Sheva bergegas merapikan kotak sushi yang ternyata baru dia makan 3 pcs dan langsung bergegas kembali ke mobilnya.
"Sorry ya lama"
"Lo darimana si? Toilet ngga sampe setengah jam ya Va"
"Bawel deh lo, nih makan sushi masih banyak gua beli tadi"
Puja yang ada di kursi belakang langsung menyambar kotak sushi yang tadinya ada di tangan Sheva lalu menyantap tanpa ragu, sedangkan Pras mulai menyalakan mesin mobil. Apa Sheva memang terlalu lama sampai baru juga Sheva masuk mobil tapi Pras sudah mau kembali jalan?
"Lo ngga mau sushi Pras?"
"Mau..."
Sheva memutar tubuhnya sedikit ke arah belakang dan mengambil 1 pcs sushi lalu mengarahkannya ke arah Pras "aaaa..."
Sheva menyuapi sushi tersebut untuk Pras, karena Sheva tahu juga kalau sushi salah satu makanan favorit lelaki disampingnya ini.
"Thanks Va..." Ucap Pras yang dibalas anggukan cepat oleh Sheva
"Va... Lo emang ngga ada niatan move on gitu?"
Sheva terdiam sebentar lalu menjawab "move on ke siapa sih Ja? Mana ada cowo yang deket ama gua selain kalian semua?"
"Yaudah ke salah satu diantara kita aja, Pras contohnya. Iya ngga Pras?"
Yang ditanya justru saat ini terbatuk-batuk, memang diluar nalar Puja kalau bicara. Mana mungkin Pras orangnya? Pras adalah sahabatnya, mana bisa Sheva tega menjadikan Pras sebagai pelariannya?
"Ngaco aja lo Ja"
Puja hening, Sheva juga ikut diam kala Pras mengucapkan kalimat tersebut dengan santai namun dari nadanya benar-benar aneh di pendengaran Sheva. Suasana kembali hening hanya lagu dan senandung Sheva yang sesekali menemani sisa perjalanan mereka ke acara resepsi Agisti.
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang, sampai juga ditujuan. Sheva, Puja, dan Pras langsung turun dan menghampiri teman lainnya yang sudah lebih dulu sampai beberapa menit sebelumnya.
"Lama amat si Pras lo sampenya?"
"Putri raja tuh lama banget di rest area, segala ngilang"
Sheva menyikut lalu memukul bahu Pras kuat, enak saja dirinya yang disalahkan.
"Yaudah ayuk masuk lah, ngga sabar gua pengen liat Agisti pake gaun nikah, cantik pasti tuh anak"
Aca melenggang yang paling pertama, selain dengan Sheva memang Aca lah teman terdekat Agisti jadi wajar kalau Aca sangat penasaran dan begitu excited kali ini. Sheva ikut melangkah tapi tanpa Sheva sadari ternyata orang yang melangkah tepat dibelakangnya adalah Nuar. Haruskah seperti ini? Bukankah ini terlalu dekat?
Selama acara ini Sheva banyak diam. Dirinya bingung dan takut untuk banyak bicara, takut akan menimbulkan interaksi dengan Nuar, karena segala kemungkinan pasti ada dan Sheva tidak siap untuk itu.
"Kita udah sampe Sentul kan ya, nanggung banget kalau langsung pulang. Nginep semalem yuk di puncak? Besok sore baru balik, gimana?"
Ide dari mana itu Willy? Sheva ingin sekali mencakar Willy saat ini yang memberikan ide terkutuk beberapa detik lalu yang sepertinya direspon positif oleh teman-teman yang lain. Tamat sudah. Kalau mereka semua setuju maka dengan sangat terpaksa Sheva juga harus setuju, karena mobilnya kan saat ini yang digunakan untuk berkendara, pastilah dia harus ikut juga.
"Ide bagus. Mumpung kita lagi kumpul ramean gini juga si"
"Oke gas, berarti abis ini kita langsung cabut ke puncak ya?"
"Oke"
"sip"
"gas"
Semacam itulah respon 3 supir yang membawa mobil saat ini. Sheva ingin pulang sebenarnya, membayangkan dirinya akan berada di 1 atap yang sama dengan Nuar malam ini membuat nyali Sheva semakin menciut dan hatinya semakin berdebar.
"Tapi ngga bawa baju ganti weh"
"Beli aja udah, 1 setel juga cukup"
Oke. Dari sekian lama, Sheva akhirnya bersuara agar niat temannya untuk menginap gagal namun ternyata ucapannya langsung dijawab enteng oleh Aca dengan solusi beli baju 1 setel. Arghh, Sheva sudah migrain saat ini.
Disinilah akhirnya Sheva dan temannya berhenti, sebuah Villa yang memiliki ruangan 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur minimalis, dan juga halaman dengan hamparan rumput yang cukup luas.
Rencananya 2 kamar yang tersedia untuk para lelaki yang kebetulan jumlahnya lebih banyak dari wanita yang hanya 3 orang saja.
Semua sudah masuk kedalam kamar, Sheva juga awalnya sudah masuk kamar tapi dirinya masih belum ngantuk. Sheva memutuskan pergi ke dapur dan menyalakan kompor untuk merebus air. Sheva ingin menyeduh susu coklat yang tersedia di dapur.
"Belum tidur?"
Sheva terkejut bukan main saat dirinya mendengar seseorang yang tiba-tiba berbicara, Sheva kira semua sudah tidur dan hanya dirinya yang terjaga namun ternyata salah, sialnya lagi diantara semua orang yang ada bersamanya di villa ini, kenapa harus Nuar yang masih terjaga bersamanya saat ini? Sheva harus gimana? Lari saja langsung ke kamar, atau tetap diam di tempat dan melanjutkan niat awalnya?
"Belum ngantuk?"
Lagi. Lelaki ini lagi dan lagi mengeluarkan suaranya. Dia bertanya untuk yang kedua kalinya tapi Sheva masih diam, masih memikirkan jawaban yang paling aman untuk diucapkan.
"Belum, mau buat susu coklat"
Nuar mengangguk, dan melihat air yang Sheva sedang rebus.
"Kebetulan, gua juga mau buat kopi, itu air panas sisanya buat gua ya?"
Sheva melihat panci disampingnya lalu mengangguk sebagai jawaban pertanyaan dari Nuar. Sheva ingin menghilang secepatnya dari dapur ini.
"Lo ngga berubah, masih suka gugup"
Damn. Sheva mengumpat dalam hati, bagaimana bisa Nuar berbicara sangat tenang seolah tidak ada apa-apa diantara kita? Apa dia lupa semua yang terjadi di masa lalu? Apa dia lupa sudah meninggalkan Sheva 2 tahun lalu?
"Lo bukannya di luar kota?"
"Udah balik. Seminggu yang lalu"
Sheva menatap manik mata Nuar, netra coklat terang itu masih terasa hangat saat menatap. Nuar benar-benar memiliki netra yang indah, salah satu bagian terfavorit bagi Sheva adalah netra milik Nuar.
"Oh okay... itu airnya. Gua duluan Nu"
Sheva langsung bergegas keluar villa, rencana awalnya adalah duduk di teras villa sambil mendengarkan lagu melalui earphone. Sheva merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya dirinya terlihat gugup dihadapan Nuar!
"Padahal gua masih mau ngobrol, cuma lo nya langsung pergi"
Sheva tersedak, dia tidak makan dan hanya minum coklat panas, tapi bisa tersedak karena suara Nuar yang lagi-lagi membuat dirinya kaget bukan main.
"Ngobrol apa?"
Kali ini Sheva langsung menjawab. Sheva ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh Nuar? Sheva akan hadapi semuanya malam ini dengan sedikit keberanian yang dia punya.
"Lo udah ada pacar?"
Sheva mengernyitkan dahinya, memang pantas setelah 2 tahun tidak berjumpa, kalimat itu yang langsung ditanyakan Nuar kepadanya? Bukankah kata yang lebih baik keluar dari seorang Nuar saat ini harusnya permintaan maaf?
"Belom, luka gua belom sembuh. Sakitnya terlalu dalam"
Sheva menatap manik Nuar dalam, entah keberanian darimana yang dia dapatkan saat ini. Rasanya Sheva benar-benar emosi kali ini, segala unek-unek dan pertanyaan yang 2 tahun ini ia simpan dan ia simpulkan sendiri, apakah ini saatnya Sheva tumpahkan ke manusia di depannya ini, tersangka utamanya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Januar
Teen FictionSheva Putri Ansafi, seorang wanita berusia 21 tahun, hidupnya selalu terlihat baik-baik saja tapi sebenernya ada sesuatu di masa lalu yang masih membuat Sheva terkadang sedih, dirinya tidak mengira kalau keputusannya dulu bisa membekas dan menimbun...