17. Lover

212 35 32
                                    

Up

Vote!

Comment!

Happy reading ‹3

•••

"Do not get me wrong, cause my heart is yours. No doubt."

•••

💚🐶💚
•••

Jakarta, 2 Mei.

Kamu tidak pernah membayangkan hal ini terjadi dalam hidupmu.

Melihat Xiyeon dan Mama nya terpojok oleh hukum, sungguh membuatmu merasa lega untuk beberapa alasan. Kamu bahkan tidak mengira proses persidangan yang cukup panjang selama ini berjalan begitu lancar. Ya, terima kasih kepada Jeno dan keluarganya. Terima kasih pada Om Kyuhyun dan Kak Taeyong. Terima kasih pada Kuasa Hukum Seungcheol yang sudah membantumu melewati serangkaian sidang yang begitu menakutkan.

Inilah akhirnya, mereka berdua telah mendapatkan hukuman yang sesuai dengan kejahatannya. Semua warisan yang Ayahmu tinggalkan kini telah kembali jatuh ke tanganmu, tangan yang seharusnya. Begitu melegakan, begitu membahagiakan. Air matamu jatuh tanpa bisa kamu hentikan.

"Ayah, Ibu, semuanya selesai. (Y/n) berhasil, semuanya baik-baik saja..."

Begitu ucapmu dalam hati, berkali-kali. Tentu mengucap syukur pada Tuhan atas semua kebaikan ini. Ucapan syukur karena telah mempertemukanmu dengan Jeno dan keluarganya. Mempertemukanmu dengan Guanlin, satu-satunya teman yang dapat kamu percaya. Semuanya terasa begitu sempurna.

Ya, sidang terakhir itu adalah kemarin. Namun, rasa bahagia masih memenuhi hatimu hingga saat ini. Menikmati suasana rumah yang akan kembali kamu tempati mulai hari ini.

Tadi pagi, Jeno dan Guanlin membantumu untuk berkemas karena kamu harus pindah kembali ke rumah Ayah yang kini telah menjadi milikmu.

"Happy banget, sayang?"

Sial.

Mendengar orang itu memanggilmu 'sayang' membuat jantungmu berdetak sangat kencang. Oke, ini karena kamu masih belum terbiasa (meskipun nyatanya sudah satu bulan berlalu sejak hari pengakuan itu).

Kamu menoleh, dengan wajah bersemu merah karena tersipu. Sungguh, ini tidak keren. Kamu tidak ingin membuat orang itu semakin senang menggodamu. Ini soal harga diri!

"Udah tau, masih nanya." Ucapmu sok ketus. Menyembunyikan rasa gugup dan salah tingkah karena efek dari panggilan sayang orang itu.

Orang itu, Jeno, terkekeh melihat responmu yang selalu sama. Ia melangkah, mendekatimu yang kini sedang duduk santai di depan televisi. Sebenarnya, sejak ia membantumu pindahan bersama Guanlin, ia belum pulang ke rumahnya sama sekali. Tadi pagi Kak Taeyong juga turut datang untuk membantu, bahkan orang tua Jeno juga datang. Guanlin dan mereka memutuskan untuk pulang ketika semua barang-barangmu selesai ditata. Tapi Jeno tidak.

Ia menemanimu, bahkan tadi sempat memesan makanan untuk kalian berdua. Waktu berlalu cukup cepat, kini matahari telah kembali menyembunyikan diri.

"Siapa yang naruh tomat di muka kamu? Merah banget itu." Ucapnya sambil duduk di sampingmu, menatap wajahmu dengan lembut, tak lupa senyum indah yang menjadi ciri khasnya.

Kamu mendengus, "Jangan natap aku kaya gitu!"

Jeno menanggapi dengan sebuah usapan lembut di kepalamu, "Gemes. Aku pulang dulu, ya? Jangan lupa kunci semua pintu sebelum kamu tidur."

LEE JENO 🐾 Soulmate SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang