatkannya buat Miwa ciut, tak berani ganggu Adrian lagi dan memilih untuk pasrah atas segala perlakuan Adrian pada badannya.

"Mas..." lirih Miwa kali ini berhasil panggil Adrian dengan jelas meskipun masih terbatas. Adrian hanya menggeram pelan sebagai jawaban, tampaknya belum tertarik untuk menyudahi kegiatannya di badan Miwa meskipun eksistensi gula halus di sana sudah raib. Suara Miwa yang mengaduh kian lantang saat satu tangan Adrian menelusup ke dalam celana pendek yang lebih muda, sentuh pantat Miwa tanpa halangan apa pun lagi sembari beri pijatan pelan di sana.

Tak banyak yang bisa Miwa lakukan di posisi ini. Badannya dikungkung badan Adrian yang lebih besar dan jelas miliki kekuatan yang lebih, pantatnya masih diberi remasan gemas namun sesekali cukup kencang, dadanya juga sibuk dicumbu dan dijilat— namun Adrian sama sekali tak sentuh satu titik sensitif Miwa itu, hanya sekadar bermain di sekitarnya seolah ingin buat Miwa frustrasi.

"M—Mas, cium, mau cium..." ujar Miwa dengan suara lirihnya lagi, dambakan ranum tebal Adrian cumbu bibirnya juga. Bibir Miwa juga ingin dapatkan jatahnya, tak hanya tubuhnya saja. Namun, sepersekian sekon setelah Adrian dengar penuturan Miwa, yang lebih tua justru berhenti. Badan Adrian perlahan menjauh untuk duduk di sisi lain seperti tak terjadi apa-apa, tinggalkan Miwa yang bertelanjang dada dengan wajahnya yang sudah meremang.

"Mas, ih, aku mau cium kenapa Mas pergi?" rengek yang lebih muda sembari dekatkan dirinya ke Adrian sebelum menggelayut manja di lengan sang kekasih yang tampaknya tak tertarik untuk melirik. Suara rengekan demi rengekan terdengar, penuhi ruang tamu itu— namun Adrian masih teguh pada pendiriannya untuk tetap diam.

"Aku harus apa?" tanya Miwa selanjutnya, masih setia tatap Adrian dengan puppy eyesnya dan bibir yang mencebik. Sebenarnya memang lucu sekali, tapi Adrian masih bisa menahan diri. Bahkan setelah Miwa bergerak untuk turun dan duduk bersimpuh di antara kaki yang lebih tua, menaruh kedua lengannya di paha Adrian untuk dijadikan tumpuan dagunya. Kepalanya mendongak, kembali pandangi Adrian dengan tatapan lucunya. "You want me to beg? Like this?" lanjut Miwa, masih merengek.

"Kamu paham enggak sih kalau baru dihukum? Tau kan salahnya apa? Atau masih perlu dijelasin?" balas Adrian ketus, setelah beberapa saat diam. "Iya, jelasin ke aku sambil pake aku. Sambil jambak aku, sambil apa pun itu, you can—" Belum usai kalimat yang sedang dilontarkan Miwa, mulutnya sudah lebih dahulu dibungkan oleh telapak tangan Adrian yang menatapnya jengah.

"Enggak akan, kecuali Miwa janji sama Mas buat selalu dengerin Mas mulai sekarang." Dengan mulutnya yang masih dibungkam, kepala yang lebih muda itu mengangguk paham. Tangannya kemudian ditarik menjauh, bebaskan mulut Miwa lagi.

"Jadi, kapan mau cium aku?"

Sugar and Spice -  HOONSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang