1.4

35 7 0
                                    

Farnley memandangi Hikari no Kuni yang bersinar di antara gelapnya jagat raya, senyumnya tertarik ke atas ada gelombang nostalgia yang datang, ingin sekali ia menyentuh planet indah di hadapan mata tetapi enggan terlaksana mengingat untaian dosa dalam genggaman. Merasa bertanggung jawab atas jalan yang sudah di pilih.

Farnley tidak mau kembali ke tempat kelahirannya itu, terlalu berat dan sulit untuk di lakukan tetapi ketika tempat asal dibayangi kehancuran Farnley tidak bisa menahan diri untuk turun tangan.

Seharusnya dia memiliki sedikit rasa simpati tetapi dia tidak mau tempat asal terkait berakhir seperti milik temannya yang kehilangan ingatannya itu. Dia merasa tak akan sanggup melihat masa depan meski sedetik jika itu terjadi.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Noa datang menghampiri, berada tepat di sebelahnya. Farnley mendengus dengan senyum kecil.

"Hanya melihat planet itu."

"Kau tidak mau kembali?"

"Yang mati tidak seharusnya hidup lagi."

"Kau tidak mati."

"Kau lupa aku meledak tiga puluh tahun lalu?"

Noa menarik nafas dalam merasakan sakit kepala menyengat sesaat. "Kau dan saudaramu sama saja."

Farnley tertawa keras membuka mulut begitu lebar terbahak-bahak sampai sudut matanya berair. "Saudaraku lebih polos peringainya, seharusnya tempatku itu memang tidak boleh terlibat dengan masalah teman kita."

"Kau membiarkan Svalon tidak tahu apa-apa," Noa memberi jeda. "kenapa?"

Farnley tersenyum kecil kembali memandangi kampung halaman yang bersinar cantik. "Ingatan yang tidak diketahui adalah keinginan teman kita dan jika ia ingin itu kembali maka harus ia sendiri yang melakukannya."

"Apa kau pernah berpikir terlibatnya kampung halamanmu adalah karma atas tindakanmu?"

Perkataan Noa membuat keheningan yang berat memenuhi keduanya. Tidak ada jawaban dari Farnley atau tuntutan balasan dari Noa. Farnley yang tampak acuh sementara Noa menatap punggung temannya itu yang kini terlihat rapuh dan kelelahan.

"Aku memikirkannya sepanjang waktu, terkadang aku berpikir akan lebih baik jika kau tidak menyelamatkan ku dari ledakan waktu itu."

Pernyataan Farnley membuat Noa mengangkat kepala mengalihkan pandangan dan perhatiannya pada Hikari no Kuni.

"Jika aku tidak menyelamatkan mu saat itu aku pun tidak akan berada di sini sekarang."

"Terdengar seperti omong kosong."

"Jika kau mati kau tidak bisa membantu kampung halamanmu atau melindungi apapun lagi."

Farnley tidak bisa membalasnya.

"Kau harus hidup meskipun masa depan terlihat mengerikan atau masa lalu membuatmu terjerat itu lebih baik daripada mati, jika kau mati kau tidak bisa melakukan apapun lagi."

"Kau cerewet juga ya, dasar kakek-kakek."

"Kau benar-benar ingin ku hajar ya."





Svalon seharusnya melanjutkan investigasi atau setidaknya membaca lima lembar kertas yang diberikan oleh Geed perihal informasi mengenai bumi tempatnya kini tinggal sementara. Namun, sejak Geed dan X pergi Svalon menatap langit selama berjam-jam dengan banyak pikiran dalam kepalanya yang kini seperti tengah berperang, lima lembar kertas itu dibiarkan menggantung dalam genggaman Svalon tetap tak memiliki niatan untuk membacanya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Svalon menoleh ia mengenali suara tersebut, pemiliknya jelas orang asing yang ditemuinya saat menjelajahi kuil. Keningnya otomatis menekuk dengan lipatan-lipatan dalam tidak menyembunyikan kejengkelan atas pertemuannya dengan pemuda itu sekali lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Immortal Warrior ◇ Ultraman Svalon : Shield Of Univers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang