12. Is It Clear?

433 59 58
                                    

Up!

Vote!

Comment!

Thank you and happy reading!











"Wait for me, I'm gonna come to you. I'll make you happy without all of the wounds as well as I can do."
•••
💚🐶💚
•••


"Jangan gini, Lin. Liat gue coba?"

Bujukmu ketika melihat Guanlin berwajah masam dan hanya menatap lantai bahkan sejak kamu mengajaknya untuk masuk ke dalam apartemen. Ia terlihat jelas sedang marah, dan kamu yang mencoba membujuknya untuk berbicara dengan nyaman.

Kamu merasa bahwa kamu memang harus menjelaskan semua ini kepadanya.

Saat ini kamu dan ia duduk di sofa, dengan satu piring kue yang tadi kamu bawa dari rumah Jeno. Kamu juga menyiapkan air minum untuknya. Berharap perbincangan ini menjadi lancar dan tidak ada salah paham lagi antara kamu dengan Guanlin.

"Lin..." Panggilmu lagi.

Beruntungnya, ia pun menoleh ke arahmu kali ini, dengan tatapan mata yang dingin dan membuatmu sangat merasa bersalah.

"(Y/n).. kenapa harus Jeno?"

Pertanyaan lirih yang keluar dari mulutnya membuatmu membeku. Tidak mengerti harus bagaimana menjawabnya.

"Lo ga terima gue, gue ikhlas. Asal alesan lo bukan Jeno, (Y/n)."

Kedua matanya masih menatap lurus pada matamu. Sorot sendu dan terluka ia tunjukkan. Kamu tidak menemukan kebohongan di sana. Ia tulus.

"Gue ga akan paksain perasaan gue ke lo, karena gue tau itu ga akan berhasil. Tapi.. gue juga berharap, orang itu bukan Jeno."

"Lin—"

"Ya, jelasin, gue bakal denger, gue janji."

Mendengar ucapannya, membuatmu segera menghela napas, bersiap untuk menjelaskan segala sesuatu yang terjadi.

Kamu masih balas menatap matanya, lalu kamu mulai berkata, "Pertama, gue minta maaf. Tempat ini, tempat yang gue tinggali, ini bukan tempat yang gue sewa. Ini bukan punya gue, Lin."

Guanlin masih diam dengan ekspresi yang sama.

Kamu menarik napas, lantas melanjutkan ucapanmu, "Ini.. punya Jeno."

Bisa kamu lihat bagaimana pupil mata Guanlin membesar dan raut wajahnya yang terkejut, sungguh, kamu sangat merasa bersalah.

"Gue minta maaf, gue udah ga jujur sama lo."

Guanlin terlihat mengatur napas, mendongakkan wajah ke arah atap rumah, seperti mengendalikan emosinya. Kemudian, ia berkata, "Oke, lanjutin aja."

"Eum, soal hidup gue. Gue udah yatim piatu, dan Xiyeon adalah sodara tiri gue."

Untuk kedua kalinya, Guanlin terkejut. Ia memberi isyarat untukmu melanjutkan ceritamu. Setelahnya, kamu mulai menceritakan segalanya, mulai dari hubunganmu dengan Xiyeon, hubunganmu dengan Om Kyuhyun, alasan mengenai kamu yang pindah ke apartemen, dan cerita tentang keluarga Jeno yang sudah berbuat banyak untukmu.

Guanlin mendengar dengan seksama, meskipun ekspresi wajahnya sama sekali tidak bisa ia kontrol.

Kini, ia telah mengetahui semuanya, bahkan soal Jeno.

"Asal lo tau, lo bisa cerita ini dari awal, (Y/n). Gue ngerasa ga guna banget buat lu padahal gue yang ngaku-ngaku kalau gue sayang sama lo. Bisa-bisanya gue baru tau soal ini semua, bisa-bisanya gue bersikap egois tanpa tau apa yang lo rasain." Ucap Guanlin dengan nada sedih dan sangat menyesal.

LEE JENO 🐾 Soulmate SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang