Michael memandangi ponselnya, ke pesan-pesan yang dikirimkannya ke Ana, terbaca, tetapi tidak satupun respon yang dia dapatkan. Pun dengan sambungan telepon yang berkali-kali dia coba bikin, semuanya berakhir ke kotak suara.
Beberapa hari berlalu setelah makan malam mereka di manor Versoix, dia mengharapkan kemajuan dalam hubungannya dengan wanita berkulit keemasan itu, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, Ana mengabaikannya dan sekarang dia seperti ikan yang berada di daratan.
¨Sejak kapan kamu jadi kecanduan dengan ponsel?¨ Jullien mengomentari sahabatnya yang matanya sebentar-sebentar tertuju ke layar telepon. Mereka sedang berada di salah satu klub ekslusif di Jenewa, tetapi sepertinya, sahabat sejak masa kecilnya itu tidak benar-benar berada di tempat itu.
Michael mendongak dari ponsel di tangannya. ¨Kamu pernah dicuekin sama wanita?¨
Kening Jullien berkerut. ¨Memangnya kamu sedang dicuekin?¨
Michael menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. ¨Semua pesanku, tidak ada yang dibalas.¨ Dia mengetuk layar ponselnya sebelum memasukkannya ke dalam saku jas.
¨Michael Webster dicuekin wanita? Dunia sudah terbalik.¨
Michael menyangga dagunya dengan salah satu tangan, menghela napas lirih. ¨Dia ... berbeda.¨
¨Tunggu. Perempuan mana yang sekarang sedang kita bicarakan?¨
¨Namanya Ana. Anantari.¨
Kerutan di kening Jullien bertambah dalam. ¨Dia ... bukan wanita yang kamu temui di bus itu, kan?¨
Michael membalas Jullien dengan tatapan lurus.
¨Wanita dari bus itu? Ya Tuhan, dunia memang sudah terbalik. Memang kamu salah makan? Atau lagi mengkonsumsi obat yang aneh-aneh?¨
¨Sialan. Sejak kapan aku mengkonsumsi obat-obatan? Aku punya perusahaan yang harus aku urus!¨
¨Sekarang aku penasaran, secantik apa sih si Anantari ini? Kamu sudah tidur dengan dia?¨
¨Otak kamu, ngeres.¨ Michael menarik kembali ponsel dari saku jasnya, menekan layarnya lalu menunjukkannya ke arah Jullien, di mana swa foto dia bersama Ana ketika di Tajikistan terpampang. Jullien meraih ponsel dari tangan Michael, mengamati foto Anantari.
¨Cantik. Tapi, kamu banyak mengencani wanita cantik, dan tidak satupun dari mereka membuatmu kehilangan arah seperti sekarang ini.¨ Jullien meneliti latar belakang foto tersebut, ke jajaran rempah kering di belakang mereka. ¨Di mana ini kalian? Maroko?¨
¨Tajikistan.¨
¨Kamu membawanya ke Tajikistan? Ada apa di sana?¨ Kepala Jullien berputar, mengingat-ingat sesuatu yang menarik dari salah satu negara di Asia tengah tersebut.
¨Aku tidak membawanya ke Tajikistan. Aku terbang kesana untuk menemuinya. Dia sedang ada misi di negara itu waktu itu, dia bekerja di organisasi pengungsi internasional.¨
¨Tunggu. Kamu khusus terbang ke salah satu negara di antah berantah untuk menemui seorang wanita.¨
¨Yep.¨
¨Kamu yakin, kamu masih Michael Webster?¨
¨Kurang ajar!¨
¨Dan sekarang kamu dicuekin?¨
¨Yep.¨
¨Dia tahu siapa kamu?¨
¨Dia justru tidak menghiraukan aku setelah tahu siapa aku.¨
¨Setelah tahu kamu seorang Webster?¨
¨Sekarang kamu tahu dia berbeda.¨
¨Dia nggak sedang mempermainkan kamu?¨
¨Jullien!¨
Jullien terdiam, kehilangan kata-kata. Dia tahu betul kekuatan nama seorang Webster, jangankan seorang wanita, pemimpin dunia sekalipun akan berhenti untuk menjabat tangan anggota keluarga Webster. Apalagi Michael, CEO Webster AG, salah satu pengusaha berpengaruh di dunia dibawah umur 40 tahun.
¨What will you do?¨
Kali ini giliran Michael yang terdiam. Mendapatkan wanita tidak pernah menjadi sesuatu yang sulit buatnya, apalagi kalau mereka tahu dia adalah seorang Webster. Tetapi Ana seperti anomali dari wanita-wanita itu, dia menjauh begitu mengetahui siapa sebenarnya dia. Tetapi dia adalah Michael Webster, dan Michael Webster tidak menerima penolakan.
**
Ana meletakkan majalah The Economist ke atas meja. Dia melihat majalah itu tadi sore, ketika sedang mampir ke supermarket tidak jauh dari apartemennya, hampir melewatinya karena majalah seperti ini bukanlah bacaan rutinnya, tetapi ada satu nama yang membuatnya mundur beberapa langkah ketika dia hampir melewati pintu keluar. The Webster. Tanpa berpikir panjang, dia langsung membukanya begitu sampai di apartemen, melupakan perut keroncongan yang sudah meronta-ronta minta diisi. Kini dia berjalan berputar-putar di apartemen kecilnya, setelah membaca salah satu artikel tentang deretan orang-orang paling berpengaruh di dunia saat ini, dan salah satunya adalah Michael Webster.
Sudah beberapa hari berlalu semenjak makan malam terakhir mereka, dia tidak membalas satupun pesan atau telepon dari Michael yang datang bertubi-tubi. Kepalanya dipenuhi keragu-raguan, untuk alasan apa lelaki yang bisa dikatakan aristokrat itu mendekati dirinya.
Setelah beberapa hari bertarung dengan dirinya sendiri, dia tidak tahan untuk tidak mengetikkan nama Michael Webster di mesin pencari, yang kemudian muncul di layar laptopnya langsung membuat perutnya mulas. Artikel berbeda-beda yang memuat tentang Michael, kerajaan bisnis keluarganya yang sudah dimulai dari akhir tahun 1800 an, bisnis yang merambah hampir ke seluruh dunia. Mereka bukan saja kaya, tetapi mereka kaya dari beberapa generasi. Michael jelas-jelas terlahir dengan sendok perak di mulutnya, sedangkan dia?
Di kepalanya kembali terbayang sebuah rumah kecil di desa di Kulon Progo. Dia tidak yakin Michael bahkan akan meliriknya ketika tahu siapa dia sebenarnya.
Matanya kini terhenti di layar laptop yang terbuka di sisi majalah, menampakkan Michael menghadiri sebuah event Fashion di Milan dengan salah satu model papan atas tahun ini. Foto itu baru diambil beberapa bulan yang lalu. Dibandingkan dengan sang super model yang menjadi dambaan ribuan, atau bahkan jutaan laki-laki di seluruh dunia, Ana jelas bukan siapa-siapa.
Dering telepon membuatnya terlunjak, nama Michael menari-nari di layarnya. Hal pertama yang ingin dia lakukan adalah menerima panggilan telepon itu, dia hampir belum pernah merasakan rindu dengan seorang lelaki, dan sekarang rasa itu terlalu besar, membuatnya hampir terseok-seok untuk berjalan. Bagaimana orang bisa menjalankan hidupnya dengan normal ketika harus menanggung rasa seperti ini? Ini jauh dari kata normal. Ana memerintahkan dirinya untuk menata, Michael adalah sebayang semu yang sempat mampir ke dalam hidupnya. Dan hal semu jauh dari nyata.
Sebuah nada pesan terdengar tidak lama setelah nada panggilan terhenti karena tidak terjawab, secara otomatis Ana meraih ponselnya, dia bisa membaca pesan tanpa harus membukanya.
'Aku di luar apartemenmu dan akan terus di sini sampai kamu mengijinkan aku masuk.'
Pandangan Ana langsung terlempar ke arah jendela, gerimis turun sejak tadi sore dan saat ini suhu di luar mungkin di bawah 7 derajat celcius. Tanpa diperintah kedua kakinya berlari ke arah balkon, kepala melongok keluar lalu matanya menemukan sosok familiar sedang berdiri di tengah hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMI
RomanceSemi, adalah kuncup-kuncup bunga cherry blossom yang mulai terlihat. Semi, adalah cinta yang mulai tumbuh, mekar Semi, adalah bangkit, dari keterpurukan, dari kegelapan, seiring dengan hijau pucuk-pucuk daun yang mulai tumbuh Semi, adalah hidup Warn...