Aroma obat-obatan tercium kental.
Hamid Ali Nurjannah.
Demikian yang tertulis di sebuah kolom nama kamar rumah sakit.
Dengan sebuah nama yang lebih akrab didengar.
Halilintar.
Ruangan dengan jendela yang terbuka, sinar matahari merangsek masuk, tirai tipis sedikit tertiup angin.
Ruangan ini memiliki nakas yang diatasnya terdapat beberapa buku dan sebuah topi hitam-merah. Juga selang infus yang berdiri tegak.
Sebuah sofa krem berada di sudut ruangan, terdapat sebuah tas wisata besar disebelahnya. Dan kamar mandi di sisi lain.
Terdapat pintu belakang dari kaca yang memperlihatkan halaman, juga kursi berwarna putih dan meja kayu. Khas rumah sakit.
Ranjang di tengah ruangan itu berisi pasien yang sedang duduk. Seorang lelaki.
Ia memiliki mata ruby yang tajam. Seperti berlian. Tatapannya tegas dan menyakinkan. Terkesan mengintimidasi meski ia tak bermaksud.
Surai coklat dengan seikat rambut berwarna putih itu berayun tertiup angin. Meski terdapat ac yang tak dinyalakan, pemuda ini lebih menyukai angin yang meniup rambutnya dibandingkan hawa dingin buatan itu.
Lelaki berusia 22 tahun itu sedang duduk di ranjangnya. Sibuk membuka-buka album. Ia tidak mengernyit, tidak menatap aneh. Ia hanya memandang kosong tanpa ekspresi.
Ingatannya lenyap sempurna tentang dunia yang ia miliki.
Itu tak dapat dipungkiri, ia bahkan tak mengingat namanya sendiri, beruntung ilmu pengetahuannya tak ikut lenyap.
Yah.. Ia melupakan seluruh masa muda yang ia miliki. Jejak-jejak petualangan yang ia tinggalkan dibelakang. Kenangan indah dengan seluruh saudaranya yang ia lupakan.
Ia menutup album tersebut, meletakkannya kembali di nakas. Menghela nafas berulang-ulang.
Ini tentang Halilintar, dan sebuah ingatan.
—amnesia—
KAMU SEDANG MEMBACA
amnesia | halilintar
FanfictionN HALILINTAR'S :: woi kalian, abang lu lost memori ━━━━━━━━━━━━┅ ❛ ini tentang halilintar dan sebuah ingatan ┅━━━━━━━━━━━━ boboiboy©monsta story©izerenn