Va lo dimana? Ini kita udah mau balik ke Jakarta, nungguin lo sama Pras ngga balik-balik.
Sheva lupa, dia lupa mengabari teman-temannya kalau dirinya dan Pras sudah ada di Jakarta sekarang, bahkan saat ini Sheva dan Pras sudah pulang ke rumah masing-masing.
Willy sorry... Gua lupa ngasih tau kalo gua sama Pras ke Jakarta duluan, kita udah sampe rumah malahan, tadi gua ada urusan penting banget jadi lupa kasih tau. Sorry...
Anjir jadi ini malah kita yang ditinggal padahal dari tadi kita nungguin kalian?
Maaf ya... Sampein maaf juga ke yang lainnya
Parah lo! Terus barang-barang lo sama Pras masih ada yang harus di bawa ngga?
Sheva tersenyum saat mendengar Willy yang kesal tapi masih peduli juga, terbukti kalau dirinya masih bertanya apakah ada barang Sheva juga Pras yang masih tertinggal.
Ngga ada si kalo gua, kalo Pras ngga tau juga deh, coba lo telfon dia dulu ya
Ok, awas aja lo ya kalo gua udah sampe Jakarta gua piting pala lo
Sheva tertawa dan mengucapkan kata maaf lagi sebelum akhirnya memutuskan panggilan telfonnya. Sheva tau kalau Willy hanya bercanda, mana mungkin seorang Willy melakukan hal seperti itu, apalagi lawannya adalah perempuan.
Sheva kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi dikerjakan sebelum menjawab panggilan telfon dari Willy, pekerjaannya sudah menumpuk. Besok akan menjadi hari yang panjang sepertinya.
Karena pekerjaannya belum selesai, Sheva memutuskan untuk membuat secangkir kopi sebagai teman begadangnya kali ini, Sheva harus memastikan kalau malam ini pekerjaannya bisa selesai.
Jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, dan akhirnya pekerjaannya sudah selesai. Masih ada waktu tiga jam untuk Sheva bisa tidur, matanya sudah sangat mengantuk dan ingin cepat terpejam lalu menikmati kasur yang sudah memanggil sejak tadi untuk dinikmati.
Tiga jam adalah waktu yang singkat, alarm Sheva sudah berbunyi yang menandakan kalau aktivitas paginya sudah harus segera dilakukan. Sheva bergegas mandi lalu turun ke dapur untuk membuat sarapan juga bekalnya nanti.
Sheva selesai membuat bekal dan akan mulai bersiap untuk bekerja, hari ini Sheva memutuskan untuk pergi menggunakan transportasi umum, saat kereta cepat nya sudah tiba, Sheva bergegas untuk masuk dan mencari tempat duduk, untungnya hari ini dirinya mendapat tempat duduk.
"Pak Januar udah balik loh ke kantor pusat"
"Sumpah?"
"Gila sih, selama ini gua cuma tau sekedar namanya doang, paling juga cuma bisa video Converse itupun cuma 2 kali, terus sekarang beneran dia ada di kantor nih?"
"Gua ngga sabar nyampe kantor"
Sheva tidak tuli, dirinya jelas mendengar percakapan wanita yang sepertinya seusai dengan dirinya, dan Sheva juga tahu siapa yang sedang mereka bicarakan. Januar Aji Gilantar, orang yang kemarin malam sukses memporak porandakan perasaanya, adalah pengusaha muda terkenal jadi wajar saja para wanita di depannya ini sibuk bergosip tentang Januar.
Sheva berhenti menyimak percakapan mereka saat keretanya sudah berhenti di stasiun tujuannya. Kantor Sheva sangat dekat dengan stasiun ini, hanya berjalan kaki sekitar 10 menit maka Sheva bisa sampai di kantor.
"Va... Tumben lo pagi?"
Sheva tertawa saat mendengar sapaan pagi dari Anna, sahabatnya. Bukan hal yang aneh kalau Anna bilang kata tumben, karena memang biasanya Sheva akan sampai kantor disaat jam sudah mepet untuk waktunya bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Januar
Teen FictionSheva Putri Ansafi, seorang wanita berusia 21 tahun, hidupnya selalu terlihat baik-baik saja tapi sebenernya ada sesuatu di masa lalu yang masih membuat Sheva terkadang sedih, dirinya tidak mengira kalau keputusannya dulu bisa membekas dan menimbun...