part 10: Helplessness

274 12 1
                                    

Nirmala tengah asik menatap Rinda yang sedang tertawa lepas dengan keluarga kecilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nirmala tengah asik menatap Rinda yang sedang tertawa lepas dengan keluarga kecilnya. Mereka semua tengah berada di ruang makan dengan sebagian keluarga besar. Terkecuali Galuh serta Bahtera. Asih terlihat riang gembira ketika berbincang dengan anak-anaknya serta cucu-cucunya.

Anak Asih yang memiliki keturunan hanya dari keluarga Bahtera serta keluarga Rinda. Ketimpangan juga perbandingan tidaklah terelakkan. Terlebih lagi, cucu perempuan di keluarga Asih sangatlah sedikit ketimbang laki-laki. Tidak perlu mengkhawatirkan mereka, laki-laki selalu diistimewakan, itu adalah aturan tak tertulis dikeluarganya.

Rinda dengannya hanya berbeda 2 tahun. Ia tentu lebih tua dari Rinda karena Bahtera adalah kakak dari Ibu Rinda.

Sosok Rinda sendiri terkenal periang, ramah dan mudah beradaptasi. Ibu Rinda sendiri berprofesi sebagai guru yang tentunya mengajarkan banyal hal kepada anaknya, sejak kecil Rinda di beri asupan mengenai moral, norma serta cara beradaptasi.

Baginya sosok Rinda adalah gadis paling menyebalkan yang memiliki segalanya. Teman, kepopuleran, kasih sayang dan juga cara bertahan hidup yang baik. Namun sejak kecil Nirmala sudah sadar jika ada celah besar yang Rinda tinggalkan hingga kini.

Rinda memiliki tempramen yang sangat buruk, manja, merasa polar dunia ada padanya, kasar serta tak peduli pada perasaan orang lain. Bagi gadis itu, dunia harus berpijak di bawah kakinya. Kepercayaan diri yang besar membuat gadis itu selalu meraih apa yang dia inginkan.

Semua ketidaksempurnaan itu tak masalah bagi Asih, karena wanita paruh baya itu melihat hasil bukan usaha.

Asih adalah tipe orang yang memiliki pendirian bila, yang lemah akan selalu tertindas maka berkuasalah menjadi yang terkuat, apapun caranya.

Oleh karena itu, Asih lebih menyukai sosok Rinda ketimbang dirinya.

Bagi Nirmala, hidupnya penuh sebuah kesunyian tak berujung. Kehampaan tanpa tepi. Sunyi itu terlalu gaduh, cukup membuatnya terusik. Bagaikan disebuah ruangan kosong nan dingin.

Seperti sekarang, semua orang tertawa di atas meja makan. Berbagi tawa dan canda. Sesekali Rinda memainkan mainannya di atas meja sementara dirinya hanya berpangku tangan dengan telapak tangan yang kosong.

Semua terlihat syahdu namun juga menyayat hati di saat yang bersamaan, sesekali mereka tengah membicarakan pencapain anak berumur 8 tahun itu dengan menggelegar yang terdengar biasa saja di telinganya. Entah karena di umurnya yang ke-10 hal tersebut di anggap biasa atau saat dirinya berumur 8 ia tidak mendapatkan reaksi yang serupa, entahlah. Nirmala hanya bisa menatap mereka dengan tatapan penuh rasa tanya.

Baginya orang dewasa itu rumit, mereka memiliki beragam emosi. Dan dirinya tak mengerti kenapa ekspresi itu terjadi.

Terkadang mereka terlihat senang, terkadang mereka terlihat sedih, terkadang mereka terlihat marah, dan terkadang mereka menatap jijik.

Someone DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang