21. Tangis Kehilangan

181 16 7
                                    


"Halo ... "

Frank menjauhkan ponselnya dari telinga, dipandanginya benda itu, mengerutkan kening, itu benar nomor handphone saudaranya tapi kenapa orang lain yang menerima panggilannya ?

"Haloo," Sapa suara di ujung panggilan itu lagi, kali ini Frank menjauh dari keluarganya, disambungan itu terdengar suara banyak orang dan deras suara hujan hingga tidak terlau jelas, suara orang itu pun tidak santai, terkesan keras dan buru-buru.

"Halo mas,"

"Aduh maaf mas, ini yang punya hape kecelakaan mas. Maaf mas kalau-"

"HAA ? KECELAKAAN ? TERUS GIMANA MAS ?" Tanpa sadar Frank meninggikan suaranya, Nanon yang sedari tadi memperhatikan kini menarik Chimon untuk mendekat pada Frank. Para orangtua pun ikut mendekat, raut wajah Frank yang sarat akan kekhawatiran tidak bisa disembunyikan.

"Saya ke sana sekarang, terima kasih." Frank mengakhiri panggilan tersebut.

"Abang kecelakaan, sekarang sudah mau di bawa ke rumah sakit."

"YA TUHAN ABANG." Namtan tersungkur menangis, Tawan dengan segera memeluknya.

Chimon ?
Dia langsung pingsan, Win menopang adiknya itu. Segala persiapan ini membuatnya  kelelahan dan berita yang begitu tiba-tiba ini semakin mengguncangnya hingga akhirnya dia jatuh juga. Nanon sudah tidak dapat berpikir positif, segera dia menarik Frank untuk ke rumah sakit.

Jumpol menenangkan istrinya yang menangis, namun saat melihat Tawan mengikuti anak-anaknya, dia juga segera berlari menyusul.

"Tawan tunggu! Lo gak bisa nyetir dalam keadaan begini. Tunggu gue, gue nyetir." Tawan hanya diam, namun diamnya itu berarti 'iya', dengan gemetar dia berjongkok.

"Bright, Earth," Panggil Jumpol pada pasangan anaknya, "Papii titip jagain semua yah nak. Win tolong bantu event organizernya untuk handle acara, katakanlah di tunda karena ada kejadian yang tidak bisa kita hindarkan. Mix ikut Papii, kamu nyetir sekarang Papii udah gemetar."

Lalu mereka menuju rumah sakit.

🥀🥀🥀

"Maaf untuk kabar yang akan kami sampaikan. Pasien, yang kami kenal pula sebagai dokter Purim mengalami luka yang cukup serius dan kehilangan cukup banyak darah. Fraktur pada bagian rusuk mengenai organ fital jantung hingga pasien tidak dapat bertahan , maaf untuk berita ini, kami turut berdukacita."

"Ya Tuhan anakku," Tawan menangis sejadi-jadinya, Nanon yang mendengar itu menggeleng kuat-kuat, dia hampiri dokternya dan tersungkur dibawah kakinya.

"Tolong abang...abang...abang.." Nanon menangis, meletakkan kedua tangan di depan dada memohon pada dokter untuk menolong saudaranya lagi, air matanya berlinang.

"Maafkan kami. Kami turut berdukacita sedalam-dalamnya," Dokter dan perawat pun menunduk menyampaikan bela sungkawanya setelah itu berlalu kembali masuk pada pintu IGD di belakangnya.

Tawan berlari masuk mengikuti dokter tersebut, di susul oleh Frank. Mix yang sudah bergetar hebat pun sekarang hanya bisa terduduk diam, Jumpol turut duduk sudah tidak mampu lagi berdiri.

Semua kejadian itu berlalu bagai kedipan mata di pandangan Perth. Kepalanya berat, semua ini terlalu berat bagi dia yang bukan siapa-siapa di sini. Melihat semua orang ssdang tidak baik-baik saja, dia hampiri sahabatnya itu, dia peluk Nanon yang meraung-raung memanggil abangnya.

Pawat berdiri di situ, tidak mampu mencerna segalanya. Semua yang terjadi terlalu cepat.

🥀🥀🥀

Let Me BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang