| HARBOR FEELINGS, BEGIN |
Teman-teman Glavera selalu memanggil nya dengan nama panggilan Vera, atau jika mereka sudah sangat akrab dan dekat mereka biasa memanggil nya dengan nama yang singkat.
Sebentar lagi Vera akan memulai lembar baru di dunia pendidikan. Vera akan menginjakkan kaki di sekolah menengah atas. Vera takut, tapi dia senang.
Disaat-saat dia senang, ada hari buruk yang akan datang.
Vera mengikuti beberapa kegiatan positif para remaja. Sehingga, beberapa hari sebelum kegiatan tersebut, pada malam hari sekitar pukul jam enam lewat, Vera mendapat panggilan telepon dari kakek nya.
Dan bodohnya, Glavera sedang sibuk dengan handphone nya, kemudian ia menyuruh Takana adiknya untuk mengangkat telepon itu.
"Dek, angkat telepon yang bunyi itu..." teriak Vera dari dalam kamar tapi masih bisa didengar adik nya.
Takana adiknya, mengangkat telepon itu. Vera mendengar pembicaraan Kakek dan Adiknya itu.
"Takana... Dimana Papa sama Mama kamu?" tanya Kakek.
"Papa sama Mama lagi keluar rumah Kek..." jawab Takana.
"Kalo Papa sama Mama kamu udah pulang, bilang sama mereka kalo Kakek lagi sakit dan Kakek butuh diantar ke rumah sakit ya Kana," ucap Kakek.
"Iya Kek..." ucap Takana.
Takana kemudian menutup teleponnya.
"Kakek lagi sakit..." monolog Vera.
Tak lama setelah itu, kedua orangtua Vera pulang. Ia mendengar Takana memberitahukan kepada Ayah dan Ibu mengenai pembicaraan Takana bersama kakek tadi.
Glavera melihat kedua orangtua nya langsung pergi menjemput kakek nya dirumah.
"Vera... Jaga adik-adikmu baik-baik ya... Mama sama Papa pergi ke rumah kakek." ucap Ibunya.
"Iya Bu..." ucap Vera sambil menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti.
Sudah lama setelah Ayah dan Ibu nya pergi. Jam sudah menunjukkan sekitar pukul sepuluh atau pukul sebelas malam. Glavera sudah sangat gelisah.
"Huhh... Kenapa Mama sama Papa lama banget pulangnya?"
"Udah lebih dari 3 jam Mama sama Papa nggak balik-balik..."
"Apa jangan-jangan Kakek.... Ahh... Enggak-enggak, gak mungkin! Semoga nggak terjadi hal buruk!" monolog Vera. Pikiran-pikiran buruk terus saja menghantui Vera.
Glavera memutuskan untuk menelepon Ibunya.
Setelah beberapa kali mencoba menelepon, akhirnya "Ahh! Diangkat! Akhirnya!" monolog Vera.
"Halo Ma," ucap Vera.
"I-iya Ra..." jawab Bu Hellen, Ibu Vera, yang terdengar suara Bu Hellen baru saja selesai menangis.
"Hah? Kok ada sesuatu yang janggal, ya? Kenapa suara Mama kayak gini," ucap batin Vera.
"Mama sama Papa masih lama, nggak?" tanya Vera.
"M-mama... Kita kasih tau Vera aja, Jav?" bisik Bu Hellen ditelepon yang masih bisa didengar oleh Vera.
"Kakek... Kakek udah gak ada Ra..." ucap Bu Hellen sambil memelankan suaranya.
"H-hah?! Apa..." ucap Vera yang langsung terdiam begitu saja.
Vera tidak peduli dengan teleponnya, Vera hanya langsung menangis begitu saja.Vera merasakan sakit yang sangat-sangat luar biasa. Vera sangat menyesal akan apa yang ia lakukan tadi disaat kakek nya menelepon.
Air mata nya bercucuran sangat deras. Ia tidak berani menangis dengan suara, karena melihat kedua adik nya yang sudah tertidur pulas.
Sungguh, menangis tanpa suara dengan rasa yang ditinggal seseorang yang sangat kita sayangi, it was a high level of sadness and the worst Vera have ever felt.
"Kenapa ini terlalu cepat terjadi?!" monolog Vera. Ia lanjut menangis sampai tak sadar bahwa Ia sudah mulai tertidur.
Keesokan hari, Glavera bangun dari tidur dan melihat matanya yang masih bengkak dan memerah karena menangis tadi malam. Ia lihat Ayah dan Ibunya yang telah sampai dirumah sejak malam disaat ia dan kedua adik nya tertidur.
Pagi itu, Glavera dan ibu nya, bu Hellen pergi ke rumah kakek, untuk melihat kakek nya. Dan ternyata, itu nyata dan bukan mimpi. Kakek nya sudah pergi, untuk selamanya.
Sebentar sore, ada kegiatan remaja yang Vera ikuti. Tapi Ia tidak bisa mengikuti kegiatan itu, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan mengikuti kegiatan tersebut karena keadaan nya sekarang. Di satu sisi, ia merasa sangat sedih tidak mengikuti kegiatan tersebut, tapi di satu sisi ia lebih sedih melihat kakek nya yang sudah tak bisa berbicara dengan nya lagi seperti biasanya, dan untuk selamanya.
Dan kemarin malam adalah terakhir kalinya Vera mendengar suara kakek nya.
Waktu terus berlalu.
Dan akhirnya, Glavera mulai menginjak kaki ke kelas satu SMA.
"Ditinggal orang yang kita sayangi memang se menyakitkan itu. Pergi, tapi tidak dilupakan."
-Vera-
***
KAMU SEDANG MEMBACA
- HARBOR FEELINGS - [COMPLETE]
Teen Fiction[DILARANG MEMPLAGIAT/MENGKOPY CERITA INI TANPA IZIN] -HARBOR FEELINGS- "Like a gloomy twilight stuck in clouds, I drifted away in waiting for love that never ends." "Seperti senja yang murung terpasung mendung, aku hanyut dalam penantian cinta yang...