02. Chimon dan Nanon

196 19 0
                                    

Hari ini kantor lumayan sepi. Akhir tahun memang selalu menjadi agenda sibuk yang tidak bisa dihindari. Mengejar target untuk sekedar bisa cuti lebih awal untuk pulang kampung atau berkumpul dengan keluarga menjelang Natal.

Sebenarnya Chimon juga tidak ada keperluan di kantor, toh lagi pula proyek pengaspalan jalan yang dia awasi sudah selesai. Namun sahabatnya memaksa dia untuk datang ke kantor, siapa lagi kalau bukan Nanon.

Katanya hanya ingin ditemani, tapi Chimom paham betul bagaimana Nanon, pasti anak itu bukan hanya sekedar ingin minta ditemani.

Belum juga pantatnya mendarat sempurna di kursi, Nanon sudah datang membuka pintu ruangan Chimon dengan tidak santai hingga bunyi pintu dapat menggetarkan meja.

"Tolongin gue cek laporan pengawasan jembatan yang kemarin kita kunjungin. Sama tolong cek siapa kontraktor yang handle pekerjaan jalan di daerah pelosok itu. Sumpah yah gatel banget gue dapet laporan kalau jalannya bergelombang! Bisa-bisanya udah akhir tahun masih aja nambah kerjaan."

Nah kan, betul dugaan Chimon.

"Non lu gak bisa liat gue tenang sebentar ? Gue baru mau istirahat dari laporan dan lo udah nyuruh gue liat ini lagi ?" Chimon menarik nafas, berusaha tenang menghadapi sahabatnya yang sudah sepanas aspal.

"Tolongin dah. Tahun depan gue janji temenin lo narik meter roll di jalan lagi, gue temenin lo pergi ¹MC-0 deh."

Penawaran yang menarik, Chimon memang butuh Nanon untuk dua pekerjaan itu.

"Okedeh, mana sini ku bantu cek." Mendengar Chimon berkata demikian, Nanon menatap Chimon tidak percaya. Dia kira Chimon akan menolak.

"Babi yah lu emang." Nanon kembali bergelut dengan laptop dan laporan di hadapannya.

Kurang lebuh enam jam mereka berdua habiskan untuk mengecek laporan itu.

🍃🍃🍃


"Antar gue pulang yah Non, gue ke sini naik ojol soalnya."

"Siap bos. Sekalian ke rumah gue aja yuk, bunda masak banyak hari ini." Nanon merangkul Chimon memasuki lift menuju basement.

"Asik! Okedeh malam ini makan masakan bunda." Chimon berseru semangat, masakan bunda adalah yang terbaik setelah masakan mamanya.

"Dih dasar jiwa gratisan." Cibir Nanon.

"Ya gimana yah, sebagai anak bungsu yang berani tinggal sendirian tentu aja gue suka gratisan."

"Heran, rumah gede banget tapi milih tinggal di apart. Kan goblok."

"Eh babi, itu rumah mak bapak gue yah. Masa gue di sana terus sampe tua ? Kapan gue berkembangnya ? Lagipula dua abang gue juga milih tinggal sendiri-sendiri kok."

"Gak kasihan lo sama Papi Mami ?"

"Malah senang mereka, punya waktu berduaan terus katanya. Gue sama abang-abang sering ngunjungin kok."

Chimon dan orangtuanya memang masih berada dalam satu kota, namun saat memasuki bangku kuliah dia sudah mulai tinggal sendiri di apartemen, mengikuti jejak abang-abangnya. Biar cepat dewasa katanya.

Nanon juga merupakan anak bungsu di keluarganya, sama seperti Chimon dia juga memiliki dua kakak laki-laki.

Tidak lama kemudian sampailah mereka di lantai basement. Tidak sulit bagi Nanon untuk menemukan mobilnya karena memang selama hampir lima tahun bekerja di kantor ini, dia hampir selalu memarkirkannya di tempat yang sama.

Perjalanan menuju kediaman Vihokratana malam itu kembali mereka isi dengan perbincangan seputar pekerjaan tadi.

🍃🍃🍃

"BUNDAAA SELAMAT MALAM." Chimon turun duluan dari mobil meninggalkan Nanon di belakangnya.

"Emang dasar si Adul gak bisa santai diajak makan gratis." Gerutu Nanon sambil mengikuti Chimon yang sudah membuka pintu rumah bak rumahnya sendiri.

Saat pintu terbuka, Chimon dikejutkan dengan sosok yang menyambutnya.

"Surprisee.. " Orang itu merentangkan tangan dengan senyum yang lebar dari kuping ke kuping.

"ABANG!!!" Chimon segera menghamburkan diri memeluknya.

"ABANG KOK GAK BILANG KE CHI KALO MAU PULANG ? IHH CHI RINDU." Chimon masih memeluknya, membiarkan Nanon di belakang semakin menggerutu karena tidak bisa masuk.

"Dih padahal yah itu abang gue kenapa lo yang heboh dia pulang ?" Nanon menarik Chimon kemudian bergantian memeluk abangnya sendiri.

"Welcome home abang Purimnya Nanon."

"Hehe iya adeknya abang, yuk masuk dulu. Ayo Chi masuk."

Mereka pun menuju meja makan, di mana di sana sudah ada Ayah Tay dan Bunda Namtan serta kakak Nanon yang lain, Frank.

"Eh ada calon menantu bunda. Halo nak, sini duduk samping bunda sayang." Namtan berdiri menyambut Chimon.

Wajah Chimon seketika memanas, menjalar sampai ke telinganya, menimbulkan debaran aneh di dada sebelah kiri. Tak beda jauh dengan kondisi Purim saat ini.

Nanon geli sendiri melihat abangnya dan sahabatnya seperti malu-malu kucing, "dih ogah gue punya kakak ipar macam lo."

Kecuali Chimon dan Purim, semua yang ada di ruangan itu tertawa.

Chimon dan Nanon sedari dulu memang menerapkan love language physical attack. Tipe-tipe persahabatan dengan love hate relasionship.

Malam itu Chimon habiskan di kediaman Virokratana dengan hati yang berbunga dan perasaan yang meletup-letup.

🍃🍃🍃

Catatan :

1. MC 0 = Mutual check awal atau biasa yang disebut MC-0 merupakan kegiatan penghitungan kembali volume item pekerjaan dan disesuaikan antara gambar rencana dengan kondisi lapangan.

Let Me BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang