"Jangan buru-buru yah sayang, nanti cantiknya hilang, mau sampai berjam-jam aku tetap menunggu di sini."
***
Dua jam berlalu, aku sudah berhasil menulis dua bab demi mengikuti keinginan Ade, kemudian aku menghubungi Glecia dengan mengirim dua naskah.[P. Gle, ini aku sudah selesai nulis bab 17-18,] pesan ku.
[Wah, tumben kamu cepat selesai nulis, biasanya selesai setiap malam. Emang mood kamu lagi bagus yah?] heran Glecia.
[Iya, aku lagi ada kegiatan malam ini di luar. Biasa jalan bareng pacar baru, jadi mood ku bagus,] balas ku.
[Oalah, mau kencan yah. Semangat berjuang yah, bro. Kalau bisa nulis cepat-cepat yah, biar dapat kegiatan lain.]
[Iya!]
Selepas chatan dengan Glecia, aku berjalan menuju lemari pakaian. Sembari mencari pakaian untuk kencan pertama di malam hari.
"Aku mau pakai, pakaian apa yah?" Aku kebingungan, lalu aku mengeluarkan semua pakaian satu per satu.
"Emm ... kayaknya aku mau pakai Hoodie dan rok cokelat aja dah. Mudahan aja, Mas Ade mau menerima cara pakaian ku malam ini." Usai menyiapkan pakaian, aku bergegas pergi ke kamar mandi dengan membawa handuk. Selanjutnya aku melakukan kegiatan sehari-hari dengan membersihkan tubuh ku, lalu memakai wangi-wangian.
"Huh, segar. Baru kali ini aku mandi sore, biasanya mandi malam terus, gara-gara fokus nulis seharian," ucap ku. Setelah itu aku memakai pakaian dalam, kaos, Hoodie dan rok berwarna cokelat. Kemudian aku menyisir rambut ku, berhias dan memakai wangi-wangian kembali.
Tak lama, aku menerima telpon dari Ade.
"Hallo dek, apakah kamu sudah siap? Ini mas sudah ada di luar," panggil Ade.
"Hallo mas, iya tunggu sebentar lagi," balas ku, lalu berjalan ke depan dengan mengintip luar jendela, ternyata Ade sedang mengenakan kemeja cokelat dan celana dasar berwarna cream.
"Oh ya sudah kalau begitu, jangan buru-buru yah dek, nanti cantiknya hilang, mau sampai berjam-jam aku tetap menunggu di sini."
"Iya mas, ini aku tinggal pakai sepatu aja lagi."
Ceklek!
Aku keluar dari pintu, sedangkan Uni mengintip dari jendela, lalu datang membicarakan pada ku.
"Rinda, kamu mau pergi ke mana?" tanya Uni.
"Aku mau kencan, mbak," balas ku.
"Ada, Mas Sabar nggak?"
"Nggak ada mbak, kami malam ini mau jalan berdua aja. Ya sudah, aku pergi dulu yah, pacar ku sudah lama nunggu di sana."
"Ehm ... ok, gila ganteng kali pacar mu," balas Uni, sambil melihat di luar.
"Tentu lah, nggak sia-sia aku dapati nya."
Kini Ade terpesona melihat ku, lalu malu ketika mendengar pembicaraan Uni.
"Dek, sudah siap?" tanya Ade.
"Iya mas, aku sudah siap," balas ku.
"Ya sudah kita jalan yah. Mbak, kami pergi dulu yah, minjam Rinda bentar," sapa Ade.
"Iya ganteng, hati-hati di jalan yah, pulang nya jangan malam-malam. Soalnya aku cepat ngantuk," balas Uni.
"Ok, mbak."
Sepanjang perjalanan, aku duduk miring dengan menjaga rok ku agar tidak terbuka lebar oleh angin. Tiga puluh menit kemudian, kami berdua telah sampai di cafe, kebetulan hari ini Wawan dan Aida sedang mengisi lagu di cafe tersebut.
"Pak Kepsek, remaja cewek itu. Kok bisa ada di sini?" heran ku. Selanjutnya Ade mengajakku untuk menghampiri panggung cafe tersebut, dengan duduk paling depan sambil menonton Wawan dan Aida yang sedang bernyanyi.
"Mas, Pak Kepsek seorang penyanyi yah?" tanya ku.
"Iya dek, dulu mas sama Pak Kepsek merintis video dengan menyanyi lagu hingga mendapat banyak subscribe, eh paman nya Pak Kepsek malah pensiun dan menggantikan Pak Kepsek sampai sekarang," balas Ade.
"Owh, jadi gitu ceritanya. Pantas saja mas dan Pak Kepsek selalu dekat, ternyata sahabat dekat. Aku baru tahu lho mas, kalau Pak Kepsek seorang penyanyi. Oh iya, mas. Remaja perempuan itu siapa?" tanya ku.
"Nanti, kamu tanya sendiri. Itu mereka berdua sudah selesai bernyanyi."
Aku pun mengangguk, kemudian Wawan dan Aida turun dari panggung, lalu datang menghampiri kami berdua. Kini Aida datang menghampiri ku dan Wawan datang menghampiri Ade.
"Bu, siapanya Pak Kepsek yah? Ah, anaknya kah?" sapa ku.
"Kamu berbicara pada ku yah. Owh, aku istrinya. Nih, lihat perut ku sudah mengisi oleh dirinya," balas Aida.
"Heh, aku kira bapak dan anak. Emang ibu sudah berapa lama menikah dengan Pak Kepsek?" tanya ku.
"Duh, jangan panggil aku ibu dong, panggil aja Aida soalnya umur ku masih muda dari mu. Aku menikah dengan Mas Wawan akhir Desember tahun kemarin. Btw, kamu pacarnya Bang Ade kah?" tebak Aida.
"Ah iya, Aida. Waduh, jadi sudah sebulan yah menikah. Emang umur Aida berapa tahun? Iya, aku pacarnya Bang Ade, baru dua hari kami jadian."
"Iya sudah sebulan. Aku umur 18 dan mau jalan ke 19, kalau kamu sudah berumur berapa? Oh, pertahankan aja Bang Ade nya, dia banyak duitnya, terus dia orangnya baik dan dermawan."
"Oalah masih muda yah, aku kira sudah umur 20-an. Umurku 23 dan jalan menuju umur 24. Emm ... ok, ngomong-ngomong Mas Ade sebelumnya pernah jalan sama cewek lain kah?"
"Iya masih muda, tapi Pak Kepsek sendiri yang tertarik pada ku, selama dia menjabat jadi Pak Kepsek, anak gubernur dan punya banyak uang, aku pertahankan saja. Lagi pun aku sudah lama menjomblo, malah dikasih speak luar biasa dari Tuhan. Sudah tua juga yah. Hum ... Bang Ade itu selalu gagal kalau soal percintaan, semua cewek pada i feel sebab mirip kayak om-om, banyak yang ngira kalau Bang Ade itu duda padahal aslinya bujang tua."
Kini aku diam saja dan menerima banyak informasi tentang Ade dari istrinya Pak Kepsek -- Aida. Aku cukup senang mendengar masa lalu tentang Ade, namun aku akan terus berusaha mempertahankan dirinya.
"Oh begitu yah, terimakasih banyak yah Aida. Wah, aku jadi kepo dong tentang identitas Pak Kepsek dan Mas Ade. Btw, aku boleh minta nomor mu, sekalian bertanya lebih tentang Mas Ade," pinta ku.
"Nih nomor ku, ngomong-ngomong nama mu siapa yah?" tanya Aida.
"Nama ku, Rinda," balas ku.
"Owh, salam kenal Rinda."
Aku mengangguk, kini kami berdua bertukar nomor. Di lain sisi, Wawan dan Ade sibuk mengobrol sambil memperhatikan kami berdua.
"Lihat Ade, pacar mu sudah dekat dengan istri ku, kayaknya kita bakalan couple lagi. Mudahan aja hubungan mu dengan Rinda selalu bersama sampai pernikahan," ucap Wawan.
"Amin, makasih Wawan. Mudahan hubungan kami selalu lancar, habis ini aku mau ajak Rinda ke rumahku, sekalian kenali kedua orang tuaku," balas Ade.
"Bagus kalau gitu, usahakan aja terus biar Rinda makin nempel sama keluarga mu."
Ade mengangguk sambil tersenyum. Satu jam berlalu, kini Ade datang menghampiri ku.
"Dek, kita pergi yuk," ajak Ade.
"Mau ke mana, mas?" tanya ku.
"Kita pergi ke rumah, mas. Kamu, mau kan," balas Ade.
"I-iya mas, tapi jangan lama-lama, takutnya Mbak Uni sudah ngantuk nunggu di kosan."
"Iya sayang, kita nggak akan lama-lama kok."
Aku mengangguk, lalu kami berdua menaiki motor dan pergi menuju rumah Ade.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Bujangan Tua [TAMAT]
أدب المراهقين"Btw, Mas sudah punya anak berapa?" tanya ku "Anak? Nikah aja belum, kita nikah yuk." "Heh ... kita pacaran aja yah, mas." Seorang wanita yang lulus ASN PPPK sedang mengajar di SMK Harapan Bangsa, lalu ia tidak sengaja bertemu dengan Pria Bujangan T...