12. Sesuatu Yang Baru

6.7K 480 2
                                    

................................................................

Terhitung sudah 1 bulan Zaya memulai masa putih abu-abunya. Dirinya tidak melakukan serangkaian tindakan kenakalan remaja pada umumnya selama ia bersekolah.

Kalau kata Zaya sih...

'Ingat umur! Udah tua juga, masih mikir mau nakal.'

Seperti kepribadiannya yang biasa, Zaya di kenal oleh teman sekelasnya sebagai anak yang ceria, friendly, humble dan juga sangat pintar.

Zaya juga sangat dikenali oleh kakak kelasnya. Salah satu faktor yang sangat memengaruhi hal itu, yaitu karena tindakan sang kakak yang mencium keningnya seenak jidat dihadapan para murid baru serta anggota OSIS.

Sempat di gibahin sih, sama para siswi sekolahnya yang udah ngefans sama kakaknya itu. Apa Zaya diam saja? Oh, tentu tidak! Dia ini pendendam oke? Jadi jangan main-main kalian.

Contohnya seperti ini.

"Eh, itu orang yang katanya di cium sama Aaron 'kan waktu MPLS kemarin?" Tanya salah satu siswi yang bernama Dela pada temannya -Icha.

"Iya, tapi gue gak percaya sih. Paling dia yang maksa Aaron." Tuduh Icha menatap sinis Zaya yang sedang menonton sang kakak berlatih basket dilapangan khusus sekolah mereka.

"Jadi cewe kegatelan banget sih." Tambah Icha melihat Zaya yang sedang membantu mengelap keringat Aaron.

"Bener tuh, sok kecantikan banget lagi. Cantikan juga gue sama lo, Cha." Ujar Dela percaya diri.

"Iya lah! Dilihat dari sudut manapun, gue lebih unggul daripada cewe gatel itu." Bangga Icha seraya mengibaskan rambutnya.

'Bangga banget anjir, itu orang! Di liat dari ujung sedotan kali, lu jadi lebih cantik dari gue.' Julid Zaya yang mendengar percakapan mereka sedari awal.

Bagaimana tidak terdengar, mereka mengobrol dengan suara sangat keras hingga rasanya dapat merusak gendang telinga.

"Kak, mau nanya boleh?" Ujar Zaya pada Aaron dengan suara yang sengaja ia kencangkan.

"Boleh. Mau nanya apa, hm?" Sahut Aaron seraya mengelus lembut kepala sang adik.

"Cewe idamannya kakak tuh, kayak gimana sih?" Tanya Zaya memulai aksinya.

"Kayak adek." Jawab Aaron tanpa pikir panjang.

"Loh? Kok kayak adek?" Kaget Zaya. Tidak menyangka kakaknya itu malah menyebut dirinya.

"Adek perempuan paling cantik yang pernah kakak liat. Hatinya juga ikutan cantik lagi, jadi komplit cantiknya luar dalam." Jujur Aaron menatap lembut sang adik.

Zaya? Jangan di tanya, ia sangat ingin kayang saat ini. Jawaban kakaknya itu sangat diluar ekspetasinya.

Baiklah, ayo lanjutkan memanasi dua perempuan yang sudah membendung kekesalan mereka mendengar ucapan Aaron untuknya.

"Kakak itu termasuk gak, kak?" Tunjuk nya pada Icha dan Dela yang berdiri tak jauh dari posisinya.

Tak tanggung-tanggung, ia dengan terang-terangan menunjuk kearah mereka.

Aaron melirik singkat kearah yang ditunjuk adiknya. "Gak termasuk, jauh banget malah." Yakinnya.

"Kok gitu? Kakak itu 'kan cantik, putih lagi." Ujar Zaya sedikit menahan tawanya.

The end of everything | Transmigration AzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang