1.2

34 3 0
                                    

"Kuil apa yang punya sejarah kelam begini." Svalon menggerutu. Melewati pecahan guci antik di lantai kayu yang berderit saat di injak.

"Andrew kau harus bersabar." X menasihati tetapi Svalon mengabaikannya dan terus menerus memaki. Ia mulai berfikir bahwa Farnley adalah arwah penunggu hutan dan telah menjebak mereka untuk masuk ke dalam kuil yang mungkin terkutuk. Svalon merasa wajar berpikir seperti itu karena dirinya jatuh tersungkur dan nyaris mati terkena pecahan kaca. Ia semakin kesal ketika tahu kisah kelam kuil dari Geed.

"Daichi aliran energinya semakin kuat."

"Ya Riku, aku bisa merasakannya bagaimana denganmu Andrew."

"Tentu saja, energi negatif ini hampir membunuhku ingat?" X hanya geleng-geleng kepala menerima jawaban itu.

Mereka berhati-hati melangkah melewati serpihan dan paku yang mencuat keluar. Memasuki kuil lebih dalam energi negatif semakin pekat, udara terasa sesak rasanya sulit menarik nafas. Svalon mengangkat tangan tanda peringatan memberi sinyal berhenti, tatapan pria itu menajam indranya naik menjadi penuh waspada.

Dia merasakan orang lain. Sinyal asing yang membuatnya meremang tanda bahaya.

Svalon mengeluarkan pisau lipat dari saku celana, pisau hitam bergaris ungu yang sudah ada ketika dia bertranformasi menjadi manusia meskipun Svalon tak ingat pernah memiliki pisau tersebut tetapi ada rasa nostalgia yang tertinggal, genggamannya terbuka dan tertutup dalam perasaan akrab Svalon merasa sering menggunakan pisau ini tetapi ingatannya terlalu buruk untuk memberitahu. X dan Geed di belakangnya mengawasi berpandangan satu sama lain dengan kening berkerut keduanya tidak merasakan ancaman apapun jadi apa yang Svalon rasakan?

Svalon melangkah perlahan tak bersuara begitu tenang dan sabar seperti pemburu mendekati mangsa, sesuatu yang tidak bisa X atau Geed duga karena beberapa detik sebelumnya Ultra itu terus menerus memaki pada setiap hal yang di temukan.

Langkah Svalon terhenti melihat sorot cahaya dari salah satu sudut kuil, cahaya putih dari sorotan lampu penerangan cukup terang untuk memperlihatkan empat lubang kecil pada lantai kayu lapuk.

Svalon bisa melihat seorang pria perlahan keluar dari sudut kuil tersebut menggenggam senter kencil di tangan, tanpa membuang waktu Svalon dengan tangan yang terkepal dalam satu gerakan cepat seperti roket yang melesat melayangkan serangan, tapi pria yang menggenggam senter tersebut menahan tinju Svalon dengan kedua telapak tangannya membuat senter jatuh dan menggelinding di lantai kayu baru terhenti saat menabrak rak coklat yang berdebu. Cahaya dari senter itu menyorot keduanya membuat bayangan besar pada dinding kuil yang dipenuhi sarang laba-laba.

Pria itu menggenggam pergelangan tangan Svalon menariknya kuat sementara tangan lain terkepal memberikan lesatan tinju balasan langsung ke wajah Svalon. Svalon memiringkan kepalanya berhasil menghindar tapi tinju pria itu mengubah udara menjadi setajam pisau saat dilayangkan menggores pipi Svalon menciptakan segaris luka dan darah. Tangan Svalon yang lain langsung terangkat menghunus pisau dalam genggaman langsung menuju leher pria itu, spontan pria itu melepaskan genggamannya pada Svalon bergerak mundur meskipun tetap menerima luka yang menggores tulang hidung.

Keduanya berpandangan tajam mengawasi dan menjaga jarak. Svalon mengeratkan genggaman pada pisau dalam kuda-kuda siaga bilah pisaunya berkilat mengerikan di terangi cahaya sementara kedua tangan pria dihadapannya mengepal mengambil posisi seperti petinju yang siap menyerang lawan kapan pun pertarungan dimulai.

X dan Geed terkejut menyaksikan bayangan keduanya dari dinding kuil posisi kedua pria yang berada di antara sudut ruangan membuat X dan Geed tidak bisa melihat tubuh keduanya tapi dapat mendengar suara pertarungan dengan jelas. Lebih buruk lagi mereka berdua ragu untuk melerai, aura dari keduanya membuat udara terasa berat mengirim getaran rasa takut yang menusuk-nusuk tubuh menjalari punggung.

Immortal Warrior ◇ Ultraman Svalon : Shield Of Univers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang