Lisa POV
Apa sesusah itu untuk mengucapkan kata maaf dan terimakasih? Gadis pendek ini benar-benar membuat emosiku memuncak. Aku baru saja menyelamatkannya dari tumpahan sup panas, tetapi dia masih tetap dengan sikapnya yang angkuh terhadapku.
Sejujurnya aku sendiri juga bingung kenapa aku harus menyelamatkannya, seharunya aku berpesta saat melihat sup itu tumpah ke wajahnya yang menyebalkan. Sedari awal pertemuan kami pagi tadi dia sudah membuat kesan tidak baik dalam ingatanku, tetapi aku harus tetap bersikap sabar hanya karena dia sunbaeku di dunia akting yang baru saja aku selami, jika bukan, aku akan pastikan wajahnya itu hancur karena pukulanku.
Dia ingin bermain-main dengan Lalisa Manoban ternyata. Saharunya sedari awal dia mengibarkan bendera perang maka aku akan memutuskan permainan dimulai, kita lihat saja siapa yang akan kalah dalam permainan ini, let's play together, Jennie fucking Kim.
"Aku hanya butuh ucapan maaf dan terima kasih darimu, kau ini angkuh sekali, sunbae" aku bisa melihat wajahnya yang memerah karena merasa kesal, apa sikapku sekarang cukup menyebalkan sampai membuat manusia pendek ini mendidih.
Aku melihat managernya menyenggol pelan Jennie dengan ekspresi yang bisa kubaca "Minta maaf dan ucapkan terimakasih padanya sekarang eonni, semua orang menatapmu, kau tidak ingin reputasimu rusak, bukan?" Dia berbicara dengan suara pelan, dan aku masih bisa mendengarnya.
"Aku tidak peduli dengan reputasiku, ayo cepat aku ingin pulang" lihat, dia bahkan melewatiku begitu saja, haruskah tanganku ini menjambak rambutnya dan menyurunya berlutut di depanku. Ah tidak, aku tidak sekejam itu.
"Lisa-ssi ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku jika membutuhkan sesuatau" ucap gadis blonde itu dengan sopan.
"Terima kasih, kau sangat baik, berbeda sekali dengan artismu" ucapku sarkas, aku tidak peduli bahkan jika dia mengadu pada Jennie tentang ucapanku.
"Jennie eonni juga baik, hanya saja.. kau tau lah dia terlalu ... hmm, manja"
Aku berdecih saat mendengar fakta manja dari Jennie, itu bukan manja namanya tapi sombong, angkuh, dan sok hebat.
Setelahnya aku hanya menatap kepergian mereka berdua, sejujurnya hari ini adalah hari pertama aku bertemu dengan gadis yang digadang-gadang sebagai aktris papan atas itu. Awalnya, aku mengira bahwa dia akan bersikap ramah seperti apa yang kerap kali terlihat di layar kaca. Namun aku salah, sikap sombong dan ketusnya yang beberapa kali juga berhasil disorot oleh kamera ternyata benar adanya.
Ah sudahlah, untuk apa aku repot-repot memikirkan gadis itu. Tetapi aku masih merasa marah dan kesal padanya, dan sekarang perasaan itu lebih besar setelah aku menyadari bahwa pakaianku penuh dengan tumpahan sup karena inisiatifku untuk menolongnya.
Setelah menyelesaikan makan siangku, aku bergegas pergi, tidak seperti aktris lainnya yang kemana-mana harus ditemani oleh manajer mereka, aku tidak. Jika kalian berpikir karena agensiku tidak terlalu mengurusku karena aku aktris pendatang baru sehingga mereka tidak repot-repot untuk mengutus seorang manajer untuk ku, kalian salah besar. Aku hanya tidak ingin terlalu dikekang.
Sebenarnya menjadi seorang aktris merupakan pekerjaan yang cukup berat. Aku harus melakukan perjalanan jauh jika ada job tuntutan syuting ke luar kota, selama menjadi aktris aku juga merasa kekeruangan waktu istirahat tidurku.
Pasti sebelumnya kalian sudah tau, aku berhasil mendapatkan penghargaan sebagai "New Popular Artist" di drama pertama yang aku perankan, dan projek yang aku ambil sekarang merupakan job keduaku setelah debut sebagai aktris, namun siapa yang menyangka jika aku harus dipertemukan dengan seseorang seangkuh Jennie Kim itu. Haiish, mengingat mananya saja membuatku kesal setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Choice [OnGoing]
Fiksi PenggemarPerasaan benci bisa saja berubah menjadi cinta. Tak jarang kata-kata itu didengar oleh semua orang. Namun juga masih banyak menganggap itu hanya omong kosong saja, seperti halnya yang sedang terjadi pada dua orang aktris yang saling membenci. Yang s...