Part 3: Mr, Erel Maël

362 19 0
                                    

Tembok bercat biru pekat, disertai vas keramik berwarna putih di sisi meja menjadi perpaduan warna yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tembok bercat biru pekat, disertai vas keramik berwarna putih di sisi meja menjadi perpaduan warna yang indah. Tidak lupa beberapa tumpukan buku yang berada di rak-coklat ditemani beberapa tanaman dan pohon kecil yang daunnya terlihat subur membuat warna hijau adalah warna yang paling kontras di ruangan ini. Jangan lupakan dengan sentuhan satu lampu gantung berwarna kuning itu membuat semua menjadi sangat sempurna.

Interior modern yang memberikan kesan hangat adalah desain yang paling dirinya sukai. Pria itu memang memiliki selera yang bagus.

"You look so impressed, Mrs, Satia. Do you like my office room?" Terlihat pria berkulit kecoklatan di balut jas berwarna putih itu tersenyum ke arahnya. Di sana terdapat sebuah papan nama yang tertera, dia adalah Erel Maël.

"You have a good taste. Entah kenapa, aku merasa aman berada disini." Nirmala tersenyum tulus, membuat Erel menanggapi hal tersebut dengan hal yang serupa.

"That was a big statement Mrs, Satia."

"Duduklah, Nona. Bagaimana aku akan memanggilmu?" Erel duduk di salah satu kursi yang diikuti hal serupa oleh Nirmala.

"Panggil aku Nirmala, aku tidak terlalu suka dengan sesuatu yang terlalu kaku, Tuan."

Erel mengangguk pelan sembari menatap gadis tersebut dengan penuh ketenangan. "Baiklah, panggil aku Erel. Kita adalah teman dan rekan. Jadi aku harap Nona tidak terlalu kaku padaku."

Nirmala menyesuaikan posisi duduknya dengan nyaman sembari memperhatikan gerak-gerik tubuh Erel dengan seksama.

Erel tipikal pria yang kehadirannya meninggalkan kesan yang intens. Dia sangat menarik. Nirmala kira pria itu akan berbasa-basi terlebih dahulu. Namun saat melihat dirinya, pria itu tidak membuang waktu untuk langsung ke pokok permasalahan, matanya seakan melirik ke depan dan ke belakang, menganalisis dirinya dari bawah ke atas.

"Jika tak keberatan, ceritakan sedikit tentang diri Anda. Aku ingin mempelajari segala hal yang perlu di ketahui tentang Anda."

Nirmala menarik napasnya dalam lalu mengangguk. "Aku selalu merasa jika aku baik-baik saja. Itu karena aku sendiri memang merasa seperti itu. Bukan karena aku berpura-pura. Tetapi, saat aku berada di negara kelahiranku, anehnya teman-temanku selalu mengatakan bila aku tidaklah baik-baik saja. Aku baru sempat melakukan konseling ini untuk memastikan hal tersebut, karena sebelumnya ada beberapa urusan yang aku harus lakukan."

"Aku tidak mengerti bagian mana dari diriku yang tak baik-baik saja? Hal itulah yang membuat aku merasa tidak nyaman,"

"Pikiran bahwa aku sedang tidak baik-baik saja, aku hanya takut bila ada sesuatu yang janggal yang orang sadari namun aku tidak. Aku tak suka sesuatu yang tidak sempurna."

Erel duduk bersandar, mengetuk dagunya dengan penanya.

"Hm..."

"Aku merasa menarik bahwa Anda berpikir Anda 'baik-baik saja', tetapi Anda merasa perlu meminta kepastian dari teman Anda. Sepertinya Anda tidak sepenuhnya percaya diri, atau memang Anda khawatir orang lain akan memandang Anda berbeda dengan diri Anda sendiri."

Someone DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang