Bab 12. Liburan (Honeymoon 18+)

525 8 0
                                    

Atar mendudukkan tubuh istrinya di atas sofa yang berada di dalam ruang kerjanya. Diusapnya lembut rambut sang istri yang baru ia sadari sudah berubah warna dan juga ukuran.

"Loh, kamu ptong sama warnain rambut?"

Airin yang mendengar pertanyaan Atar mengalihkan atensinya, dengan senyum terbaiknya menganggukkan kepalanya. Lalu tanpa diminta Airin menceritakan alasannya merubah penampilan. Dan satu kata yang sedikit mengusik Atar dari alasan sang istri adalah 'buang sial'.

Kata buang sial yang diucapkan Airin membuat Atar kembali mengingat kelakuan bodohnya dulu. Namun ia tak bisa menyalahkan sang istri sebab memang apa yang telah diperbuatnya memang sebuah kesialan bagi istrinya.

"Gimana penampilan baru aku, bagus enggak?"

Atar tersenyum lembut seraya mengelus rambut Airin yang kini hanya sebatas bahu. "Bagus, selalu cantik." jawab Atar membuat Airin tersenyum senang.

Atar tidak berbohong, penampilan baru Airin memang membuat sang istri lebih terlihat segar dan juga muda. Siapapun yang melihat Airin sekarang pasti tak akan menyangka kalau wanita itu telah memasuki kepala tiga.

Airin memang secantik itu di mata Atar. Mata belo dihiasi bulu mata lentik, wajah oval dengan dagu lancip, hidung mancung, sepasang alis tebal, bibir tipis berwarna pink alami membuat wanitanya itu terlihat sangat cantik dengan wajah khas pribumi. Ditambah perawakan Airin yang tinggi semampai membuat istrinya kian memukau.

Atar bahkan sampai bertanya-tanya kembali di dalam hatinya, apa yang membuatnya nekat menduakan istri sesempurna Airin. Perihal masalah keturunan ia jelas tak pernah mempermasalahkan.

Jika hatinya berpaling hanya karena Airin yang terlalu mandiri rasanya itu sedikit aneh. Bukankah seharusnya dia bersyukur karena disaat banyak temannya yang dibuat pusing dan juga repot oleh tingkah serta permintaan istrinya, Airin hampir tak pernah menyusahkan Atar dengan kemauan-kemauan konyolnya.

Wanita itu selalu melakukan segalanya sendiri. Airin hanya akan meminta tolong saat benar-benar membutuhkan saja. Misal, pada saat tes kesuburan dalam program memiliki anak. Tentu saja Airin tidak mungkin melakukannya sendiri sebab tes kesuburan harus dilakukan dari kedua belah pihak untuk mengetahui siapa yang bermasalah.

"Kok, bengong sih?" Airin menepuk bahu Atar membuat lelaki itu mengalihkan atensinya.

Atar tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Enggak, kok. Cuman lagi mikir aja kenapa yah kamu bisa secantik ini?"

Airin terkekeh mendengar gombalan suaminya, meski begitu wajahnya tetap memerah membuatnya terlihat menggemaskan di mata Atar.

***

Airin memasukkan beberapa helai pakaianya dan juga Atar ke dalam sebuah koper besar. Rencananya besok mereka hendak berlibur ke Pulau Dewata Bali. Dan Airin hanya menurut saja. Hitung-hitung sebagai cara untuk kembali merekatkan keharmonisan rumah tangga mereka.

Airin tersenyum kala ingatannya menerawang jauh pada bulan madu keduanya di Bali. Liburan itu sekaligus kado aniversary mereka yang pertama. Disana, Atar sangat memanjakannya, apapun yang dirinya minyak tak sekalipun suaminya itu mengatakan tidak.

Airin harap, liburan kali inipun akan sama menyenangkannya seperti sebelumnya. Kalau bisa lebih menyenangkan dari yang dulu. Airin juga berharap liburannya kali ini dapat membawa keberkahan dalam dirinya yaitu seorang anak yang selama ini dinanti.

Berkali-kali mencoba dan berkali-kali juga gagal, Airin tak lantas mematahkan harapannya untuk memiliki seorang keturunan. Wanita itu hanya mencoba memasrahkan segala urusan duniawinya kepada sang pencipta. Toh, dirinya memang hanya manusia biasa yang tak memiliki daya serta upaya.

AIRIN (Luka Yang Tersimpan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang