"Dek Rinda, mau makan apa?"
"Terserah."
"Mulai nih, penyakit wanita. Ya sudah kita makan gorengan aja yah."***
"Bu, ini aku selesai membuat soal di papan tulis. Aku izin minjam bukunya yah," pinta Aska."Iya, nak. Silakan," balas ku.
Dua puluh menit kemudian, kini semua anak berbondong-bondong mengumpulkan buku di atas meja ku. Selanjutnya aku memeriksa jawaban mereka, setelah ku perhatikan rata-rata nilai mereka hampir sama seperti di kelas 11 H.
"Huh, di kelas ini sudah ada kenaikan. Tapi, selama aku mengajar di sini, aku akan bimbingan mereka menjadi murid yang cerdas dan percaya diri," ucap ku.
Usai memberi nilai pada semua murid kelas 11 H, tiba-tiba aku menerima pesan dari Uni.
[Rinda, aku akhirnya diterima sama Mas Wawan. Malam ini, aku mau diajak kencan ke pasar malam,] pesan Uni.
[Wah, aku sungguh senang mendengarnya Mbak Uni. Semoga hubungan Mbak Uni dan Pak Sabar berjalan sampai di atas pelaminan. Cie, yang mau melepaskan status gadis tuanya,] balas ku sambil bercanda.
[Aamiin, terimakasih banyak yah, Rin. Kamu mau ngejek yah, awas kalau kamu pulang ke kosan, aku pukul pakai sapu ijuk.]
[Bercanda, mbak. Yaelah kok gampang banget sih emosian nya, nanti pulang aku bawakan makanan deh, tapi mbak jangan pukul aku pakai sapu ijuk ya.]
[Aku dari tadi serius, tai. Beneran yah, awas kalau bohong, aku pukul terus-terusan.]
[Iyaa.]
Selepas chatan dengan Uni, tiba-tiba bel sekolah berbunyi tiga kali menandakan jam pelajaran terakhir telah berakhir, lalu digantikan dengan jam pulang. Aku bergegas pergi menuju kantor, kemudian semua murid berbondong-bondong meninggalkan kelas dengan melewati diriku.
Saat tiba di kantor, kini semua guru baik cowok atau cewek keluar dari kantor satu per satu. Kemudian aku melihat Ade dan Wawan yang sedang mengobrol.
"Mas Ade? Eh, ada Pak Kepsek juga," panggil ku.
"Iya dek. Ada apa?" tanya Ade.
"Pulang yuk, mas," balas ku.
"Emm, ya sudah ayo. Wan, aku pulang duluan yah sama pacar ku," ucap Ade dengan memanggil Wawan yang sedang menyantap makan siang.
"Ok, De. Hati-hati di jalan," balas Wawan.
"Pak Kepsek, saya izin pulang duluan yah," ucap ku.
"Iya, Bu Rinda. Tolong di jaga terus Pak Ade, biasanya kalau ada cewek seksi, lirik pandangannya nggak pernah berhenti." Wawan bercanda.
"Heh, fitnah. Mana ada?!" kesal Ade.
"Apa iya, mas?" heran ku.
"Nggak dek, Pak Kepsek itu bercanda doang. Cuman kamu yang hanya milik ku," balas Ade.
"Oh, kalau bohong. Adek colok matanya."
"Iya, mas nggak bohong kok. Mau diambil juga gak pa-pa dek."
Aku mengangguk dan tersenyum. Wawan juga ikut senang, sebab telah membuat drama kecil dengan pasangan baru tersebut.
Kemudian, kami berdua bergegas pergi ke luar dengan menaiki motor Ade, lalu berangkat menuju kosan wanita. Setelah keluar dari lingkungan SMK Harapan Bangsa, kini perutku tiba-tiba keroncongan.
"Mas Ade, kita cari makan yuk. Aku sudah lapar nih," pinta ku.
"Dek Rinda, mau makan apa?" tanya Ade.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Bujangan Tua [TAMAT]
Fiksi Remaja"Btw, Mas sudah punya anak berapa?" tanya ku "Anak? Nikah aja belum, kita nikah yuk." "Heh ... kita pacaran aja yah, mas." Seorang wanita yang lulus ASN PPPK sedang mengajar di SMK Harapan Bangsa, lalu ia tidak sengaja bertemu dengan Pria Bujangan T...