8. BEDA KEYAKINAN

16 6 0
                                    

'Aku tidak tahu, kalau wanita yang ku kejar ternyata berbeda agama, pantas saja dia dan Ade selalu dekat.'

***
Empat puluh lima menit berlalu, aku sudah lama menunggu di dalam kantor,  tak lama bel sekolah berbunyi tiga kali menandakan waktu pelajaran jam ketiga sudah selesai, lalu digantikan jam pulang. Semua murid bersama-sama keluar dari lingkungan SMK Harapan Bangsa, lalu para guru keluar dari sekolah satu per satu.

Kemudian aku keluar dari kantor dan bersiap pulang, tidak lama Wawan datang mengajakku pulang.

"Bu Rinda, yakin nggak mau pulang bareng?" tanya Wawan.

"Nggak pak kepsek, saya baru saja selesai memesan ojek online," balas ku dengan menolak.

"Ya sudah cancel aja, daripada buang-buang uang. Bareng saya auto gratis kok," suruh Wawan.

"Maaf banget, pak. Ini ojol sudah dekat, aku nggak mau nolak rezeki orang." Aku berbohong

"Emm, ya sudah kalau begitu. Bu, aku izin pulang duluan yah. Assalamualaikum."

"Emm ... Wa-alaikom-salam."

Setelah keberangkatan Wawan, kini aku  berjalan kaki menuju ke depan. Tidak lama Pak Sabar yang mengendarai sepeda motor Supra x datang mengajakku pulang.

"Bu Rin, mau pulang bareng?" ajak Sabar.

"I-iya, pak. Tapi," balas ku.

"Tapi, kenapa Bu. Nggak pa-pa naik aja, gratis kok. Sekalian aku mau konsultasi di tempat bakso Pak Satria sebelumnya sama ibu."

"Oh, baiklah pak."

Aku bergegas menaiki motor Sabar, lalu duduk samping ke arah kanan, sambil memegang tas ransel Sabar.

"Bu Rinda, sudah siap?"

"Iya, pak. Saya sudah siap."

Kami berdua pergi meninggalkan lingkungan SMK Harapan Bangsa.

"Pak Ketot, saya izin tinggal yah. Assalamualaikum," sapa Sabar.

"Wa'alaikum salam, iya pak," balas Ketot. Kini ia tidak melihat wajah ku.

Setengah perjalanan, tiba-tiba adzan Dzuhur berkumandang. Kemudian, Sabar membawa ku ke masjid terdekat.

"Bu, kita solat bareng yuk," ajak Sabar.

"Emm ... maafkan aku, Pak Sabar. Saya non muslim," balas ku.

"Hah, maafkan saya, Bu. Saya kira, ibu muslim."

"Iya pak, tidak apa-apa. Harusnya saya beritahu dari sebelum nya."

Sabar mengangguk dan meminta maaf, kemudian ia bergegas pergi ke masjid dengan melaksanakan solat Dzuhur.

'Aku tidak tahu, kalau wanita yang ku kejar ternyata berbeda agama, pantas saja Pak Ade dan Bu Rinda selalu dekat,' batin Sabar.

Sepuluh menit berlalu, Sabar sudah selesai melaksanakan solat Dzuhur, kemudian ia datang menghampiri ku.

"Bapak, sudah selesai ibadah nya. Kita cari makan yuk, pak. Aku sudah lapar nih," pinta ku.

"Oh iya, Bu. Ayo kita cari makan," balas Sabar.

Selama perjalanan, Sabar bertanya kembali. "Ibu Rinda, mau makan apa?"

"Mau makan nasi rendang, aja pak," balas ku.

"Oh ok, bu."

Beberapa menit kemudian, kini kami berdua telah sampai warung nasi padang.

"Pak, aku mau pesan Nasi Padang sama es teh dua," pinta ku.

Pacarku Bujangan Tua [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang