Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Karrin benar — benar menepati janjinya soal memberi kesempatan pada Tristan untuk menjelaskan apa yang sebnarnya terjadi. Bohong jika Karrin benar — benar membencinya, itu bisa dibilang hal yang mustahil mengingat hubungan mereka yang berjalan lebih dari empat tahun. Belum lagi kedatangan Tristan tepat saat Karrin terpuruk karena hubungannya yang hancur karena sang kekasih tiba — tiba menghilang kemudian kembali lagi dengan status sebagai suami orang. Ya, Karrin di selingkuhi untuk yang pertama kalinya sekaligus awal dari traumanya.
Kabar yang Karrin dengar soal David -mantan Karrin- menghamili seorang gadis yang dijodohkan dengannya tepat setelah pertemuan keluarga kedua belah pihak. Dan disaat yang sama , Tristan datang sebagai penyembuh bagi Karrin hingga hubungan mereka terjalin.
Tak perlu waktu lama untuk menunggu , Tristan tipekal orang yang selalu datang tepat waktu. Buktinya lelaki itu terlihat tengah berjalan menuju meja Karrin dengan senyum teduh khas yang mengembang diwajah tampannya. Karrin yang menyadari kehadiran Tristan segera membenarkan posisi duduknya supaya sedikit lebih tegak.
"Sayang." Sapa Tristan mengusap lembut pucuk kepala Karrin, biasanya Tristan akan mengecup singkat pucuk kepala Karrin setalahnya tapi tidak untuk saat ini. Bukan apa — apa, Karrin terlebih dulu menghindar saat Tristan mencondongkan badannya.
"Know your limit Tristan." Ucap Karrin.
"Sorry, aku masih kebawa." Kata Tristan kemudian duduk berhadapan dengan Karrin.
"Sayang-"
"Stop , berhenti manggil aku sayang. Aku gak suka." Potong Karrin.
"Okay, okay, maaf aku masih belum terbiasa." Ucap Tristan.
Entah mengapa tiba — tiba suasana menjadi kaku dan dingin. Baik Karrin maupun Tristan masih terdiam , tenggelam pikiran masing — masing.
Karrin sibuk menghindari tatapan dari Tristan, sedangkan Tristan masih betah memandangi gadisnya yang mulai salah tingkah.
Sebenarnya kalau boleh jujur Karrin merindukan lelakinya, mengingat bagaimana Tristan memperlakukannya saat mereka masih bersama sedikit menggoyahkan pertahanan Karrin.
Apa lagi disaat seperti ini, tatapan Tristan bisa menjadi titik kelemahan Karrin. Ia bisa dengan mudah hanyut salam tatapan mata itu. Tatapan yang teduh dan tulus, serta tersirat kasih sayang didalamnya. Bersmaa Tristan, Karrin dapat menjadi dirinya sendiri, ia dapat bersandar dari lelah atas rutinitasnya, ia dapat mengeluh seperti anak kecil yang sedang mengadu pada orang tuanya, ia bisa menangis tanpa ada rasa malu. Bagi Karrin , Tristan adalah rumahnya. Tapi semua itu hancur seketika pada malam itu. Malam dimana Karrin melihat 'rumahnya menerima tamu tak diundang.'
Tangannya mengepal dalam diam menyalurkan rasa sesak yang menyeruak dalam dada.
"Ekhemm" Karrin berdeham memecah keheningan. Tristan yang paham akan tabiat gadisnya itu tersenyum kemudian menyamankan posisi duduknya sebelum mulai berbicara.