| HARBOR FEELINGS, THE END OF ALL THIS |
Beberapa hari kemudian. Vera melihat dan mendengar kabar yang tak mau ia dengar namun ingin ia ketahui.
Akhir bulan Januari 2024, pukul 05.00 sore. Vera berada di teras rumah nya, ia duduk bersantai di sore hari sambil memainkan handphone nya.
"Hah?! Apa! Sial! Gimana bisa!" monolog Vera yang terkejut melihat layar handphone. Vera melihat Ryan mengupload foto Tiara di sosial medianya.
"AAA ini gimana?! Kok mereka berdua bisa balikan sih?! Bagaimana mungkin? Gue kira Tiara lagi PDKT sama Gleon? Tiara kan udah tahu kalo gue suka sama Ryan! AAAAHHHH!" ucap Vera.
__________
Gleon
OnlineP
Oon
Lo lagi pdkt an sama Tia, kan?__________
"Huh! Cuman di read doang, anjir." decak Vera, kesal.
Tibalah esok hari, Vera pergi ke sekolah seperti biasanya. Menyimpan rasa marah, cemburu, dan kecewa nya. Ia tutupi dengan topeng kebahagiaan.
"Hahahahahaha!! Iya!!!" tawa Vera.
Disini, di ruang koperasi, aku, Kania, Tiara, dan Anya berada.
"Hahahaha!" tawa Tiara.
"Lo nggak apa-apa kan, Ra?" tanya Kania.
"...Oh?... Gue?... Hahahaha! Kenapa? Gue nggak apa-apa, emangnya gue kenapa? Hahaha!" ucap Vera yang masih disertai dengan tawa nya. Tapi sebenarnya...
"Gue kecewa..."
"Gue lelah..."
"Gue suka banget dia, tapi kenapa harus Tiara?"
"Gue mau dipeluk, dan gue mau dimengerti..."
"Oh, habisnya lo keliatan aneh." ucap Kania.
"Kenapa pikir kayak gitu? Udah deh, haha!" ucap Vera.
"Weh, disana ada Ian! Ian! Sini!" panggil Kania.
"Sial." decak batin Vera.
"Apaan?" tanya Ryan.
PUKKK!
Kania mendorong tubuh Ryan agar berpelukan dengan Tiara. Vera hanya terdiam membeku melihat perlakuan mereka.
"Hehe... Maaf Ra." ucap Tiara.
"Maksud lo apaan sih? Biasa aja kali, hahaha..." ucap Vera.
"Ke kelas aja yuk," ajak Kania.
"Ayo!" ucap Vera dan Tiara bersamaan.
"Gue disini aja, yah." ucap Anya.
"Oke," ucap Tiara.
Mereka bertiga mengarah ke kelas sambil memakan es krim.
"Lo kok makan es krim?" tanya Ryan, seakan ia peduli. Tapi, mungkin saja ia peduli karena Tiara adalah pacarnya. Tiara hanya tersenyum padanya.
"AAAA!! Ini gimana, anjir! Gue udah nggak tahan liat lo berdua kayak gini didepan gue! Ryan sok keren, anjir. Lo pasti mau manas-manasin gue, kan? Mentang-mentang lo udah tahu gue suka sama lo!" ucap batin Vera, kesal.
Kania hanya terkekeh melihat kedua pasangan itu sampai tak melihat Vera berjalan keluar kelas mereka.
"Ah! Sial, kalo gue diem disitu terus yang ada gue jadi nyamuk!" decak Vera.
Vera sudah tak tahan lagi.
"So, lo masih suka sama Ian?"
"Bohong banget kalo gue gak suka sama dia lagi, gue cuman berhenti nunjukkinnya." jawab Vera. "Lo tahu, gue kayak orang bodoh yang setiap hari menanti sesuatu yang nggak pasti."
"Mungkin banyak yang jatuh cinta sama dia, tapi belum tentu cintanya sehebat lo, Ra."
Detik, berganti detik, menit, berganti menit, jam, berganti jam, hari, berganti hari, dan bulan kemudian berganti.
Febuari, 2024.
"Apa mungkin rasa ini udah mulai memudar? makasih ya, gue mulai ngeliat lo kayak biasanya aja," monolog Vera ditengah malam yang sepi.
"Jika semuanya udah gak seperti biasanya, maka terbiasa lah tanpa semuanya." ucap batin Vera. "Ya, mungkin sekarang gue udah terbiasa." monolog Vera.
. . .
Vera kemudian pergi ke sekolah seperti biasanya.
KRINGGG... Jam istirahat akan segera berakhir.
Beberapa laki-laki masuk ke dalam kelas Vera, ternyata itu adalah Ryan dan kawan-kawannya, mereka bertujuan untuk meminjam beberapa buku di kelas Vera.
"Pinjem aja buku punya Vera." ucap salah seorang gadis.
"Ra, gue boleh pinjem buku IPA punya lo?" tanya Ryan.
"Ni orang lagi, gimana coba kalo perasaan gue muncul lagi! Dia manggil nama gue cok, seneng banget gue. Ouhh, oke... Tenang, Ra." ucap batin Vera.
"Siapa yang nyuruh lo minjem buku gue?" tanya Vera sambil mengambil buku itu di dalam laci meja nya.
"Pak guru," jawab Ryan.
"Oh. Ini bukunya," ucap Vera sambil memberikan buku itu pada Ryan.
"Makasih ya, Ra!" ucap Ryan.
"Cie," sahut seorang gadis.
Vera hanya membalas dengan senyuman kebencian. Ryan kemudian pergi. Oh astaga, Vera rasanya seperti akan terbang! Tapi ia harus ingat bahwa dia mempunyai gadis yang sudah dia sukai.
"Kembali lagi Ra! Ja-ngan ber-ha-rap le-bih, titik." ucap batin Vera.
Tiba-tiba, Erick menghampirinya yang sedang duduk termenung di dalam kelas.
"So how? Are you still waiting for it? Do you still love him?" tanya Ercik.
"Hidup ini juga memang tentang menunggu, Rick. Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu." ucap Vera. "And finally, I'm tired of waiting, I'm tired of hoping. I decided to stop expecting it. Gue berhenti." tambah jelas Vera.
"Ada yang nyakitin lo, Ra?" tanya Erick.
"Gak ada yang nyakitin gue. Hanya saja, gue terluka oleh ekspetasi yang terlalu tinggi." jawab Vera. "Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya." tambah jelas Vera.
"Jadi, lo mau akhirin semuanya?" tanya Erick.
"Iya, itu satu-satunya pilihan terbaik." jawab Vera.
"Sekarang, aku tidak mau berurusan dengan kisah percintaan."
-Vera-
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
- HARBOR FEELINGS - [COMPLETE]
Teen Fiction[DILARANG MEMPLAGIAT/MENGKOPY CERITA INI TANPA IZIN] -HARBOR FEELINGS- "Like a gloomy twilight stuck in clouds, I drifted away in waiting for love that never ends." "Seperti senja yang murung terpasung mendung, aku hanyut dalam penantian cinta yang...