Nie kalo part ini gak dapat minimal 50 comments Aku gak lanjut serius lagian baru 11 part Bukan ngancem Tapi karena sepi aku anggap buku ini gagal Unpub or next it all depends on you
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeon minum air mineralnya setelah habisin satu sandwich dari Eunha, sarapan di taman pada akhirnya, padahal dia gak terbiasa sarapan sepagi ini.
Sempat ada teriakan teman-teman dari arah lapangan; bilang kalo mereka mau cabut duluan, Jeon sekedar lambai tangan dan mengangguk mengiyakan.
Disini Eunha sedikit merasa lega ditinggal berdua,
"Abis ini plan kemana?" Jeon membuka pertanyaan,
"Pulang, sih. Gak kemana-mana,"
Padahal ini hari minggu, fakta bahwa kesehariannya agak monoton memaksa Eunha buang nafasnya kasar.
"Main, ayo,"
"Kemana?"
"Kemana ya? Nonton lagi?"
Kedua bahu Eunha melesu,
"Lagi gak mood liat orang pacaran rangkul-rangkulan, pegangan tangan, di bioskop."
Gamblang sekali ya, Jeon bahkan ketawa kecil sedikit, reflek. Eunha berekspresi apa adanya, lontarin kalimat yang terasa ambigu didengar Jeon,
"Kenapa? Lo mau tangannya dipegang juga, begini?" Tangan Eunha diambil, jemari ditautin rapi gak ada ragu, saling mengisi dan Jeon bersikap total kurang ajar.
Brengsek banget,
Gak ada lima detik tangannya digenggam, Eunha terkejut dan langsung lepasin genggaman dan tarik tangannya lagi. Gerak reflek yang sebenarnya sedikit Eunha sesali setelah itu.
Lalu apa?
Sekarang dia jadi tau bagaimana rasanya jemari mungilnya saling bertaut dengan milik Jeon, ck, nambah beban pikiran.
Telapak tangan Jeon tidak halus, sedikit kasar karena dia aktif bermain voli, tapi rasanya hangat sekali. Lima detik yang cukup untuk Eunha bisa deskripsi, dilatar belakangi sedikit rasa iri yang muncul di dalam hati; beruntung banget pacarnya, ya.
"Tuh, kan, lo gak mau. Makanya kemarin gue ragu mau pegang tangan lo,"
HAH GILA KALI GAK MAU? LONYA AJA YANG GAK PEKA.
"Bohong,"
"Serius, soalnya lo keliatan kedinginan,"
"Terus lo malah pegang tangan lo sendiri,"
"Lo merhatiin gue, ya?"
"Ng-gak, gue fokus ke movie."
Jawaban gelagapan, Jeon sekedar mengedikkan bahu cuek sebagai respons, Eunha mengalihkan pandangan sembarang ke arah lain.
"Jadi lo mau gak?"
Eunha bungkam sejenak, "Boleh deh,"
"Gak mesti ke bioskop lagi, nanti dipikirin kalo udah jalan."
Eunha mengangguk, bibirnya merapat membentuk senyum tipis. Jeon memperhatikan intens gak sadar, mendamba dalam hati kalo gadis di sebelahnya ini betulan cantik.
Manis dan ada sisi imut, definisi cantik yang enak dipandang dan gak bosan di mata. Karena gak sedikit Jeon liat atau bertemu perempuan cantik tapi tidak menarik,
Telak sekali disini Jeon terpesona.
"Kalo gitu gue mau balik siap-siap dulu, mandi. Lo mau gue anterin pulang terus gue jemput, atau..."
Jeon menggantung kalimatnya, ragu. Etis gak kalo dia ucapin, takut spekulasi Eunha jadi jelek ke dia.
"Atau?" Eunha tunggu kelanjutannya, dahinya berkerut dan mata bulat jernihnya mengerjap tanda penasaran.
"Atau, lo mau tunggu di tempat gue. Gue gak lama, kok."
*Jeon, samar-samar semuanya jadi terlihat jelas bagiku, aku ingin berbesar kepala, tapi takut ekspetasi melukai hati.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Isinya memang cegil dan cogil :) Met siang Jangan lupa mam