Jennie POV
Sumpah demi Tuhan, aku tidak tau harus membuat alasan seperti apa lagi. appa kembali menghubungiku dan memintaku untuk menghadiri acara yang sebentar lagi akan dimulai. Aku tidak tau dengan jelas acara apa yang dia maksud tetapi aku yakin seratus persen bahwa itu hanya akan membuatku merasa bosan.
Aku tau banyak orang yang mengatakan bahwa aku sangat keras kepala, tetapi kalian semua harus tau sifat buruk itu aku turunkan dari appaku, jadi setiap ada perselisihan di antara kami berdua maka perdebatan panjang akan terjadi, seperti sekarang ini. Namun lagi-lagi aku akan mengatakan bahwa aku bisa melawan siapapun kecuali appaku sendiri, dia benar-benar susah ditaklukkan.
"Appa tidak mau tau, dalam tiga puluh menit kau harus sudah tiba, sudah berapa kali acara seperti ini dan kau tidak pernah sekalipun mau menghadirinya bersama orang tuamu—" Jika omelannya berlangsung lebih lama lagi, ku rasa aku benar-benar akan mati, jadi aku memutuskan sambungan telponnya begitu saja, aku tidak peduli jika kalian mengatakan aku anak durhaka.
Dari arah pintu masuk aku melihat Rosé yang baru saja kembali dengan kedua tangan yang penuh dengan kantung plastik, aku baru saja meminta gadis itu membelikan minuman untuk kami yang akan bersenang-senang malam ini, tetapi semuanya gagal, aku harus menyusul ayahku di acara tidak penting yang digelar oleh temannya itu.
"Bersiap-siap sekarang juga Rosé, kita akan pergi"
Aku bisa melihat wajah managerku yang kebingungan. Dia meletakkan belanjaannya begitu saja, kemudian gadis itu mengecek ponselnya "Tidak ada jadwal apapun untuk malam ini, eonni, kau mau kemana?"
"Aku akan mengikuti kemauan orang tuaku, berpesta dengan orang-orang tua disana, ku pikir hidupku akan seperti di neraka malam ini"
Dan kalian lihat, managerku yang kurang ajar itu malah tertawa terbahak-bahak. Aku tau dia bahagia jika aku tersiksa.
Oh ya, aku lupa menceritakan pada kalian semua seberapa manjanya managerku ini pada kedua orang tuaku, bahkan dia memanggil mereka dengan sebutan appa dan eomma langsung. Dan orang tuaku seolah sudah menganggapnya sebagai putri bungsu mereka, maka setiap Rosé mengadukan hal-hal buruk tentang ku mereka akan sangat mudah untuk percaya bahkan jika aku menyangkalnya berulang kali.
"Sudah aku katakan, menghadiri pesta bukan ide yang buruk, ayo berdandan yang cantik, eonni, siapa tau kau akan mendapatkan sugar daddy disana"
"Sekali lagi kau berbicara omong kosong maka aku benar-benar akan membuatmu menyesali karena sudah melamar sebagai menagerku"
Bukannya takut, gadis blonde itu semakin tertawa kencang "Menjadi managermu adalah keputusan paling tepat yang pernah ku buat, eonni"
Jika Rosé bersyukur karena bisa bekerja sebagai managerku, maka aku juga bersyukur karena memilikinya yang selalu bisa diandalkan. Saat aku kesulitan membuat keputusan terkadang juga aku bisa meminta pendapatnya. Aku sebenarnya menyayangkan Rosé yang hanya bekerja sebagai manager. Melihat wajahnya yang cantik, aku berani mengatakan bahwa dia lebih layak menjadi seorang aktris. Aku juga pernah mendengarkan dia bernyanyi, dan suaranya sangat indah, sampai suatu hari aku mengatakan padanya untuk merekomendasikan dia pada presdir Yang untuk menjadikannya seorang penyanyi, tetapi apa yang menjadi jawaban Rosé membuatku tercengang, dia mengatakan "Jika aku debut sebagai penyanyi, maka siapa yang akan mengurusmu, eonni, lagi pula aku tidak perlu menjadi terkenal, tidak akan ada yang bangga dengan pencapaianku"
Sepertinya aku lupa menceritakan sedikit tentang kehidupan pribadi Rosé, kedua orang tuanya sudah berpisah saat usianya masih menginjak 7 tahun, ayahnya yang memilih menikah lagi kini sudah berbahagia bersama keluarga barunya, tanpa memperdulikan Rosé sekalipun. Sementara ibunya, huh, aku sedih jika harus menceritakan bagian ini, dia meninggal saat usia managerku sepuluh tahun karena penyakit jantung yang ia derita.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Choice [OnGoing]
FanfictionPerasaan benci bisa saja berubah menjadi cinta. Tak jarang kata-kata itu didengar oleh semua orang. Namun juga masih banyak menganggap itu hanya omong kosong saja, seperti halnya yang sedang terjadi pada dua orang aktris yang saling membenci. Yang s...