7. Avoid Awkwardness

1.2K 150 3
                                    

Jennie POV

Shit, shit, shit! Aku ingat semuanya, jelas saja aku ingat karena aku tidak mabuk semalam. Sekarang dimana aku harus manaruh wajahku. Aku benar-benar malu, kenapa rasa takutku bisa membuatku bodoh.

Aku tidak masalah jika seseorang membantu ku, tatapi kalian semua harus tau. Ini seorang Lalisa Manoban, jelas-jelas dia adalah musuhku dan ku jamin dia akan mengolok-ngolokku sampai mati.

Aku terbangun pagi ini dan menyadari aku tidak berada di kamarku. Aku mengingat bagaimana tadi malam dengan baik hatinya seorang Lisa mau memesankan penginapan untukku, tidak, aku rasa dia hanya pura-pura baik. Ah, persetan mau pura-pura atau tidak aku tetap tidak terima.

Aku memperbaiki posisi dudukku saat melihat Lisa masuk ke kamar dengan sebuah papper bag di tangannya. Aku tegaskan sebelumnya aku tidak pernah menginap di sebuah kamar yang sama dengan seseorang kecuali Rosé, dan sekarang bisa-bisanya aku berada di kamar yang sama dengan Lisa.

"Jennie, kau sudah bangun? Ini aku membeli sarapan untukmu"

Aku tidak menjawab, sesungguhnya ini terasa begitu canggung. Mengingat sebelumnya yang hampir setiap hari kami bertengkar dan sekarang kami bersikap seolah sudah mulai dekat antara satu sama lain.

"Aku tidak tau apa makanan yang biasanya menjadi sarapanmu, jadi aku hanya membeli sandwich dan salad buah"

Lagi-lagi aku tidak ingin menjawabnya, aku hanya bangkit dan berjalan melaluinya begitu saja, sebelum aku merasakan tangannya yang meraih lenganku "Yak! Lepaskan aku!"

"Jennie ada apa denganmu, kenapa kau meneriaki ku?" lihat dia ini memang bodoh, jelas-jelas aku masih menganggapnya sebagai musuh, kenapa dia berani sekali menyentuhku di luar adegan syuting.

"Kenapa kau menyentuhku sembarangan, dasar tidak sopan!" aku bisa melihat kerutan di dahinya, aku tau dia bingung sekarang.

"Aku tidak mengerti, apa itu masih berlaku sekarang, setelah semalaman kau menggenggam tanganku"

Lisa sialan, kenapa dia harus mengungkapkan fakta yang membuat harga diriku semakin jatuh. Apa dia sama sekali tidak merasa canggung, ya Tuhan, rasanya aku ingin menghilang saja dari bumi ini.

"Aku mau pulang, anggap saja hal semalam tidak pernah terjadi pada kita, dan kau jangan pernah coba-coba menceritakan hal ini pada siapapun" aku tau ini gila, aku bersikap tidak sopan kepada orang yang sudah baik padaku. Tetapi ini dalam konteks yang berbeda, aku sudah bilang jika dia bukan Lalisa Manoban aku sudah sangat berterima kasih padanya, tetapi jika untuk gadis itu aku tidak akan mau.

"Tunggu, kau harus mengatarku pulang, aku sudah menyuruh supirku pulang semalam, jadi kita harus pulang bersama"

Aku harus mengupat dengan cara apalagi, kenapa aku tidak bisa menghindarinya sekarang.

"Biarkan aku yang menyetir" dia menawarkan, tetapi aku langsung menolak dengan menggeleng tegas "Kenapa? Aku memiliki surat izin jadi kau tidak perlu khawatir"

"Aku bisa menyetir sendiri, katakan dimana alamatmu"

Aku bisa melihat dia menggeleng "Daddy ku bilang appamu menyuruhku datang ke rumah ada yang ingin dia bicarakan"

Rasanya kepalaku benar-benar pusing sekarang "Aku tidak akan mengizinkanmu ke rumah ku, jadi cepat sekarang katakan dimana alamatmu atau kau akan ku tinggal disini" aku mencoba mengancam tetapi sepertinya tidak akan berhasil.

"Kau jahat sekali, Jennie, semalam aku bahkan tidak meninggalkanmu sedetik pun saat kau mengatakan 'jangan kemana-mana, temani aku' dan sekarang begitu caramu membalas budi" lihat, bagaimana iblis ini bermain denganku sekarang, bahkan dia bisa meniru nada bicaraku yang sedang ketakutan. Lisa sialan, dia benar-benar sialan.

You Are My Choice [OnGoing] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang