2. BUJANGAN TUA

55 7 4
                                    

"Oalah, ternyata ada Bu Ririn yah, saking Pak Sabar dan Ade ada di sini. Eh, malah panggil mas segala. Ehem ... ada sebentar lagi mau laku nih bujangan tua," ucap Wawan.


***
Suara bel berbunyi tiga kali, menandakan waktu belajar seni budaya telah berakhir. Ade juga bergegas meninggalkan ku dan kembali ke kelas masing-masing, untuk mengambil tugas yang sudah dikerjakan oleh semua murid.

"Anak-anak, ini tugasnya sudah selesai?" tanya ku.

"Sudah, Bu," balas anak-anak..

"Ok, bukunya mau ibu bawa. Nanti jam selanjutnya kalian tertib lagi yah dan jangan buat ibu malu."

"Iya, Bu."

Kemudian Amirah datang menghampiri ku, bahwa yang ribut di kelas tidak ada sama sekali.

"Nih, Bu nggak ada yang ribut tadi di kelas," ucap Amirah datang menyodorkan buku tulis.

"Oh bagus, kalau begitu. Nanti kalau ibu keluar, catat lagi yah nak, sampai jam habis," suruh ku.

"Baiklah, Bu." Amirah mengangguk.

Usai mengobrol, aku bergegas pergi menuju kantor dengan membawa 32 buku tulis serta buku mata pelajaran. Rasanya kepala mau pecah ketika mengingat soal Ade, mengapa aku tiba-tiba mau menerima Ade tersebut, diriku seperti sedang terhipnotis.

Harusnya aku tidak mau pacaran di hari pertama ku, aku hanya ingin fokus pada karir ku. Namun, ah sialan! Aku cukup lelah menghadapi semua ini. Selanjutnya aku duduk di kantor dan menempatkan 32 buku dari kelas 11J ke mejaku, lalu aku mendapatkan jadwal lagi di kelas 11A dengan mengajar materi yang sama.

Aku langsung mengambil tasku dan buku tulis, lalu berjalan menuju kelas 11 A untuk mengajar. Saat aku berjalan lewat koridor perpustakaan, tiba-tiba Sabar datang memanggil ku.

"Bu Rinda?" panggil Sabar.

"Iya pak, ada apa?" tanya ku.

"Nanti siang, kita makan bakso di tempat Pak Satria, yah," ajak Sabar.

"Ah— iya pak, tapi tempatnya ada di mana?"

"Tempat nya ada di belakang kelas 10 J dan 11 A."

"Oh, baiklah pak. Terimakasih. Aku izin pergi dulu."

"Iya, Bu."

Sabar cukup senang sebab bisa dekat dengan ku, namun di lain sisi aku mulai takut dengan semua guru cowok di kelas ini. Mengapa aku sering bertemu guru cowok dibanding guru cewek.

Saat masuk ke dalam kelas 11 A, semua anak-anak mendadak diam kehadiran ku, semua anak cowok malah terpesona melihat diriku dan anak cewek pada melihatku, sebab baru masuk pertama kali.

"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama Ibu Rinda Putri Ayu atau bisa dipanggil dengan Ibu Ririn. Ibu baru pertama kali ngajar di sini, ibu harap kalian mau menerima ibu," sapa ku.

"Selamat pagi, Bu Ririn. Kami sangat menerima kehadiran ibu," balas serentak.

"Jangankan satu jam pelajaran Bu, sampai habis juga kami mau," ucap Iqbal.

Aku tersenyum melihat tingkah anak-anak kelas 11A, lalu berbanding dengan kelas ku 11J yang terlihat membosankan.

"Terimakasih banyak yah, anak-anak. Duh, kalau tiga jam mata pelajaran, sama aja ibu ambil mata pelajaran guru lain, nak. Takutnya murid yang lain, pada bosan sama mata pelajaran, Bu. Ya sudah kalau itu kita absen terlebih dahulu."

"Ga papa, Bu. Kami semua cowok nggak akan bosan. Baiklah."

Selepas mengabsen kini aku lanjut mengajar, sebab semua murid cukup terlihat asik.

Pacarku Bujangan Tua [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang