"Jangan membuatku murka, Marry!" teriak sosok dalam kegelapan, menendang gadis buruk rupa dengan baju lusuh, berita yang dibawa gadis itu menyulut api dalam dirinya. "Ck, mereka itu memang sampah tidak berguna, 'kan, Az?" tanyanya pada sosok lain, duduk dalam singgasana.
"Kemari," titah sosok yang duduk, menepuk pahanya.
Saat akan berjalan mendekat, tubuh sosok yang murka itu membeku tak bisa bergerak. Entah datang darimana sulur-sulur merah mengikatnya, pun rasa pedih hadir. Sakit rasanya, namun ia tidak bisa bergerak sama sekali, berbicarapun rasanya tidak mungkin. Hanya airmata berbicara, menumpuk di pelupuk mata.
Sosok di singgasana mendekat, mengusap air mata hendak jatuh. "Jangan sampai airmatamu terjatuh," bisiknya, lengan besar sang Bayangan merengkuh raga yang terikat. "Aku ingkar, Irena. Tunggu aku dan hukum aku di kehidupan selanjutnya."
Sosok Cahaya muncul, kegelapan hilang digantikan ruang putih kosong. "Kesalahanmu sungguh fatal, Irena." Nada kecewa kentara sekali, suaranya menggema di ruangan hampa. "Kau diturunkan untuk menebus kesalahanmu di atas, kenapa malah merusak?"
"Semua makhluk melangitkan namamu untuk binasa, aku mengabulkannya. Jiwamu abadi, Irena, namun karena kau mengikatnya dengan Azarath ... jiwamu hanya bertahan 7 kehidupan. Jiwamu akan abadi, jika di kehidupan selanjutnya kau menebus kesalahanmu ... dengan kebaikan tak terhingga."
Cahaya itu menghilang pun dengan ruangan putih diganti ruangan berputar. Sang bayangan masih merengkuh jiwa Irena. "Lukamu akan semakin banyak, Irena. Seharusnya kau tidak melakukan dosa sebesar ini hanya untuk melakukan pengikatan jiwa," bisiknya.
Mata Irena terbuka, bola mata asli berwarna merah. "Aku melakukannya karena tak ingin abadi, Azarath. Aku tak ingin mengingat semua kehidupan lampauku. Terlalu sesak, jiwaku ini terkutuk," lirih Irena seraya menyenderkan kepalanya pada dada Azarath.
" ... Aku tak ingin kesepian."
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"H-hamba mohon, Yang Mulia ... ampuni saya," raung wanita tua pada sosok angkuh di hadapannya, duduk di singgasana.
"Cih. Kau menjijikan, beraninya melanggar peraturanku. Kau tahu kesalahanmu itu fatal! Tidak membayar pajak, menyembunyikan anak perempuanmu."
Irena La Luchesius--ratu kerajaan Luchesius. Sosoknya sangat buruk di mata rakyat. Membuat pajak tinggi, mengambil anak perempuan--kecuali yang sudah tua. Semua pedagang harus memberikan 70% hasilnya, padahal harga makanan atau kebutuhan hidup lainnya sangat mahal. Dewi monster, itulah julukannya. Parasnya memang tak bisa ditolak, sangat cantik.
Genap enam bulan ia menduduki tahta, semua rakyat menderita. Demo untuk melengserkan Irena daari tahta? Itu sangat mustahil karena ada Azarath Tagrareys--bayangan Dewi monster. Azarath memang jarang muncul, ia mesin pembunuh milik Irena.
Irena nekat mendatangi gunung kegelapan untuk menaklukan Azarath. Jiwa keduanya ... dikutuk oleh semua makhluk karena sangat merugikan.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption and Fate
Fantasy[warn: mature, harsh word, kissing scene, etc] Jiwanya diturunkan untuk menebus kesalahan, namun bukannya melakukan hal baik untuk kembali, ia malah melakukan hal sebaliknya. Hidupnya seperti opera tak berujung. Setiap kehidupan, ia gagal. Bagaima...