(a) Ours

2K 247 138
                                    

[Aloha! Sudah lama kita tidak bertemu di sini. Kisah Nova dan Teija sedang dalam proses menuju cetak, nih. Jumlah halamannya juga nggak main-main ternyata. Sembari menunggu kisah Nova muncul pengumuman Open PO nya, kita nyicil kisah bang Janu lagi, ya. Pelan-pelan, deh. Sembari aku menunggu vote dan komen dari kalian yang mau kisah ini lanjut di Wattpad. Yang special chapter tapi intipnya ke Karyakarsa 'kataromchick', ya. Yuk, ah, vote 150 dan komen lebih dari 60 bisa kali ya 🤭]

Janu meraba tempat tidur di sisi kirinya. Tidak menemukan siapa pun, matanya mulai terbuka secara perlahan. Kemana dia? Tidak biasanya Janu mendapati istrinya pergi setelah pertempuran malam mereka. Biasanya Karleesha akan tetap berlama-lama di ranjang karena masih berusaha mengumpulkan rasa semangat untuk kembali beraktivitas. Apalagi jika menyangkut aktivitas mengurus anak kembar mereka yang sekarang berumur empat bulan.

“Arl?” panggil Janu.

Tidak ada sahutan. Berarti istrinya tidak ada di kamar mandi. Karena tidak ingin membuat rasa penasarannya lebih tinggi, Janu memutuskan untuk pergi mandi. Jika sudah memegang anak-anak, dia tidak akan memiliki kesempatan untuk mandi. Mereka masih mengurus si kembar sendiri tanpa bantuan pengasuh. Karleesha yang maju mundur mengenai pengasuh. Merasa bahwa jika ada pengasuh, maka anak-anaknya akan menjadi anak pengasuh. Maka jadilah mereka berdua begitu sibuk mengurus si kembar tanpa bantuan siapa pun. Mandi saja mereka harus bergantian dan tidak bisa menggunakan banyak waktu berlama-lama membersihkan diri.

Setelah selesai dengan pakaian rumahnya yang bersih, Janu turun dan menemukan istrinya berjemur di dekat kolam bersama bayi kembar mereka. Gemas dengan pemandangan itu, Janu mendekat dan langsung mengecup pipi sang istri.

“Udah bangun?” tanya Karleesha.

“Kamu kenapa nggak bangunin aku?”

“Kan, biar kamu kenyang dulu bobonya. Jadi, nanti kita bisa gantian ngurus si kembar.”

Janu mengangguk singkat dan mengambil kursi di samping istrinya. Ikut mengambil salah satu bayi mereka dan berjemur bersama.

“Jadi, kamu belum mandi?” tanya Janu.

“Belum.”

“Sini kalo gitu, biar aku yang jemur si kembar. Kamu mandi, pasti bau sperm aku. Kasian anak-anak.”

Karleesha langsung menatap sinis suaminya itu. “Kamu, tuh orang yang nggak suka banyak omong. Tapi sekalinya ngomong malah suka ngagetin. Bahas begitu di depan bayi-bayi kita! Dasar mesum!”

“Kok, mesum? Apa yang aku ucapin bener, Arl. Kan tadi malem kita mainnya—”

Stop, stop, stop! Aku udah cuci bagian intim dan perut aku yang kamu jadiin tempat pembuangan, ya, Janu! Aku bersih.”

“Bersih dari kasat mata, iya. Tapi belum menyucikan diri.”

Lalu tawa Karleesha menguar. Membuat si kembar yang berada dalam dekapan papanya langsung merengek karena terganggu.

“Arl!”

“Hahaha. Lagian kamu juga bikin aku ngakak. Ternyata kamu bisa bahas suci menyucikan diri, ya, Nu? Padahal kamu, tuh, pinter banget jadi dominan di ranjang. Kamu keliatannya aja diem, tapi kalo udah berulah, seluruh tubuh kamu nggak bisa diem. Sekarang bahas menyucikan diri? Hello, Papa Januar, harus kamu ingat, ya. Kamu udah pandai mengambil keperawanan aku dan aku jamin kamu lebih banyak pengalamannya. Jadi, soal suci menyucikan diri, aku pastikan aku lebih pandai soal itu.”

Janu berdecak sebal dengan sindiran istrinya. Meski bercanda, tapi Janu tahu itu adalah sejarah yang akan terus diulang oleh Karleesha bahkan mungkin hingga anak-anak mereka sudah besar nanti.

“Perempuan memang pandai mengingat sejarah pasangannya,” gumam Janu.

Mendengar itu, Karleesha kembali tertawa. “Exactly! Perempuan paling jago urusan history pasangannya. Jadi, jangan main-main, ya. Apalagi perempuannya tipe kayak aku. Kamu akan berada dalam masalah besar kalo ketahuan nggak komit sama pernikahan ini. Paham, Papa?”

“Hm.”

Karleesha tersenyum dan mencium pipi suaminya sebelum beranjak.

“Aku menyucikan diri dulu, ya. Supaya bekas kamu nggak mengotori bagian tubuhku lagi.”

Janu hanya bisa pasrah dengan kelakuan istrinya itu. Dia tahu Karleesha sengaja mencium pipi dengan bunyi yang erat sekali di telinga Janu. Belum lagi sengaja memamerkan bokongnya yang memang berisi bahkan sebelum memiliki anak. Kalau bukan karena ini waktunya mereka mengurus si kembar, Janu mungkin akan dengan gila berusaha menghamili Karleesha lagi.

***

“Cucu Ayah nggak kamu ajak, Nu?”

Sampai di kebun, Janu mendapatkan todongan pertanyaan dari Arsaki.

“Kan, ini mau kerja, Yah. Bukan kunjungan ke taman bunga. Masa bawa si kembar?”

Arsaki tersenyum sekilas. “Kamu ini, kalo ngomong suka bikin geregetan. Lagian bawa salah satu anak ke sini juga nggak masalah. Meringankan tugas Karlee yang udah berat ngurus dua anak, ditambah ngurus kamu bapaknya anak-anak yang kadang suka kekanakan. Bawa salah satu anakmu itu sebuah usaha yang sangat berarti.”

Lagi-lagi Janu terkena dengan tamparan sindiran oleh ayahnya. Memang, ya, meski sudah menjalani pernikahan yang akadnya diulang selama empat bulan ini saja dia masih menjadi bahan sindiran. Untung saja Janu tebal telinga, bagaimana jika dia yang terbawa perasaan setiap kali kena sindiran?

“Ya, kapan-kapan aku akan bawa anak-anak supaya istriku nggak kesulitan mengurus si kembar sendirian.”

“Nah, gitu dong. Kan, bisa sekalian main-main sama Ayah di sini.”

“Bayi empat bulan bisa main apa, sih, Yah?”

“Main cerita-ceritaan mengenai kehidupan. Ayah punya banyak cerita buat mereka. Apalagi cerita soal bapaknya mereka yang ulahnya diem-diem menghanyutkan sampe hampir tenggelam.”

Janu mengabaikannya dan mulai menyortir bunga-bunga pilihan yang biasa dipesan. Melihat data pemesanan juga yang semakin hari semakin banyak karena Karleesha secara tidak langsung mempromosikan hasil bunga dari kebun milik mertuanya.

Dia akan fokus bekerja, tidak ingin memikirkan hal lain selain anak-anaknya dan Karleesha. Mendapatkan sindiran tidak apa-apa bagi Janu, yang terpenting tidak ada kerikil yang akan menghalangi Janu untuk bersama Karleesha dan anak-anak mereka lagi setelah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong Turn, Embryo!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang