05. Senyum Bulan Sabit

157 19 0
                                    

Flashback On

April 2015

April dan hujan. Petrichor menguar, membangkitkan kenangan.
Bagaimana bisa April kali ini berteman hujan ?
Entah bagaimana juga Chimon dan Nanon terjebak di pos satpam depan sekolah di sore  hari sepulang sekolah ini ?

"Makanya Adul gue bilang kita pesan grabcar aja." Gerutu Nanon pada Chimon yang masih memandangi hujan di jendela yang sedang berembun itu.

"Berisik Wan." Ucap Chimon tanpa berpaling dari pandangannya, "mending lo diem."

"Gue harus pulang belajar yah babi, besok kita ada tryout kalo lo lupa."

"Lo kira lo ujian sendiri kah Wan ? GUE JUGA YAH!"

Oh iya, sekarang sudah April yang berarti semakin dekat mereka dengan ujian nasional, hanya tersisa dua minggu lagi. Les tambahan untuk membahas materi ujian juga sudah dilaksanakan di sekolah sejak dua minggu yang lalu.

Nanon ingin memesan grabcar tapi ponselnya sudah mati karena kehabisan daya dari tadi, jadi jika ingin memesan kendaraan online dia sangat butuh Chimon, sedangkan Chimon ingin menunggu hujan redah saja.

Tidak lama kemudian sebuah mobil melewati pos satpam, sepertinya mobil itu dari parkiran bagian dalam sekolah.

Chimon dan Nanon yang masih betah berdebat tentang bagaimana cara mereka pulang akhirnya berhenti ketika mobil itu membunyikan klakson tepat di samping mereka.

"ANJING/ASUU." Jantung keduanya terlonjak sedikit berpindah tempat.

Kaca mobil turun perlahan menmpilkan Perth dengan senyuman jahilnya, "Belum balik ?" Sapanya tanpa rasa bersalah karena sudah membuat dua teman barunya itu sport jantung.

"Yah menurut ngana aja sih," Jawab Nanon ketus, dia masih kesal.

"Kita lagi diskusi mau nunggu hujan redah aja atau pesan grabcar." Berbeda dengan Nanon yang kesal, Chimon malah tersemu melihat Perth dibalik kemudi.

"APAAN ADUL! ITU BUKAN DISKUSI YAH! LO NYURUH GUE NUNGGU BARENG LO ITU SAMA SEKALI BUKAN DISKUSI." Teriak Nanon tidak terima.

"DIEM WAN!" Chimon mendelik.

"Sama gue aja yuk. Cepet naik." Nanon tanpa ba bi bu langsung berlari dan membuka pintu di samping kemudi, membuat Chimon tidak sempat menolak ajakan Perth. Ya sebenarnya tidak mau nolak juga yah.

Setelah sadar dari keterpesonaannya pada Perth karena Nanon, Chimon segera menyusul dan duduk di kursi penumpang belakang Nanon. Percayalah dari spot itu dia dapat melihat Perth dengan puas dari balik kaca spion di bagian depan. 

"Udah ?" Tanya Perth yang di sambut dengan anggukan kepala dari kedua teman barunya yang sudah kelewat akrab sekarang.

"Kita ke rumah lo dulu yah Non, abis itu gue anterin Chi pulang."

"Gak apa-apa emang anterin gue ? Nanti lo muter lagi dong ? Kita gak searah."

"Gak apa-apa kok Chi."

"Gue berhenti di Nanon aja, nanti gue minta abang atau kakak gue jemput di sana."

"Serius Chi gak apa-apa, biar sama gue aja."

"Tapi nanti lo muter Pon,"

"Ya terus kenapa ? Kayak gue gak pernah anter lo pulang aja selama ini."

"Berisik Adul ini masih untung yah Apon mau nganterin. Mending lo diam." Nanon bersabda.
Dan mereka pun berlalu meninggalkan pelataran sekolah.

Perjalan kali itu di isi dengan Nanon dan Chimon yang tidak pernah berhenti mendebatkan apa saja. Perth yang akhir-akhir ini sudah biasa mendengar keduanya pun hanya geleng-geleng kepala, mau bingung tapi ini CHIMON NANON.

Let Me BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang