14. Pertemuan Keluarga

131 12 4
                                    

Awal Februari

Setelah berbicara dengan keluarga masing-masing, tibalah hari ini dimana keluarga Vihokratana bertemu dengan keluarga Adulkittiporn untuk membahas agenda selanjutnya tentang anak mereka.

Mereka menunggu beberapa waktu karena kesibukan Chimon dengan proyek barunya dan Purim yang masih menyesuaikan jadwal di Rumah Sakit.

Untunglah Chimon, karena dia punya team yang bagus pada proyek kali ini, hingga pekerjaannya tidak terlalu mengharuskan dia untuk selalu on site.

Pertemuan dengan pihak Sukumpantanasan juga terakhir kali saat peletakan batu pertama, sisanya mereka hanya mengirim orang untuk memantau sesekali.

Jangan ditanya bagaimana bahagianya Tawan Vihokratana saat dia akan bertemu lagi dengan sahabat separaruh umurnya - bahkan lebih, Jumpol Adulkittiporn. Mereka memang masih sering menyempatkan waktu untuk sekedar menghabiskan waktu di tengah sibuknya dunia, namun pertemuan mereka kali ini akan lebih menyenangkan dan mendebarkan karena setelah ini mereka akan menjadi satu kesatuan, satu keluarga besar.

"Bunda coba lihat, kira-kira Ayah pakai dasi yang mana ? Yang biru atau yang hitam ini ?" Tawan menghampiri istrinya yang sedang berdandan seraya menunjukkan dua dasi pilihannya.

"Pakai yang biru saja Ayah."

"Oke. Tolong pasangin bun," Tawan lagi-lagi mengganggu kegiatan Namtan, namun wanita yang masih saja cantik tidak termakan usia itu dengan senang hati menolong suaminya.

"Ayah kenapa sih heboh sekali ?"

"Hehe Ayah senang bun,"

"Senang karena bertemu cinta pertama ?"

"Husssh bunda! Jangan ngomongin itu."

"Ih siapa tau kan Ayah senang karena akhirnya bisa jadi keluarga dengan Jumpol, kan dulu gak jadi bikin keluarga sama dia." Namtan menggoda suaminya yang sudah menahan malu.

"Yah itu sudah pasti. Terlepas dari apapun, Jumpol itu sahabat Ayah dan Ayah percaya sama dia."

"Hehe akhirnya yah Ayah, cita-cita Ayah dan Jumpol untuk jadi keluarga akan terwujud. Dulu kan ngotot banget mau nikah sama Jumpol."

"Bunda ih dulu-dulu terus yang dibahas. Namanya juga cinta monyet." Tawan merengkuh Namtan dalam dekapan, membisikkan kalimat manisnya yang ajaib masih bisa membuat Namtan tersipu malu, "Yang penting sekarang, the rest of my life akan di habiskan bareng bunda kan ?"

🍃🍃🍃

"Ini bukan pertama kalinya Papi mau melepas anak buat punya jalan hidup sendiri tapi kok yah Papi tetap gugup ?" Kata Jumpol pada anak sulungnya, Mix.

"Wajar aja Pi. Tenang aja, Purim baik kok." Ucap si sulung sembari mengusap pundak yang selalu kuat di depannya, meyakinkan sekali lagi, adiknya kini berada di tangan yang tepat.

"Papi selalu percaya sama pilihan anak-anak Papi, dari Earth, Bright dan juga Purim. Apalagi Purim, dia anak sahabat Papi."

"Anak cinta pertama kali ah." Celetuk Milda yang entah datang darimana, sukses membuat Mix terperanjat kaget.

"Ha ? Tante Namtan cinta pertama Papi ?"

"Mana ada, dia mah cintanya sama Tawan."

"MAMI!?" Keduanya lagi-lagi kaget.

"Emang beneran Pi ?"

"Itu cuma perasaan anak remaja yang baru puber. Gak usah di pikirin." Jawab Jumpol namun sekarang mukanya tersipu, bukan karena masih memiliki rasa, namun lebih ke malu saja.

"Idih! siapa tuh yang bilang 'we've become first for each other' ?"

"Sumpah Papi fakta apa lagi ini ?" Rahang Mix seakan terjun bebas, saking kagetnya.

"Gak usah di dengar. Mami ini gimana sih ? Udah mau punya cucu masih aja jealous sama si Tawan yang gak jelas itu."

"Sorry im not jealous. We're best friend after all. And I know, you really happy today 'cause we're one step closer to finally become family, right ?" Milda mendekati suaminya, kemudian mengalungkan lengannya pada leher kokoh sang pujaan hati.

"You know, thats why i love you." Jumpol merengkuh pinggang kecil istrinya kemudian memberikan kecupan pada pucuk hidung bengirnya.

"Hello ? Sorry, but im still here!" Mix protes dan berlalu meninggalkan orangtuanya di ruang keluarga.

🍃🍃🍃

Agenda pertemuan dua keluarga itu malam ini sebenarnya hanya membahas kapan kiranya kedua anak mereka bisa melangsungkan pertunangan. Maka dari itu, pertemuan kali ini hanya di hadiri Jumpol, Milda, Tawan, Namtan, Purim dan Chimon.

"Kalau dari Purim sma Chi, yah kalau bisa secepatnya, mengingat kita berdua masih belum terlalu sibuk." Ucap Purim dengan  tenang padahal jantungnya sedang ribut, hingga dia malu sendiri kalau-kalau orang disekitarnya dapat mendengar debaran tersebut.

Milda memperhatikan raut wajah bungsunya yang kelewat tegang, kemudian menggenggam tangan Chimon di bawah meja.
Saat manik indah itu berpapasan dengan milik sang anak yang seakan- seakan dapat berbicara bahwa semua akan baik-baik saja, Chimon bersyukur akan itu.

"Bagaimana Peng ?" Tawan menyesap sedikit minumannya, kemudian melirik Jumpol yang bertanya padanya.

"Dua minggu dari sekarang, boleh ? Tenang aja, Ayah bakal bantu. Mengingat ini adalah pertama kalinya Ayah akan punya mantu." Jawab Tawan.

Setelah sesi makan malam dan perbincangan ysng panjang, sampailah mereka pada satu keputusan bahwa rencana pertungan mereka akan di adakan dua minggu lagi.

Masalah persiapannya tentu saja akan di urus oleh para orangtua, kedua calon hanya perlu mempersiapkan diri.
Bukannya tidak dilibatkan dalam persiapan, tapi memang kedua orangtua mereka sangat excited  menjadi satu keluarga besar hingga ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

🍃🍃🍃

"Gue gak pernah ketemu Chimon kalau gue on site." Curhat Perth pada Ohm yang kebetulan sedang berada di ruangannya, menumpang makan makan siang katanya.

"Terus kalau ketemu emangnya lo mau ngapain ? Peluk kah ?" Jawab Ohm kelewat tidak peduli.

"Gila emang. Salah banget gue cerita ke lo."

"Terus lo harap gue mespon bagaimana ? Itu juga bukan kewajiban lo untuk on site, kita punya team yang bertugas buat itu."

"Yah ini proyek gue. Suka-suka gue dong mau datang apa  gak." Yah benar juga sih.

"I kinda miss him." Ucap Perth lirih tapi masih bisa di dengar oleh Ohm.

"Agak gak pantes gak sih ? Setelah sekian lama lo baru muncul di depan dia dan tiba-tiba bilang kangen ? Hei! Where have you been dude ?"

"Ini bukan tiba-tiba. Gak ada sehari pun gue gak rindu dia, since 'that day'."

"C'mon, dia belum tentu sendiri sekarang."  Ohm menaruh fokus pada rekan sekaligus sahabatnya itu.

Perth tidak mengelak akan hal itu. Benar juga, lelaki sebaik dan 'sesempurna' Chimon terlalu sayang jika tidak ada yang memiliki.

"Gue cuma pengen dekat lagi. You know, like before, we're  really close to each other."

"Kita bukan anak remaja tanggung lagi, yang kerjaannya cuma belajar dan main. Hidup terus berjalan dude, kita semakin tua. Prioritas dan tuntutan hidup pun pasti sudah berbeda-beda."

Lagi-lagi, perkataan Ohm menampar dirinya telak.
Benar, mereka bukan remaja lagi, yang hidupnya selalu pink.

"Perth, setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Ngerti gak ?" Ohm kemudian berdiri, menepuk bahu Perth kemudian berlalu dari sana.

Let Me BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang