3. Persistent is My Middle Name

464 81 3
                                    

Michael melihat kaki Anantari melompat menuruni bus, dia hampir tidak mempercayai ada seorang wanita menolaknya. Matanya masih menatap Anantari yang kini berjalan ke arah yang berbeda. ¨Fuck me!¨ dia mengumpat ke dirinya sendiri, lalu berlari ke arah pintu, menekan tombol 'buka' berkali-kali. Badannya melayang begitu pintu bus terbuka. ¨Ana!¨

Anantari berhenti, senyum tipis muncul di bibirnya, ada sensasi mengembang di dadanya mengetahui dia begitu diinginkan oleh seseorang. Oleh Michael Gillian. Dia tidak serta merta membalikkan badannya, tidak ingin lelaki itu melihat senyum yang tercipta di bibirnya. Anantari menarik napas perlahan, mengembalikan kondisi dirinya ke keadaan tertata, lalu membalikkan badan.

¨Kamu belum memberikan nomor teleponmu.¨ Michael melangkah maju, namun terhenti ketika ponselnya berdering. Dia meraih benda itu dari saku dalam jas yang dia kenakan, matanya sekilas melirik ke arah layar sebelum kembali mencari wajah Anantari. ¨Carine, bisa kamu turun ke bawah ke halte bus untuk mengambil tasku? Terimakasih.¨ Dia menutup panggilan teleponnya, memasukkannya kembali ke dalam saku, kedua matanya masih terkunci ke wajah Anantari.

¨Siapa?¨ mata Anantari tertuju ke ponsel yang sudah berada di saku Michael.

¨Sekretarisku.¨ Dia kembali melangkah mendekat ke Anantari.

¨You just asked her to wait on the street to take your bag?¨

¨She will send my clothes to the dry cleaning if I ask her to, but I don't do that.¨ Kedua mata Michael masih tertuju ke Anantari, dia menghentikan langkah, jarak mereka sekarang hanya kurang dari satu langkah. ¨I have a very important meeting waiting for me, Ana.¨ Suaranya lembut, tetapi penuh wibawa. Wibawa yang mustahil untuk ditolak. Dia begitu menyukai kata Ana yang keluar dari bibir Michael.

Ana bergeming, kedua matanya menantang ke arah Michael, walaupun saat ini hatinya ingin menyerah dan memberikan nomor teleponnya ke lelaki bermata biru itu.

¨What will you do, if I give you my number?¨ tanya Ana.

¨Like I said, I want to ask you out.¨

Anantari mengeluarkan desahan napas perlahan. ¨Aku tidak akan lama berada di kota ini.¨

¨Berarti aku harus membujukmu untuk tinggal lebih lama di sini.¨

¨How?¨

¨First step by going out with me,¨ kata Michael tenang.

¨Kamu begitu percaya aku akan menuruti permintaanmu.¨

Michael menambah satu langkah, dua mata berwarna birunya masih terpaku ke wajah Anantari. ¨Ana.¨

Lagi-lagi namanya yang terdengar lain keluar dari mulut lelaki ini. ¨Kamu selalu seperti ini?¨

¨Persistent is my middle name.¨

Tangan Anantari meraih ke dalam tas, mengeluarkan sebuah kartu nama putih, mengulurkannya ke arah Michael.

Jemari Michael menyapu sekilas ujung jemari Anantari ketika dia menerima uluran kartu nama. ¨Dokter?¨

¨Yep.¨

¨Galuh. Anantari.¨ Cara Michael melafalkan namanya membuat Anantari tertawa.

Bus nomor 8 terlihat datang dari arah berlawanan. ¨You said you have an important meeting waiting for you?¨ Mata Anantari tertuju ke arah bus yang hampir sampai ke tempat pemberhentian.

Michael mengikuti arah pandang Anantari, lalu kembali ke wajahnya. ¨I will call you.¨ Dia berlari menyeberang jalan, sampai ketika bus berhenti dengan tepat. Dia kembali menoleh ke arah Anantari sebelum berjalan memasuki bus.

SEMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang