Part 4 : Safe places

290 18 1
                                    


"Kakak, ini aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak, ini aku. Bolehkah aku masuk?"

Hening, tidak ada sahutan dari dalam ketika dirinya mengetuk pintu kamar milik kakak pertamanya itu.

Nirmala terdiam di depan pintu yang di tunjukkan oleh para pelayan selama beberapa menit, membiarkan Desmond menggunakan waktu tersebut untuk mempertimbangkan dirinya masuk ke dalam tempat paling aman dan pribadi milik Desmond.

Dengan patuh dan setia, Nirmala masih berdiri di depan pintu berwarna coklat tua itu dengan tenang. Mendengarkan debaran jantungnya yang terasa lebih nyaring. Tangannya sedikit bergetar dengan tidak nyaman di tambah lagi suasana lorong yang dingin dan sunyi membuat napasnya sedikit tersendat.

Menit demi menit Nirmala mempererat cengkraman tangannya yang saling bertaut satu sama lain. Rasa mual kini hadir dan menjalar ke kerongkongan. Pandangannya mulai memburam detik demi detik. Dengan posisi patuh, ia masih berdiri di depan pintu dalam sunyi sembari menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya dalam satu hembusan.

Tik-tok, suara jam besar di ujung lorong membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Setiap detik jarum jam itu berganti membuat rasa mual Nirmala semakin naik ke kerongkongan. Hingga dengan tubuh-lemas sebelah tangan Nirmala menahan dirinya dengan bersandar di depan pintu. Kepalanya tertunduk ke bawah dengan debaran jantung yang semakin tak terkendali. Tiba-tiba saja tubuhnya terhuyung ke depan dimana Desmond sudah berada di hadapannya sembari menahan tubuhnya yang sedikit limbung.

"Apa yang kau lakukan?" Desmond menahan pinggang Nirmala dari samping sembari menatapnya datar.

Dengan cepat Nirmala memperbaiki posisi tubuhnya dengan berdiri di hadapan Desmond dengan tegak. Kesadarannya mulai kembali secara perlahan, walau rasa mual itu masih tertahan di kerongkongan, ia masih bisa mengendalikannya.

"Kakak, bolehkah aku berbicara di dalam?"Nirmala tersenyum tipis dengan wajah pucatnya yang ketara.

Nirmala memiliki kulit putih-bersih. Jika gadis itu sedang tidak baik-baik saja ia dapat mengetahui hal tersebut. Terlihat dari bibir gadis itu yang biasanya terlihat merona kini sedikit membiru. Layaknya seperti orang yang kedinginan.

Desmond mengangguk mengiyakan, mempersilakan gadis tersebut untuk masuk ke dalam ruangannya yang tak tersentuh oleh banyak orang. Dirinya melakukan hal tersebut karena telah menghargai gadis tersebut yang tidak memaksanya secara langsung untuk memenuhi keinginannya. Setidaknya ia ingin mendengarkan apa yang gadis lugu itu katakan.

Dirinya mempersilakan Nirmala untuk duduk disalah satu sofa yang langsung berhadapan dengan dirinya. Dengan intens, Desmond memperhatikan bagaimana cara gadis itu duduk yang membuat gadis tersebut terlihat entah bagaimana terlihat begitu menawan dengan kondisinya yang bisa dibilang tidak baik-baik saja saat ini.

Pembawaan gadis itu yang membuat dirinya sangat takjub atas kekokohan harga diri gadis tersebut. Nirmala, dia bukanlah gadis naif yang bisa ia sepelekan begitu saja.

Someone DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang