Niatnya mau cari buku, tapi ke perpus berujung dia melamun bengong, memilih duduk di kursi sudut, isi kepala Eunha seolah bercabang.
Sebelah tangannya tumpu kepala reflek saat satu tangannya lagi coret-coret asal membentuk sketsa yang saat ini terlintas di dalam otak,
Sendirian, seperti biasa. Dan suasana perpus memang hening kan, Eunha semakin larut ke dalam lamunan yang dia buat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seminggu berlalu, dan sampai saat ini Eunha gak tau kabar apa-apa lagi tentang Jeon.
Padahal ya, di malam tahun baru itu mereka sempat bertukar nomor, siapa yang minta duluan? Tentu aja Eunha,
Bahkan Jeon juga sempet anterin Eunha pulang sampai depan gerbang rumah, artinya Jeon udah tau dimana dia tinggal.
Kangen banget, sumpah.
Tapi, buat sekedar pergi ke tamanpun dia ragu. Apa lagi harus kirim text duluan,
Bukan gak berani sih, tapi kayak ada perasaan gak nyaman yang terus mengganjal semenjak Eunha tau kalo Jeon udah ada pacar.
"Hoi,"
Eunha sedikit terdorong saat bahunya disenggol, reflek mendecak samar dan melirik Jiho males.
"Jangan ngelamun di perpus. Awas kesurupan,"
"Iya, lo setannya,"
"Sialan,"
Eunha gak tanggapin umpatan temennya itu, memilih tutup binder isi coretan sketsa-sketsa iseng yang dia buat.
"Kenapa sih lo kok keliatan loyo?"
"Lagi unmood,"
"Unmood ke siapa?"
"Semuanya,"
"Ck, cerita lah, berasa gak guna nih gue jadi temen,"
"Lo berguna kalo lo diem aja,"
"Galak,"
Eunha alihin atensinya tatap keluar jendela, pandangannya berpendar, dan baru ingat sesuatu; dia belum ceritain apa-apa soal Jeon ke Jiho.
"Ji,"
"Hmm,"
Jiho bergumam sekenanya, fokusnya saat ini ada di handphone, mungkin berbalas chat sama pacarnya.
"Gue mau nanya,"
"Tanya aja,"
"Lo pernah suka sama cowok yang udah punya pacar? Sukanya yang bener-bener suka, kayak; lo sampe baper banget kalo inget dia gitu," sampe bikin dada lo ngilu kalo inget dia susah dimilikin.