16. Candu

467 77 3
                                    

Tangan Michael menarik turun kembali resleting milik Ana, meloloskan lengan gaun dari pundaknya, membuat baju adi busana berbahan sutra lembut itu melorot turun, mengolam di ujung kaki wanita itu.

Michael menahan napas, mengapresiasi pemandangan mahakarya di depannya, lalu kedua tangannya kembali meraih puncak dada wanita itu. Meremasnya dengan gerakan tegas, membuat melodi kembali terlepas dari mulut Ana. Bibirnya menggantikan apa yang baru saja dilakukan oleh tangannya, memuja pucuk bulat itu, menikmatinya seolah itu adalah sebuah sajian tingkat tinggi.

Kedua kakinya menekuk, berlutut di hadapan Ana, seperti seorang pemuja tak berdaya di hadapan Aphrodite si Dewi cinta. Bibirnya bergerak turun, menelusuri kulit perut yang berkilau akibat terpaan sinar lampu, sedangkan tangannya memuja pinggang wanita di depannya, menelusup ke celana dalam sutra berwarna hitam. Kedua ibu jarinya membawa pembungkus tubuh Ana yang terakhir itu turun, menimbulkan gesekan halus di setiap gerakannya.

¨Ana,¨ bisik Michael. Dia mendongakkan wajah, mencari kedua mata gadis itu, bibirnya menempel di bawah perut Ana. ¨Aku ingin menciummu di sini.¨ Dia tidak meminta izin, tetapi memberi tahu apa yang ingin dia lakukan selanjutnya.

Ana menahan napas, dia tahu maksud perkataan Michael, dia tahu apa itu oral seks, tetapi dia tidak siap untuk hal yang akan dia dapatkan selanjutnya. Michael menaikkan salah satu kaki Ana ke pundaknya. Sapuan hawa dingin membuat tubuh Ana menegang ketika jemari Michael membuka lipatan miliknya, lalu ketika bibir Michael menyentuh inti dirinya, dia seperti terlontar ke luar kosmis, melayang di antara ribuan bintang, dadanya memburu, mulutnya mengeluarkan suara tanpa perintah.

¨Michael,¨ salah satu tangannya menjambak rambut lelaki yang sedang memujanya tersebut, sedangkan tangan yang lainnya meraih dinding dibelakangnya. Dia butuh tumpuan, karena saat ini tubuhnya akan bisa melorot sewaktu-waktu.

Michael menghirup aroma memabukkan yang menguar dari inti Ana, aroma yang semakin melecut hasratnya untuk menikmati wanita itu, memujanya, menyenangkannya, tidak akan ada hal lain yang akan membuatnya puas selain membawa wanita itu terbang ke awan. Dia menyapukan lidahnya, menari di setiap dinding inti wanita itu, setiap gerakan yang dia buat membuat Ana menggeliat, lenguhan samar yang sebelumnya berganti dengan teriakan, jambakan di kepalanya semakin kuat. Tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan dari ini, membuat wanita pujaannya tercerai berai, terlarut dalam nikmat karena puja bibir dan lidahnya. Michael bisa merasakan tubuh Ana menegang, puncak yang akan diberikan olehnya, dipersembahkan untuk wanita pujaannya.

Ana seperti terhantam gelombang demi gelombang bernama nikmat, bergulung, menghempas, semakin tinggi, puncak yang tak bisa dilihat tetapi bisa dia rasa. Setiap sapuan lidah Michael, setiap lumatan bibirnya, mengirimnya semakin dekat ke awan-awan. Sampai akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi, ledakan bak supernova menggelegar, menggetarkan setiap sel di dalam dunia miliknya, mengosongkan isi kepalanya. Dia tidak pernah menyangka orgasme akan seperti ini, seolah meluluhkan setiap tulang yang menyangga tubuhnya.

Tangan Michael menangkap pinggangnya, menjaga tubuhnya supaya tidak terjatuh. Dia menurunkan pandang matanya, menemukan wajah Michael, bibirnya yang menyunggingkan senyum puas. Michael berdiri, meraih tubuhnya, menggendongnya dan melangkah ke tempat tidur. Ana menyandarkan kepalanya di dada Pangeran pujaannya, Michael berjalan tenang tetapi dia bisa mendengar setiap deru yang keluar dari dadanya.

Dia menurunkan wanitanya perlahan ke tempat tidur mulai melepaskan dasi kupu-kupu yang masih melingkar di lehernya, sebelum tangannya beralih membuka kancing kemejanya satu persatu.

¨Sangat Gentleman,¨ bisik Ana. ¨Mengirimku ke puncak orgasme, dan masih berpakaian resmi.¨

Bibir Michael membentuk seulas senyum. ¨Sekarang aku akan kembali membawamu terbang.¨

Ana bangkit, mengusapkan bibirnya ke bibir Michael, tangannya bergabung dengan jemari lelaki itu yang sedang membuka kancing bajunya. Seharusnya dia merasa malu, dia belum pernah melakukan ini dengan lelaki manapun, tetapi dengan Michael, semua seperti terasa mudah, yang dia rasakan adalah rasa membutuhkan yang hanya akan sanggup dipenuhi oleh lelaki itu.

Tangan Ana menyusuri dada bidang Michael begitu kemeja berwarna putih terlepas dari tubuh atasnya. ¨Ini semua karena krav maga?¨

Michael menghembuskan napas bergetar karena sentuhan tangan Ana. ¨Krav maga dan lain-lain.¨

Tatapan Ana ke dada bidang Michael yang tanpa bulu penuh dengan apresiasi. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan, tetapi insting membawanya mendekatkan wajahnya, mengusap dada milik Michael dengan bibirnya, dia lalu menyeret bibirnya ke arah puting milik lelaki itu, dengan lidahnya dia mengusap, mengecup dan mengulum. Geraman keluar dari dada Michael.

¨Ana ...,¨ tangan Michael menjambak rambut Ana, membuat wajah wanita pujaannya itu kini menghadapnya. Dia ingin menatap pijar mata berwarna gelap itu ketika bibirnya menari dan memanjakan dirinya. ¨Kamu selalu memenuhi kepalaku, Ana.¨ Michael menarik dadanya, menggantikannya dengan bibir miliknya, melumat Ana seperti orang kelaparan. ¨Entah sudah berapa kali aku membayangkan ini di kepalaku. Mencumbu-mu. Bercinta denganmu.¨ Dia meloloskan pantalon dan celana dalamnya, membebaskan panjang miliknya. Tangannya mendorong tubuh Ana, kembali jatuh ke atas matras.

Setiap kata yang keluar dari bibir Michael, seperti api yang menyulut kembali kobaran bara yang sebelumnya sempat mereda. Pinggulnya naik dan mengejang, mendekatkan dirinya ke lelaki di atasnya. Saat ini dia sangat membutuhkannya, untuk memenuhi hasrat yang seperti membuatnya menderita.

Tangan Michael menarik laci meja nakas, mengambil satu bungkus foil, merobek dengan mulutnya, dengan tidak sabar dia memasangkan ke panjang miliknya. Perlahan dia menurunkan dirinya, meraih kembali bibir milik Ana, merentangkan kedua kaki wanita itu dengan pahanya dan mendorong dirinya masuk dengan perlahan.

Napas mereka bergetar ketika mereka berdua menyatu, sebuah kedekatan yang bukan hanya berupa fisik, tetapi emosi dan jiwa mereka yang terjalin.

Michael menyapu wajah di bawahnya. ¨Sakit?¨

¨Sedikit.¨

Dia kembali mengusap bibir Ana. ¨Rileks, sayang. Ini aku.¨

Michael mulai bergerak, menarik dan mendorong. Rasa sakit berganti dengan nikmat bagi Ana, dia mulai bergerak, menyambut dan menerima apa yang diberikan lelaki di atasnya. Mereka berdua seperti berdansa, dengan degup jantung dan desah napas sebagai irama.

Bagi Michael, ini bukan sekedar seks, ini adalah bercinta, sebuah ritual yang tidak hanya karena bersatunya raga, tetapi melibatkan rasa, manifestasi bersatunya emosi, salah satu pilar yang akan menjadi pondasi bagi mereka berdua.

Buat Ana, ini adalah pengalaman pertama, dan tidak ada yang lebih sempurna baginya selain Michael, lelaki yang berhasil menangkapnya untuk melupakan ketakutannya, seseorang yang dia siap untuk menyerahkan tidak hanya raganya tetapi juga hatinya.

Gerakan Michael mantap, menyentuh setiap dinding, mengirimkan Ana terbang ke kosmis yang berbeda, ke sebuah ruang yang dia tidak tahu keberadaannya.

¨Michael,¨ Ana merintih. Tangannya mencengkeram punggung Michael, dan yang lainnya menggenggam kain sprei putih di bawahnya.

¨Ya, sayang.¨

¨Aku ... hampir ...,¨ dia tidak berhasil meneruskan perkataannya, dorongan kuat Michael membuatnya menjerit, pinggulnya merespon dengan mencengkeram kuat.

¨Lepaskan, sayang.¨ Michael memandang wajah di bawahnya, ke pipi yang merona dan peluh yang mulai bermunculan, mulut Ana membuka, dua bola berwarna hitam itu memancarkan sorot rapuh, primitif. Jeritan terlepas kembali dari bibir Ana, tubuh bergetar, puncak yang kembali dia berikan, semuanya membuat dirinya lepas kendali, dengan sekali sentak dia luruh, meraih cerai berai nikmat dengan wanita yang dikasihinya.

¨Ana,¨ dia berbisik di leher Ana. ¨Kamu seperti obat yang sangat memabukkan.¨

Ana memalingkan wajah, berhadapan dengan dirinya, masih terlalu tercerai berai untuk berbicara.

¨Dan aku seperti seorang pemabuk yang tak berdaya.¨

SEMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang